Friday, February 18, 2011

Urgensi Mengkaji Sirah Nabawiyah

dakwatuna.com – Sirah Nabawiyah merupakan seri perjalanan hidup seorang manusia pilihan yang menjadi parameter hakiki dalam membangun potensi umat. Sehingga, mempelajarinya bukan sekadar untuk mengetahui peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa itu. Melainkan, mengkajinya untuk menarik pelajaran dan menemukan rumusan kesuksesan generasi masa lalu untuk diulang di kehidupan kiwari.

Melalui pemahaman sirah nabawiyah yang tepat, setiap muslim akan mendapatkan gambaran yang utuh dan paripurna tentang hakikat Islam dan terbangun semangatnya untuk merealisasikan nilai-nilai yang didapat dalam kehidupannya saat ini. Apalagi sasaran utama dari kajian sirah adalah mengembalikan semangat juang untuk merebut kembali kejayaan yang pernah dimiliki umat Islam. Secara umum kepentingan kita mengkaji sirah nabawiyah, adalah:

Memahami pribadi Rasulullah saw. sebagai utusan Allah (fahmu syakhshiyah ar-rasul)

Dengan mengkaji sirah kita dapat memahami celah kehidupan Rasulullah saw. sebagai individu maupun sebagai utusan Allah swt. Sehingga, kita tidak keliru mengenal pribadinya sebagaimana kaum orientalis memandang pribadi Nabi Muhammad saw. sebagai pribadi manusia biasa.

“Hai nabi, sesungguhnya kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, Dan untuk jadi penyeru kepada agama Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang menerangi. Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang mukmin bahwa Sesungguhnya bagi mereka karunia yang besar dari Allah.” (Al-Ahzab: 45-47).

Mengetahui contoh teladan terbaik dalam menjalani kehidupan ini (ma’rifatush shurati lil mutsulil a’la)

Contoh teladan merupakan sesuatu yang penting dalam hidup ini sebagai patokan atau model ideal. Model hidup tersebut akan mudah kita dapati dalam kajian sirah nabawiyah yang menguraikan kepribadian Rasulullah saw. yang penuh pesona dalam semua sisi.
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (Al-Ahzab: 21).

Dapat memahami turunnya ayat-ayat Allah swt. (al-fahmu ‘an-nuzuli aayatillah)

Mengkaji sirah dapat membantu kita untuk memahami kronologis ayat-ayat yang diturunkan Allah swt. Karena, banyak ayat baru dapat kita mengerti maksudnya setelah mengetahui peristiwa-peristiwa yang pernah dialami Rasulullah saw. atau sikap Rasulullah atas sebuah kejadian. Melalui kajian sirah nabawiyah itu kita dapat menyelami maksud dan suasana saat diturunkan suatu ayat.

Memahami metodologi dakwah dan tarbiyah (fahmu uslubid da’wah wat-tarbiyah)

Kajian sirah juga dapat memperkaya pemahaman dan pengetahuan tentang metodologi pembinaan dan dakwah yang sangat berguna bagi para dai. Rasulullah saw. dalam hidupnya telah berhasil mengarahkan manusia memperoleh kejayaan dengan metode yang beragam yang dapat dipakai dalam rumusan dakwah dan tarbiyah.

Mengetahui peradaban umat Islam masa lalu (ma’rifatul hadharatil islamiyatil madliyah)

Sirah nabawiyah juga dapat menambah khazanah tsaqafah Islamiyah tentang peradaban masa lalu kaum muslimin dalam berbagai aspek. Sebagai gambaran konkret dari sejumlah prinsip dasar Islam yang pernah dialami generasi masa lalu.
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (Ali Imran: 110).

Menambah keimanan dan komitmen pada ajaran Islam (tazwidul iman wal intima’i lil islam)

Sebagai salah satu ilmu Islam, diharapkan kajian sirah ini dapat menambah kualitas iman. Dengan mempelajari secara intens perjalanan hidup Rasulullah, diharapkan keyakinan dan komitmen akan nilai-nilai islam orang-orang yang mempelajarinya semakin kuat. Bahkan, mereka mau mengikuti jejak dakwah Rasulullah saw.

Yang paling penting dalam memahami sirah nabawiyah adalah upaya untuk merebut kembali model kepemimpinan umat yang hilang. Kepemimpinan yang dapat memberdayakan umat dan untuk kemajuan mereka. Nabi Musa a.s. membangkitkan kaumnya atas kelesuan berbuat bagi kemajuan bangsa dan negerinya. Sehingga beliau mengingatkan kaumnya atas anugerah nikmat yang diberikan Allah swt. pada mereka tentang tiga model kepemimpinan umat yang pernah ada pada sejarah mereka.

Dan (Ingatlah) ketika Musa Berkata kepada kaumnya: “Hai kaumku, ingatlah nikmat Allah atasmu ketika dia mengangkat nabi-nabi di antaramu, dan dijadikan-Nya kamu orang-orang merdeka, dan diberikan-Nya kepadamu apa yang belum pernah diberikan-Nya kepada seorang pun di antara umat-umat yang lain.” (Al-Maa-idah: 20).

