Wednesday, July 22, 2009

Monday, July 13, 2009

Penebar Islam Liberal = Domba Kaum Zionis

Penebar Islam Liberal = Domba Kaum Zionis


Peran yang dimainkan oleh orang-orang liberal, para pemimpi utopis
itu, pada akhirnya akan dimainkan ketika pemerintah kita mereka akui.
Sampai saat itu, mereka akan tetap melayani kita dengan baik.


Oleh karena itu, kita akan terus mengarahkan pemikiran-pemikiran
mereka kepada segala macam konsepsi dengan teori-teori fantastis,
baru, dan nampak progresif: yang akan sia-sia, karena kita tidak akan
mengisi kepala-kepala kosong para goyim (istilah Ibrani bagi orang
non-Yahudi atau gentile menurut istilah Latin) itu dengan kemajuan
ataupun dengan keberhasilan yang sempuma; hingga tidak satu pun dari
otak para goyim itu yang mampu memahami, bahwa di dalam kata liberal
ini tersembunyi pengertian tentang keberangkatan untuk meninggalkan
segala aspek kebenaran, karena hal itu bukanlah masalah tentang
penemuan-penemuan materi, dan karena kebenaran itu hanya satu, yang di
dalamnya sudah tidak ada lagi tempat bagi kemajuan (progress).
Kemajuan itu bagaikan sebuah gagasan yang keliru, bekerja untuk
menutupi kebenaran, sehingga tak seorang pun dapat mengetahui tentang
kebenaran itu, kecuali kita, Manusia Pilihan Tuhan, yaitu
wali-wali-Nya.” (Kutipan Protokol Ke-13 dari Protocols of the
Learned Elders of Zion).

Pencipta Isme-Isme

Bila Anda pernah membaca Protocols of the Learned Elders of Zion
(Protokol Panatua Panutan Kaum Zionis), yang lazim juga disebut
Protocols of Zion, maka dengan gamblang kita akan memahami bahwa para
Panatua Panutan Zionis di abad ke-18 â€"yang mereka sebut Abad
Pencerahan (Enlightment Era), yang hampir secara bersamaan lahir
gagasan-gagasan tentang nasionalisme sebagai antithesis terhadap
feodalisme dan sosialisme sebagai antithesis terhadap kapitalisme
serta sekularisme sebagai antithesis theokratismeâ€" adalah pencipta
isme-isme dunia yang saling bertentangan itu. Jadi, semua isme dunia
yang pernah kita kenal â€"yang sebagian di antaranya sempat dianut
oleh berbagai golongan atau partai politik di Indonesiaâ€" pada
hakikatnya lahir dari Satu Ibu Kandung yang sama.

Lalu, mengapa mereka harus menciptakan dan mempromosikan isme-isme
yang saling bertabrakan itu?

Untuk mencoba mengerti hal itu, kita harus mampu memahami sistem,
struktur, dan budaya yang mereka anut. Sistem yang mereka anut disebut
Fertile Crescent System, struktur yang mereka gunakan disebut The
Golden Triangle Structure dan budaya yang mereka pakai adalah Conflict
Culture. Artinya, konflik merupakan budaya yang terkandung di dalam
sistem dan struktur yang mereka anut dan gunakan. Tanpa konflik,
struktur yang mereka gunakan akan runtuh dan secara serta-merta sistem
yang mereka anut pun akan hancur (catastrophic level). Oleh karena
selama puluhan abad sistem peradaban yang kita anut mengacu pada
Fertile Crescent System â€" yang konon didesain oleh Raja Babylonia,
Nimrod atau Namrud, 4 millennium yang laluâ€" maka dengan sendirinya
dunia kita selama puluhan pula tak pernah damai, alias selalu
terjerumus dari satu peperangan ke peperangan yang lain. Di Eropa,
Fertile Crescent System dikenal dengan Labyrinth/Knossos dan di China
disebut San Kuo.