Jadi, nilai utama yang hendak dibangun kembali dengan kajian sirah nabawiyah adalah semangat berbuat untuk kemajuan bangsa dan umat meraih harga dirinya di hadapan umat-umat yang lain. Lebih dari itu, juga untuk mengembalikan hak kepemimpinan kepada umat Islam, umat nabi pilihan.

Tiga Model Kepemimpinan

Model kepemimpinan umat sangat berpengaruh terhadap kemajuan dan kemunduran sebuah bangsa. Karenanya Islam mengajak umatnya untuk memilikinya kembali agar anugerah nikmat dari Allah swt. dapat berfungsi lagi dan bertambah. Anugerah nikmat tersebut adalah model kepemimpinan umat. Kepemimpinan yang mesti dimiliki umat agar mereka mendapatkan hidup yang lebih baik, adil, sejahtera, dan sentosa. Model kepemimpinan itu ialah:

Kepemimpinan spiritual (zi’amah diiniyah)

Kepemimpinan moral spiritual yang akan memberikan contoh pada umat tentang apa yang perlu diperbuat dan dilakukan pada kehidupan bermasyarakat. Sehingga masyarakat tidak terjerumus pada jurang kehancuran moral yang akan membawa kesengsaraan kehidupan bangsa. Kepemimpinan ini menjadi patokan dalam masyarakat yang dicontohkan langsung oleh pimpinan masyarakat untuk menjadi panutan dalam akhlak, ibadah, kesantunan, kedermawanan, perilaku keluhuran, dan lainnya. Kemudian menyerukan pada masyarakat dengan penuh kesabaran agar dapat mengikuti jejak dan langkah perbuatannya. Serta memberikan kesadaran akan pentingnya moral bagi kehidupan berbangsa. Dengan begitu masyarakat tidak lagi mencontoh perilaku kepribadiannya kepada figur-figur yang keliru.

Kepemimpinan politik (zi’amah siyasiyah)

Kepemimpinan politik yang mengatur birokrasi dan administrasi masyarakat dengan mengedepankan pelayanan dan pengabdian. Bukan sebagai pemeras rakyat dan penyengsara umat. Hal ini akan terjadi bila kepemimpinan struktural dipimpin oleh orang-orang shalih yang punya kredibilitas. Kredibilitas mereka diakui untuk memimpin umat lantaran kemampuannya menjalankan fungsi kepemimpinan dengan benar.

Kepemimpinan intelektual (zi’amah ilmiyah)

Kepemimpinan intelektual dapat mencerdaskan kehidupan umat. Kepemimpinan ini dapat diraih bila semangat intelektual kembali menggeliat. Sehingga, menciptakan kecerdasan umat secara massal. Seluruh elemen masyarakat dapat memahami perkembangan zaman serta dapat mengerti alur kehidupan. Dengan itu tidak ada lagi unsur masyarakat yang menjadi obyek penderita dan terus dibodohi atas kebijakan dan sikap orang lain. Dari sana umat ini akan menjadi sokoguru dunia dalam ilmu pengetahuan. Setiap hari selalu muncul hal-hal baru. Setiap waktu ada penemuan baru

“Bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” (Al-Baqarah: 282).

Oleh karena itu, kajian sirah harus menghantarkan orang-orang yang mempelajarinya kepada bangkitnya semangat juang untuk merebut kembali model kepemimpinan umat. Sehingga, umat dapat merasakan kenikmatan dalam hidup yang penuh anugerah. Kehidupan mereka tidak terzhalimi sedikit pun. Bahkan mereka dapat dengan jelas melihat harapan dan obsesinya ke depan. Wallahu ‘alam bishshawaab.

Sumber Sejarah Nabi SAW

Mukadimah Sirah (bagian ke-2)

Sumber Sejarah Nabi SAW

dakwatuna.com – Sumber-sumber utama yang dipakai dalam menyusun Biografi Nabi SAW dapat disimpulkan ke dalam empat sumber:

1. Al-Qur’an

Al-Qur’an adalah sumber pokok yang memuat tonggak-tonggak Sejarah Hidup Nabi Muhammad. Al-Qur’an meninggikan perihal kehidupan Rasu­lullah sewaktu masih kecil, dalam ayat:

أَلَمْ يَجِدْكَ يَتِيمًا فَآوَى
وَوَجَدَكَ ضَالًّا فَهَدَى

“Bukankah Dia dapati engkau dalam keadaan yatim, lalu engkau dipelihara. Dan Dia dapati engkau dalam kebingungan lalu kamu dibimbing?” (QS. Adh-Dhuha: 6-7)

Mengenai akhlaqnya Al-Qur’an menyatakan:

وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ

“Sesungguhnya engkau berakhlaq mulia.” (QS. Al­-Qalam: 4)

Di samping itu diceritakan pula kepedihan-­kepedihan dan penderitaan-penderitaan yang dialami Rasulullah dalam melaksanakan dakwahnya. Begitu pula tuduhan-tuduhan negatif dan destruktif yang digembar-gemborkan orang-orang kafir dan ingkar. Dalam Al-Qur’an terdapat pula keterangan tentang hijrah Nabi dan peperangan-peperangan penting yang terjadi setelah hijrah, seperti perang Badar, Uhud, Ahzab, Hunain, perjanjian Hudaibiyah, perang Hunain dan takluknya kota Makkah. Ada juga disebut salah satu mukjizatnya, yaitu Isra’ dan Mi’raj.

Secara global dapatlah dikatakan, Al-Qur’an me­nyinggung sebagian besar fakta-fakta sejarah Rasulullah SAW. Oleh karena itu kitab suci ini meru­pakan kitab yang keterangan-keterangannya paling terpercaya dan diakui secara historis, maka penje­lasan mengenai sejarah Nabi Muhammad mutlak harus dijadikan sumber data.

Memang, Al-Qur’an hanya menyinggung peris­tiwa-peristiwa dimaksud secara global. Suatu ketika Al-Qur’an berbicara mengenai suatu peperangan, tetapi dengan tidak menerangkan sebab-sebabnya, tempat terjadinya peperangan, jumlah kekuatan Islam dan musuh, dan tidak pula mengatakan jumlah prajurit Muslim yang gugur ataupun jumlah orang kafir yang tertawan. Sebaliknya Al-Qur’an hanya berbicara mengenai pelajaran-pelajaran yang dapat dipetik dan masing-masing peperangan tersebut. Begitu pula ketika ia membicarakan tentang kisah Nabi-nabi dan umat-umat sebelum Muhammad.

Oleh karenanya keterangan Al-Qur’an belum cukup untuk dapat menyusun sebuah biografi Nabi Muhammad dalam bentuk yang lengkap dan utuh.

2. Sunnah

Sunnah Nabi yang diakui kebenarannya (shahih) di dunia Islam adalah Hadits-hadits yang terkodifikasi dalam enam buah buku (Al-Kutub as-sittah).

Buku-buku dimaksud adalah Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu Daud, Sunan Nasa’i, Sunan Turmudzi dan Sunan Ibnu Majah[1]. Termasuk dalam kategori ini dua buah buku Hadits lagi, yaitu Al­-Muwattha Imam Malik dan Musnad Imam Ahmad.

Shahih Bukhari dan Shahih Muslim menempati kedudukan teratas dilihat dari segi keshahihannya, sedangkan selainnya mengandung tidak saja Hadits-­hadits shahih, tetapi juga memuat Hadits hasan dan Hadits dha’if).

Dan kitab-kitab tersebut yang tercatat sebagian besar ihwal kehidupan Nabi SAW, peperangan, sikap dan tingkah lakunya, dapatlah disusun konsep yang menyeluruh bagi penyusunan biografi beliau. Hadits adalah sumber yang terpercaya, karena diriwayat­kan secara kronologis sampai kepada Nabi, sehingga isinya tidak bisa diragukan lagi kebenarannya.

Para orientalis dan orang-orang Islam yang lemah agamanya dan telah terpengaruh oleh ahli­-ahli dan barat, selalu berusaha menanamkan rasa ragu akan kebenaran isi kitab-kitab Hadits yang disebut di atas. Maksud mereka tidak lain untuk menghancurkan agama dan membuat orang ragu terhadap fakta-fakta sejarah. Tetapi dalam pada itu, ternyata masih selalu ada ulama-ulama yang mampu memutar balik tuduhan-tuduhan mereka itu. Pengarang sendiri, dalam buku yang berjudul, Sunnah dan Kedudukannya Dalam Hukum Islam, telah menyanggah apa-apa yang mereka tuduhkan dan telah melacak keraguan mereka dengan keterangan­ keterangan ilmiah.

3. Syair yang Sezaman Dengan Kerasulan

Pada masa Nabi, orang-orang Musyrik menye­rang pribadi dan dakwah beliau melalui lisan para penyair. Hal ini memaksa penyair-penyair Muslim – seperti Hasan bin Tsabit dan Abdullah bin Riwawah dan lain-lain – memberikan pembelaan secara puitis pula. Hal ini tertulis dalam buku-buku kesusas­traan dan biografi yang dikarang kemudian.

Dan syair-syair itu dapat disarikan atau diketa­hui fakta-fakta yang berkenaan dengan situasi pada masa Rasulullah hidup dan pada saat dakwah Islamiyah untuk pertama kalinya tumbuh subur.

4. Buku Biografi

Data sejarah Nabi merupakan riwayat lisan, yang oleh para sahabat disampaikan kepada generasi berikutnya. Sebagian sahabat ada yang mengkhusus­kan menyeleksi data itu secara teliti dan terperinci. Kemudian data itu diterima oleh para tabi’in untuk seterusnya ditulis.

Di antara kalangan tabi’in yang banyak mencurahkan perhatian kepada biografi Nabi ialah:

1. Abban bin Usman bin Affan (32-105 H),

2. Urwah bin Zuber bin Awwam (23-93),

3. Abdullah bin Abu Bakar Al-Anshari (wafat 135 H),

4. Muhammad bin Mus­urn bin Shihab Az-Zuhry (wafat 129 H).

Beralih kepada generasi seterusnya dan mereka mulai menyusun buku masing-masing. Yang masyhur di antara mereka adalah Muhammad bin Ishaq bin Yassar (wafat 152 H). Buku beliau ini merupakan buku yang dipercaya kebenarannya oleh para ulama dan ahli-ahli Hadits, terkecuali data yang diriwayat­kannya dan Malik dan Hisyam bin Urwah bin Zuber. Data yang diambil dari dua orang yang disebut terakhir ini dianggap invalid (tak dapat diper­caya), karena antara keduanya dengan Muhammad bin Ishaq terdapat sentimen pribadi.