Kebenaran Mutlak

Kalau kita berbicara tentang kebenaran, maka tentu saja hanya ada satu
kebenaran, yaitu Kebenaran dengan K besar (uppercase) yang artinya
Kebenaran Mutlak. Tentu saja Kebenaran dengan K besar hanya milik Yang
Satu pula, yaitu Sang Maha Pencipta.
Sebaliknya, bila kita berbicara tentang ‘kebenaran’ dengan ‘k’
kecil (lowercase), kita akan menemukan banyak ‘kebenaran’. Nah, di
sinilah para pemikir, penabur, penganjur, dan penganut Islam Liberal
bermain. Bermain-main dengan ‘kebenaran’ (‘k’ kecil), tetapi
mencoba menghujat Kebenaran (K besar). Tentu saja hal itu bukan
maqom-nya. Artinya tidak sepadan.

Kalau ada cendekiawan yang melayani perdebatan dengan penganut Islam
Liberal, sama dengan mereka bermain gaple, permainan akal-akalan.

Bagaimana tidak? Seorang pemain gaple yang pada gebrakan awal
mengeluarkan kartu balak empat, berharap lawan-lawannya berfikir bahwa
dialah memegang banyak kartu gacoan empat. Ketika lawan-lawannya
menutup kedua pintu empat itu, ia senang sekali, karena pada
kenyataannya kartu gacoan empatnya cuma satu itu. Tentu saja yang
‘main’ adalah kartu lain yang bukan gacoan empat. Lawan-lawannya
kecele, karena kartu empat yang ada di tangan mereka justeru tak
pernah bisa keluar lagi, karena tak diberi kesempatan untuk muncul.

Begitu pula dengan para penganut Islam Liberal, mereka menafikan hukum
wajib menutup aurat dengan pernyataan bahwa pakaian yang tertutup
merupakan budaya Bangsa Arab. Jadi, hukum menutup aurat bukan
Kebenaran, sehingga perintah tersebut boleh-boleh saja tidak diikuti.
Apalagi sekarang ini, wanita-wanita telanjang atau setengah telanjang
atau mempertontonkan pusarnya bertebaran di mana-mana. Dan, hal itu
telah ‘diterima’ zaman, karena tidak ada yang protes dan banyak
pula diikuti oleh kaum wanita dari perkotaan hingga ke pedesaan.
Konsekuensinya, agar Islam dan al-Qur’an tetap eksis, maka Islam dan
al-Qur’an harus mengintil-ngintil di belakang zaman. Inilah
pemahaman mengenai ‘kebenaran’ penganut Islam Liberal, yang
sesungguhnya bukanlah Kebenaran.
Bagi mereka yang cukup mengerti tentang hukum-hukum Islam, tentu saja
akan mampu membaca ‘permainan gaple’ tersebut. Para penganut Islam
Liberal menafikan Kebenaran Mutlak. Kata mereka, “Tidak ada itu
Kebenaran Mutlak, yang ada adalah kebenaran relatif.”

Tetapi, entah karena licik atau idiot, mereka memberikan postulat
(dalil) bahwa zaman ini pasti menuju kepada Kebenaran Mutlak,
karenanya Islam maupun al-Qur’an harus ‘mengikuti’
(mengintil-ngintil) zaman. Terbuktilah bahwa perdebatan tentang ini
hanya ‘akal-akalan’.
Sama persis dengan ‘akal-akalan’-nya para Panatua Panutan Kaum
Zionis, yang menciptakan ide liberal sebagaimana yang dikutip dari
Protocols of Zion di awal tulisan ini. Mereka mengatakan, bahwa untuk
mencapai Kebenaran Mutlak harus melalui proses liberalisasi. Padahal
mereka mengetahui dengan pasti, bahwa di dalam kata liberal itu
terkandung pengertian tentang keberangkatan untuk meninggalkan
Kebenaran yang Satu.
Kemudian, mari kita tengok postulat mereka yang lain, yakni Umat Islam
dilarang memandang dirinya sebagai masyarakat yang terpisah dari
golongan yang lain. Kata ‘terpisah’ dalam hal ini dibuat tidak
jelas. Para penganjur Islam Liberal menganggap wanita muslim yang
mengenakan pakaian tertutup (menutup aurat) sebagai ‘memisahkan
diri’ dari golongan yang lain, sementara yang mempertontonkan paha,
pusar, dan sebagian payudaranya, tidak dianggap ‘memisahkan diri’
dari golongan yang lain; dan bahkan golongan kedua ini tidak
dipermasalahkan, kalau tidak bisa dikatakan ‘didukung’.