Dalam mengarang bukunya “Al-Maghazi” Muhammad bin Ishaq mengumpulkan data yang terdiri dari Hadits-hadits dan riwayat-riwayat yang didapatnya langsung dan masyarakat ketika dia tinggal di Mesir dan Madinah. Sayang sekali buku ini tidak sampai ke tangan kita, hal mana merupakan kerugian. Namun demikian isinya sempat terpelihara lewat Ibnu Hisyam yang mengarang biografi Nabi dengan menimba bahannya dan Al-Bakkai – seorang murid Muhammad bin Ishaq yang ternama.

a. Buku As-Sirah Karangan Ibnu Hisyam

Dia adalah Abdul Malik bin Ayyub Al-Anshar, dibesarkan di kota Basrah dan wafat tahun 213 H. Ibnu Hisyam mengarang buku berjudul As-Siratu An-Nabawiyah. Sumber datanya sama dengan sumber data yang dipakai oleh Muhammad bin Ishaq, yaitu melalui muridnya AI-Bakkai seperti disebutkan di atas. Tetapi ia mempunyai sumber data yang lain, yakni guru-gurunya. Apa-apa yang belum ditulis oleh Muhammad bin Ishaq ditulisnya dalam buku­nya itu. Seringkali beliau menampilkan pandangan yang berbeda dengan Muhammad bin Ishaq atau menyanggah pandangannya manakala bertentangan dengan tinjauan ilmiah daya kritiknya.

Beliau menyusun sejarah hidup Nabi yang dinilai paling lengkap, paling terpercaya dan mende­tail. Buku ini dijadikan referensi oleh banyak ahli dan telah diberi komentar oleh As-Suhaily (508 -581 H)

b. Buku Tabaqat Karangan Ibnu Saad

Beliau adalah Muhammad bin Mani’ Az-Zuhry lahir di Basrah pada tahun 168 H., wafat di Bagdad pada tahun 230 H. Ia adalah sekretaris pribadi Muhammad bin Umar Al-Waqidi, seorang ahli seja­rah kenamaan dengan spesialisasi di bidang Sejarah Peperangan dan Biografi. (130-207 H)

Dalam buku Tabaqat ini diuraikan Sejarah Hidup Nabi SAW. Kemudian ditambahnya pula dengan uraian mengenai tingkatan, suku dan tempat tinggal para sahabat dan tabi’in. Itulah sebabnya buku ini dianggap sebagai sumber data yang utama dalam segi biografi Nabi dan sejarah hidup para sahabat dan tabi’in.

c. Buku Tarikh Karangan At-Thabary

Ia adalah Muhammad bin Jarir At-Thabary (224-310 H). Beliau juga seorang imam, ahli hukum Is­lam dan ahli Hadits. Dalam fiqih dia pernah mem­bangun mazhab tersendiri, tetapi tidak menyebar luas. Buku-buku sejarah yang dikarangnya tidak hanya mengenai sejarah hidup Nabi, tetapi juga sejarah pemerintahan Islam sejak mula sampai dengan pemerintahan pada masanya.

Sungguhpun riwayat-riwayat yang dikeluarkan­nya dianggap dapat dipercaya, namun seringkali beliau mengetengahkan riwayat-riwayat yang invalid yang diambilnya dari tokoh-tokoh yang memiliki beberapa kelemahan kuantitatif dan kualitatif dan itu semua justru diketahui oleh umum. Contoh yang dapat kita catat di sini misalnya Abu Muhnif, seo­rang penganut mazhab Syafi’i yang sangat fanatik.

Pada masa-masa ini penulisan sejarah hidup Nabi mengalami perkembangan pesat, dan timbullah buku-buku yang khusus membicarakan aspek tertentu dengan tema tertentu pula. Di antara buku-­buku tersebut: Dalail An-Nubuwah, karangan Al-Isfahany, As-Syamailul Muhammadiyah, karangan At-­Turmudzi, Zaadul Maad, oleh Ibnu Qayyim Al-Jauzi, As-Syifa’i al-QadhiIyadh dan Al-Mawahibul Ladunniyah oleh Al-Qusthulany. Buku terakhir ini telah dikomentari oleh As-Zarqany (wafat 1122 H) dalam bukunya yang terdiri dari delapan jilid.

Sampai sekarang para ulama masih terus menga­rang buku-buku sejarah hidup Nabi dengan metode yang dapat diterima oleh zaman kini. Di antara buku-­buku biografi terkemuka dewasa ini terdapat Nurul Yaqin karangan Syeikh Muhammad Al-Khudry. Buku ini banyak digemari dan dijadikan literatur pokok pada beberapa perguruan tinggi yang ada di berba­gai negeri Islam.

– Tamat

Catatan Kaki:

[1] Nama Iengkap masing-masing Imam Hadits itu adalah:

- Bukhari = Muhammad bin Ismail Al-Mughirah. Lahir tahun 194 H.

- Muslim = Muslim bin Hajjaj AI-Qurasyi. Lahir tahun 204 H.

- Abu Daud = Sulaiinan bin Asy’ast as-Sijistani. Lahir tahun 202 H.

- An-Nasa’I = Ahmad bin Syuaib A1-Khurasl. Lahir tahun 200 H.

- Turmudzi = Muhammad bin Isa At-Turmudzi. Lahir tahun 200 H.

- Ibnu Majah = Muhammad bin Yazid Al-QazwInl. Lahir tahun 209 H.

(hdn)

Keistimewaan Sejarah Nabi

Mukadimah Sirah (bagian ke-1)
Keistimewaan Sejarah Nabi

dakwatuna.com – Dalam sejarah hidup Nabi Muhammad SAW terdapat beberapa keistimewaan, dengan mempelaja­rinya akan merupakan kekayaan rohaniah, pemikiran dan kesejarahan. Keistimewaan itu mengharuskan para agamawan, da’i dan orang-orang yang memper­juangkan perbaikan masyarakat untuk banyak mempelajarinya, karena dan studi itu mereka akan dapat menyampaikan ajaran-ajaran agama dengan menggunakan metode yang mampu memperlihatkan hal-hal yang seyogianya dijadikan pegangan oleh masyarakat, terutama dalam situasi tak menentu. Dengan metode dakwah yang dipetik dan hasil studi tersebut, para da’i akan mampu membuka hati publiknya, sehingga seruannya akan sukses.

Keistimewaan-keistimewaan yang menonjol dalam biografi Nabi Muhammad ini dapat disimpul­kan dalam lima unsur, sebagai berikut:

Pertama

Sejarah hidup Nabi Muhammad paling benar dibandingkan dengan sejarah hidup Nabi-nabi yang lain dan dengan biografi tokoh-tokoh masyarakat yang ada. Sejarah hidup Rasulullah sampai ke tangan kita melalui jalur ilmiah yang paling terpercaya dan pasti, sehingga fakta-fakta dan peristiwa-peristiwanya tidak mungkin diragukan. Dengan metode penyam­paian itu kita mudah mengetahui hal-hal yang dilebih-lebihkan oleh tangan-tangan jahil berkenaan dengan din Nabi, baik yang berupa peristiwa luar biasa maupun fakta-fakta.

Kebenaran yang tak diragukan dalam sejarah hidup Nabi Muhammad ini tidak didapati dalam sejarah hidup Nabi-nabi terdahulu. Sejarah hidup Nabi Musa As. yang sampai kepada kita sekarang, misalnya, sudah dibumbui dan sudah ditambal sulam oleh orang-orang Yahudi. Sementara Taurat yang ada, tak lagi dapat dijadikan rujukan untuk melihat bagaimana sejarah hidup Nabi Musa yang sebenarnya. Kritikus Barat banyak yang meragukan kebenaran sebagian isi Taurat tersebut, sementara kritikus yang lain justru memastikan sebagian isi kitab ini tidak ditulis pada masa hidup Nabi Musa dan tidak juga pada masa yang belum begitu jauh. Sebaliknya, menurut kritikus-kritikus tersebut banyak di antaranya yang ditulis pada masa yang sudah jauh dari itu dan penulisannya tidak diketahui persis. Hal ini cukup meragukan kita tentang kebenaran sejarah hidup Nabi Musa yang ditulis dalam Taurat. Oleh karena itu tidak ada satu pun sejarah hidup Musa yang dapat dibenarkan oleh kaum Muslimin kecuali sebagaimana diceritakan oleh Al-Qur’an dan Hadits-hadits shahih. Akan halnya sejarah hidup Nabi Isa As. sama saja. Injil-injil yang mendapat pengakuan resmi Gereja Masehi ditetapkan atau disusun ratusan tahun setelah Nabi Isa wafat. Injil-injil tersebut adalah saduran dari beratus injil yang ada pada masa itu dan penyadurannya pun tanpa dibatasi pedoman ilmiah. Di samping itu, penamaan Injil-injil menurut nama penulisnya tidak juga didasari metode ilmiah yang meyakinkan, tidak diriwayatkan melalui jalur (sanad) yang berurutan langsung sampai kepada Si penulis, sehingga kritikus-kritikus Barat bertikai tentang siapa sebenarnya nama penulis-penulis injil itu dan di zaman mana mereka hidup.

Jika demikian keraguan mengenai kebenaran sejarah Rasul-rasul pembawa agama-agama yang tersebar di seantero alam, maka sejarah pendiri-pendiri agama dan filsafat yang ratusan juta penganutnya pun tentu lebih diragukan lagi. Taruhlah Budha Gautama dan Kungfutse, sejarah hidup mereka yang diriwayatkan oleh pengikut-pengikutnya tidak digali dari sumber-sumber yang terpercaya secara ilmiah. Sejarah mereka ini hanyalah merupakan hasil formulasi para pendeta tentang kehidupan mereka sendiri, yang diproyeksikan menjadi sejarah pendiri aliran-aliran tersebut. Setiap generasi penerusnya juga menambah dongeng-dongeng ke dalam sejarah dimaksud, sekalipun hal itu tidak masuk akal sehat dan tidak bebas dari fanatisme yang membabi buta. Setelah melihat-seperti di atas, maka nyatalah sejarah hidup Nabi Muhammad SAW merupakan sejarah yang paling terpercaya kebenarannya.