Sebagai konsekuensi tidak memisahkan diri dari golongan yang lain,
Umat Islam harus menjadi bagian dari keluarga universal yang
berlandaskan humanisme, demikian pandangan para penganut Islam
Liberal. Humanisme adalah landasan ideal kaum Yahudi-Illuminati
(periksa Piramida Illuminati Bertingkat 13), sama dengan al-Qur’an
yang merupakan landasan ideal bagi Ummat Islam dari dulu hingga
sekarang dan nanti. Jadi, Ummat Islam diminta meninggalkan al-Qur’an
dan menggantinya dengan humanisme, agar bisa menjadi anggota keluarga
universal. Dengan demikian, secara induktif dapat disimpulkan, bahwa
Islam Liberal sama dengan Yahudi-Illuminati. Setidak-tidaknya,
penganut Islam Liberal adalah para goyim yang digembalakan oleh Kaum
Yahudi-Illuminati, atau Domba-domba Kaum Zionis. Betul, nggak ?



----------
Sumber: Indonesia NEWSNET, Juni 2005

HAKIKAT DAJJAL (Dari Darwinisme Hingga Huru Hara Akhir Zaman)

Teman-teman, kita adalah manusia yang ditakdirkan Allah hidup di zaman penghabisan, yaitu zaman dimana dunia hampir saja tutup usia. Zaman dimana Allah dan Rosul-Nya berkali-kali menubuwwatkannya dalam Al Qur`an dan Hadist-hadistnya, dan salah satu tanda akan datangnya hari akhir tersebut adalah munculnya setan besar bernama Dajjal. Tidak ada fitnah yang lebih besar, selain fitnah yang ditimbulkan oleh Dajjal.

Sebagai generasi penerus peradaban Islam, kita mesti tahu dan menyadari dimana posisi kita sebagai mahluk akhir zaman. Apakah kita termasuk orang-orang yang istiqomah ditengah kesesatan yang dahsyat ini dan tetap bergabung dalam pasukan Muhammad, atau menjelma menjadi manusia yang memenuhi kepentingan Dajjal dan antek-anteknya? Karena dengan menyadari posisi ini, kita bisa mengetahui tugas apa yang mesti kita kerjakan.

Panglima besar kita Muhammad SAW bersabda dalam hadistnya bahwa di akhir zaman nanti, kekuatan jahat akan muncul, yang ciri utama kekuatan itu adalah mengacaukan perdamaian, menimbulkan peperangan, dan merusak ketertiban dikalangan umat manusia. Hadist Rosul yang lain mengatakan “tidak akan ada ciptaan (yang menciptakan masalah) melebihi Dajjal, dari penciptaan Adam hingga hari akhir…(shahih Muslim). Dajjal akan muncul ketika masyarakat sudah tidak mampu lagi hidup dengan akhlak yang dituntunkan agama, mengingkari keberadaan Allah secara terang-terangan, merebaknya kebejatan moral, isme-isme sesat, kekacauan, peperangan, bangkitnya penguasa zhalim dan diktator (mulkan jabariyyan), timbulnya kebingungan dan keruwetan yang begitu dahsyat dalam masyarakat. Sehingga banyak manusia yang linglung dan kehilangan pegangan, dikarenakan banyaknya pertentangan pemikiran, sehingga kebenaran menjadi rancu. Dahsyatnya keadaan itu sampai-sampai munculnya sebuah perumpamaan bahwa manusia dizaman itu yang tetap berusaha istiqomah pada diennya, ibarat menggenggam bara api yang sangat panas yang tentu sangat sulit mempertahankannya. Keinginan untuk ‘melepaskannya’ selalu datang mengganggu jiwanya.

Apakah Dajjal itu…?