Kedua

Fase-fase sejarah hidup Nabi Muhammad SAW jelas adanya, yakni sejak dari perkawinan ayahnya (Abdullah) dengan ibunya (Aminah) sampai dengan wafatnya. Kita semua mengetahui kelahirannya, masa kanak-kanak dan masa remajanya. kita tahu pekerjaan-pekerjaan yang dilakukannya pada masa­-masa sebelum menjadi Nabi, perjalanan-perjalanannya ke luar kota Makkah sampai menjadi Nabi. Yang lebih jelas dan terperinci lagi ialah sejarahnya setelah diangkat sebagai Rasul, sehingga dapat diketahui kronologisnya tahun demi tahun. Adalah beralasan jika kritikus-kritikus Barat mengatakan “Muhammad lah satu-satunya Rasul yang dilahirkan dalam riwayat hidup yang jelas.”

Tidak kita dapati sejarah Rasul-rasul terdahulu yang sama atau hampir sama jelasnya dengan sejarah Nabi Muhammad SAW. Biografi Nabi Musa dan Isa misalnya sedikit sekali yang dapat diketahui.

Ketiga

Sejarah Nabi Muhammad SAW merupakan lukisan sejarah seorang manusia biasa yang menda­pat keistimewaan berupa kerasulan, sehingga tidak keluar dari kemanusiaannya tidak dibumbui dengan dongeng-dongeng dan tidak pula diberi atribut­-atribut ketuhanan sedikit pun. Jika dibandingkan dengan sejarah Nabi Isa As. yang disusun oleh orang-orang Masehi atau dengan sejarah Budha dan lain sebagainya, maka tampak jelas bedanya. Apa-apa yang diriwayatkan tentang mereka itu amat besar pengaruhnya terhadap sikap atau tingkah laku individual dan sosial para pengikutnya. Pemberian atribut-atribut kepada Nabi Isa dan Budha ternyata membuat kedua tokoh ini tidak mungkin dijadikan contoh teladan oleh manusia lain, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam kehidupan sosialnya. Nabi Muhammad adalah sebaliknya, karena tidak diberi atribut ketuhanan dapatlah beliau dijadikan contoh oleh siapa pun. Inilah yang dinyatakan oleh ayat:

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

“Sesungguhnya pada diri Rasulullah ada teladan yang baik bagi orang yang mengharap Allah dan hari akhir dan banyak berdzikir.” (Q.S. Al-Ahzab: 21)

Keempat

Sejarah hidup Rasulullah mencakup semua segi kemanusiaan. Sejarahnya semasa belum menjadi Rasul, merupakan sejarah seorang pemuda yang lurus. Sejarah seorang Rasul mengajak ke jalan Allah dengan metode yang dapat diterima dan mencurahkan seluruh kemampuan yang ada padanya guna menyampaikan risalah. Sejarah hidup Nabi mengisahkan dirinya sebagai kepala negara yang berhasil meletakkan setepat-tepat dan sebagus-bagus sistem kenegaraan, mengawasinya dengan sigap, tulus dan jujur. Sejarah Rasulullah melukiskan beliau sebagai seorang suami dan seorang ayah yang penuh kasih sayang, ramah dan pandai membedakan mana hak dan mana kewajiban masing-masing anggota keluarga, sebagai seorang pendidik dan pembimbing yang menuntun sahabat-sahabatnya dengan pendidikan yang patut ditiru sebagai jalan menanamkan semangatnya ke dalam jiwa mereka, hingga mengi­kuti teladannya, baik dalam soal kecil maupun dalam soal besar. Sejarah Nabi SAW juga mengisahkan dirinya sebagai seorang Rasul yang benar, melaksa­nakan keharusan-keharusan dalam persahabatan yang berupa kewajiban maupun tata tertibnya, sehingga sahabat-sahabat tersebut sangat menya­yanginya seperti menyayangi diri sendiri, bahkan lebih sayang ketimbang terhadap keluarga dan sanak family. Sejarah hidup Nabi Muhammad juga menceritakan beliau sebagai seorang ahli perang yang perkasa, sebagai panglima yang unggul, sebagai politikus yang sukses, sebagai seorang tetangga yang terpercaya dan seorang yang selalu menepati janji.

Pendeknya, sejarah Rasulullah SAW benar-benar merupakan sejarah yang mencakup semua segi manusiawi yang terdapat dalam masyarakat. Inilah yang membuatnya menjadi teladan yang baik untuk setiap da’i, panglima, ayah, suami, pendidik, politisi, negarawan dan seterusnya.

Kelengkapan serupa atau hampir serupa dengan kelengkapan sejarah Nabi Muhammad SAW tidak pernah dijumpai dalam biografi Rasul-rasul terdahulu. Nabi Musa As. misalnya hanya merupakan pemimpin yang berhasil membebaskan umatnya dan perbu­dakan, kemudian berhasil meletakkan kaidah-kaidah dan prinsip-prinsip kemasyarakatan yang berguna. Tetapi dalam sejarahnya tidak ada sesuatu yang membuat beliau pantas dijadikan contoh oleh tentara, oleh para pendidik, politikus-politikus, kepala-kepala negara, oleh bapak atau oleh suami-suami. Sejarah Nabi Isa hanya menggambarkan beliau sebagai da’i yang zuhud (tidak mementingkan dunia). Beliau tidak punya harta, rumah dan kekayaan lainnya. Sejarah Nabi Isa seperti yang dipahami oleh orang­-orang Kristen sama sekali tidak menggambarkan beliau sebagai seorang panglima perang atau sebagai kepala negara, tidak pula tergambarkan beliau sebagai seorang ayah, seorang suami, atau seorang yang berani. Ketidaklengkapan ini juga ditemui dalam sejarah hidup Büdha, Kungfutse, Aristoteles, Plato, dan orang-orang bersejarah lainnya. Mereka ini tidak menjadi suri teladan. Kalaupun ada, hanya dalam segi tertentu saja. Satu-satunya manusia bersejarah yang pantas dijadikan teladan dalam semua segi kehidupan adalah Muhammad SAW.

Kelima

Sejarah Nabi Muhammad SAW yang lengkap itu sendiri merupakan bukti kebenaran risalah dan kerasulannya. Sejarah beliau merupakan sejarah insan kamil 1) yang melaksanakan dakwahnya setapak demi setapak. Tidak dengan menggunakan mukjizat atau hal-hal yang luar biasa, tetapi justru dengan cara dan jalan biasa. Dalam melaksanakan dakwahnya beliau sering diganggu atau disakiti, dan dakwah beliau memperoleh pengikut setia dan jika tidak dapat mengelak dan terjadinya peperangan, maka beliau pun berperang. Beliau bertindak bijaksana dan simpatik. Sampai saat wafatnya dakwah beliau telah meratai anak benua Arab, tidak dengan menggunakan cara-cara kekuasaan, akan tetapi meng­gunakan cara ihsan. Siapa saja yang paham benar adat keyakinan orang-orang Arab pada waktu itu, mengetahui betul bagaimana kerasnya tantangan yang mereka berikan, mengerti benar tidak seimbangnya kekuatan pihak Nabi dibanding dengan kekuatan lawan, mengetahui singkatnya waktu yang dihabiskan dalam tugas kerasulannya, pastilah orang itu yakin akan kebenaran kerasulan beliau. Allah Swt. memberikan ketetapan hati, kekuatan jiwa, keluasan pengaruh dan kemenangan kepada Muhammad SAW tidak lain hanya karena dia benar-benar seorang Nabi yang benar. Tidak mungkin Allah akan memberikan kualitas-kualitas seperti itu, kalau dia seorang yang dusta. Sejarah hidup Rasulullah SAW benar-benar membuat kita yakin terhadap kebenaran risalahnya. Kita meyakini­nya hanyalah karena cocok dengan akal pikiran, bukan karena mukjizat. Iman bangsa Arab kepada kebenaran risalahnya tidak pertama-tama didasari oleh adanya mukjizat yang keluar. Tak satu mukjizat Nabi pun yang menjadi sebab berimannya orang-­orang kafir yang degil itu. Sebab suatu mukjizat material tentu hanya bernilai bagi orang-orang yang menyaksikannya, sedangkan iman orang-orang yang tidak menyaksikan seperti kita sekarang semata-­mata berdasarkan pengakuan dan pembenaran secara akal atas kebenaran risalahnya. Al-Qur’an yang merupakan mukjizat akli itu pasti menggoda setiap orang yang berakal dan berkeinsyafan untuk percaya kepada risalah Muhammad SAW.

Tak pelak lagi hal ini pun membedakan sejarah Nabi Muhammad dengan Nabi-nabi sebelumnya. Percayanya umat Nabi terdahulu kepadanya hanya karena menyaksikan keluarbiasaan yang dibawa, bukan karena pertimbangan akal sehat dan pema­hamannya tentang prinsip-prinsip ajarannya. Nabi Isa As. adalah contoh dalam hal ini. Allah mence­ritakan dalam Al-Qur’an, senjata yang diberikan Allah kepada beliau guna meyakinkan orang Yahudi ialah mukjizat. Yaitu dapat menyembuhkan penyakit bisu dan belang, dapat menghidupkan orang yang sudah mati, dapat menurunkan langsung makanan berlimpah ruah dari langit.

Apa yang kita katakan tadi ternyata dibenarkan oleh Injil-injil yang ada, mukjizat-mukjizat mate­riallah satu-satunya sebab berimannya sekelompok orang kepada Nabi Isa. Betapa bedanya antara keterangan Injil dan Qur’an tentang sebab-sebab berimannya umat Nabi Isa. Kalau Al-Qur’an menya­takan sebab dimaksud ialah kebenaran kerasulan Isa, maka Injil-injil yang ada kini menyatakan karena keluarbiasaannya, bahkan beliau dianggap pula sebagai Tuhan atau Anak Tuhan. Setelah wafatnya Nabi Isa, agama Masehi tersebar karena hal-hal yang luar biasa. Agama Masehi benar-benar didasar­kan kepada mukjizat. Demikian menurut keterangan-­keterangan yang dapat dibaca dalam Injil-injil yang ada sekarang.

Jika dibandingkan dengan sejarah Nabi Muham­mad, maka nyata benar bedanya, kalau umat Nabi Isa beriman karena mukjizat, maka umat Nabi Muhammad beriman karena memang ajarannya bisa diterima oleh akal sehat. Adanya mukjizat Nabi Muhammad tidak lain merupakan bukti keagungan­nya, untuk mematahkan alasan-alasan orang-orang yang ingkar lagi keras kepala. Orang yang meneliti Al-Qur’an akan menemukan, metode yang dipakai guna meyakinkan setiap pembacanya adalah metode akli dan fakta-fakta nyata mengenai keagungan ciptaan Allah. Memahami kemukminan Rasulullah SAW akan menjadi bukti dan kebenaran kerasulan Muhammad.

Firman Allah

وَقَالُوا لَوْلَا أُنْزِلَ عَلَيْهِ ءَايَاتٌ مِنْ رَبِّهِ قُلْ إِنَّمَا الْآيَاتُ عِنْدَ اللَّهِ وَإِنَّمَا أَنَا نَذِيرٌ مُبِينٌ

أَوَلَمْ يَكْفِهِمْ أَنَّا أَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ يُتْلَى عَلَيْهِمْ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَرَحْمَةً وَذِكْرَى لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ

“Dan mereka berkata: mengapa tidak diturunkan baginya mukjizat-mukjizat dan Tuhannya? Katakan, sesungguhnya mukjizat itu adalah kuasa Allah dan aku hanyalah pemberi peringatan yang nyata. Apakah mereka tidak merasa cukup, telah kami turunkan kitab yang dibacakan kepada mereka. Sesungguhnya di dalamnya terdapat rahmat dan peringatan bagi kaum yang beriman.” (QS. Al-Ankabut: 50-51)

Ketika orang-orang Quraisy mendesak agar Nabi Muhammad memperlihatkan mukjizat, maka Allah menyuruh beliau menjawab seperti dalam ayat berikut

وَقَالُوا لَنْ نُؤْمِنَ لَكَ حَتَّى تَفْجُرَ لَنَا مِنَ الْأَرْضِ يَنْبُوعًا

أَوْ تَكُونَ لَكَ جَنَّةٌ مِنْ نَخِيلٍ وَعِنَبٍ فَتُفَجِّرَ الْأَنْهَارَ خِلَالَهَا تَفْجِيرًا

أَوْ تُسْقِطَ السَّمَاءَ كَمَا زَعَمْتَ عَلَيْنَا كِسَفًا أَوْ تَأْتِيَ بِاللَّهِ وَالْمَلَائِكَةِ قَبِيلًا

أَوْ يَكُونَ لَكَ بَيْتٌ مِنْ زُخْرُفٍ أَوْ تَرْقَى فِي السَّمَاءِ وَلَنْ نُؤْمِنَ لِرُقِيِّكَ حَتَّى تُنَزِّلَ عَلَيْنَا كِتَابًا نَقْرَؤُهُ قُلْ سُبْحَانَ رَبِّي هَلْ كُنْتُ إِلَّا بَشَرًا رَسُولًا

“Dan mereka berkata: kami tidak akan percaya kepadamu sehingga engkau pancarkan untuk kami mata air dan bumi. Atau engkau memiliki kebun korma dan anggur dan di celah-celahnya ada sungai yang mengalir. Atau engkau gugurkan langit berkeping-keping seperti yang engkau katakan. Atau engkau hadapkan Allah Dan Malaikat kepada kami. Atau engkau memiliki sebuah rumah dan emas dan engkau naik ke langit. Dan kami tidak akan percaya dengan kenaikanmu itu sebelum engkau turun membawa kitab yang dapat kami baca. Katakan, Maha Suci Allah Tuhanku aku ini adalah seorang manusia yang diutus.” (QS. Al-Isra’: 90-93)

Demikian jelasnya Al-Qur’an menyatakan Muhammad adalah manusia yang diutus tidak didasarkan kepada hal-hal yang luar biasa atau mukjizat, tetapi diarahkan kepada pertimbangan akal dan hati nurani.

فَمَنْ يُرِدِ اللَّهُ أَنْ يَهدِيَهُ يَشْرَحْ صَدْرَهُ لِلْإِسْلَامِ وَمَنْ يُرِدْ أَنْ يُضِلَّهُ يَجْعَلْ صَدْرَهُ ضَيِّقًا حَرَجًا كَأَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِي السَّمَاءِ كَذَلِكَ يَجْعَلُ اللَّهُ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ

“Siapa saja yang dikehendaki Allah untuk beriman, maka akan dilapangkan dadanya untuk menerima Islam.” (QS. Al-An’am: 125)

– Bersambung