Dilihat dari asal katanya, bahasa Arab. Dajjal memiliki beragam arti, diantaranya “pembohong dan penyamar”, seseorang yang berbohong, memenuhi dunia dengan pengikut-pengikutnya, dan menyelubungi kebenaran dengan keingkaran (lisanul `Arab). Dalam beberapa hadist rosul lainnya menyebutkan ciri-ciri dajjal, seperti bermata satu, ada tulisan ka far o dijidatnya alias kafir, rambutnya keriting, bentuk badannya jelek, buruk, pokoknya sesosok mahluk yang nggak sedap dipandang mata lah. Dari gambaran hadist-hadist tersebut kita mungkin beranggapan bahwa Dajjal adalah sesosok manusia, akan tetapi selain sebagai sosok manusia secara zahir, Dajjal juga dapat diartikan sebagai sebuah ideology atau paham sesat yang cenderung dengan kekerasan, kekacauan, dan tipu muslihat. Kita bisa menyebutnya dengan istilah “System Dajjal” yang tujuan utamanya adalah menimbulkan huru hara besar, kekacauan, mendorong manusia mengingkari keberadaan Allah, merusak system Islam yang sudah baku, dan kemudian mengganti sepenuhnya dengan system tersebut yakni system perwujudan Dajjal.

Kehadiran Dajjal memiliki tujuan yang sangat besar untuk merekrut manusia agar mau menjadi pengikutnya, untuk kemudian akan bersama-sama masuk ke dalam neraka Jahannam. Ia menyediakan “syurga” dan “neraka” sendiri. Seperti yang digambarkan dalam hadist nabi dibawah ini : “Ketika Dajjal muncul, dia akan membawa api & air bersamanya. Apa yang disebut manusia air yang dingin, sesungguhnya adalah api yang membakar. Jadi barangsiapa diantara kamu menemuinya, dia harus memilih yang tampak olehnya sebagai api, karena sesungguhnya, itu adalah air yang segar dan dingin…(shahih Bukhari)

Itulah salahsatu gambaran tipu muslihat Dajjal. Kita jangan sampai lupa kalau Dajjal itu adalah duta besar Iblis alaihi laknatullah. Musuh abadi kita dari awal kehidupan. Bukankah kinerja Iblis dan setan adalah menjadikan manusia memandang baik perbuatan buruk, dan memandang buruk perbuatan baik? “Air dan api” dajjal dalam hadist tersebut, bisa saja merupakan sebuah perumpamaan untuk pemutarbalikan nilai kebaikan dan keburukan tsb. Allahu a`lam.

Sedikit flash back...”.

Sebelum kita melanjutkan pembahasan ini, kita sebaiknya mengingat kembali tentang perseteruan abadi antara Iblis dan manusia hingga akhir zaman, bermula dari keengganan Iblis ketika disuruh bersujud pada nabi Adam, karena Iblis merasa lebih unggul dari Adam yang hanya diciptakan dari tanah. Murkalah Allah kepada mereka, lalu Allah mengusir dan melaknat bani Iblis dari syurga, Iblis pun menyetujui perintah Allah, namun sebelumnya ia minta diberi tenggang waktu sampai hari akhir agar dapat mengganggu dan menyesatkan anak Adam sebanyak-banyaknya, Allah pun mengabulkan permintaan Iblis. Konspirasi Iblis pertama terjadi di surga, Adam dan Hawa tergoda untuk memakan buah yang menimbulkan penyesalan dihati mereka, atas kehendak Allah, mereka diperintahkan untuk turun ke bumi. Sebelum turun ke bumi, Allah berpesan kepada mereka. “Turunlah kalian semuanya dari syurga, kemudian jika datang petunjuk dariKu (melalui Rosul & kitab-kitab yang diturunkan pada mereka) maka barangsiapa yang mengikuti petunjukku niscaya tidak ada kebimbangan terhadap mereka dan tidak pula bersedih hati…”. Dari sini sudah jelas, bahwa diantara kita dan memang setan memiliki perseteruan abadi hingga akhir zaman. Iblis dan antek-anteknya akan senantiasa berusaha mengajak manusia pada kesesatan, dan mencabut manusia dari akar tauhid.

Dari cerita diatas kita juga bisa melihat perbedaan antara Adam dan Iblis. Adam tidaklah diusir dari syurga ke bumi, akan tetapi diperintahkan Allah turun ke bumi untuk menjadi khalifah pemakmur bumi, karena Adam ketika ia berbuat khilaf (memakan buah khuldi), dia langsung menyadari perbuatannya dan bertobat kepada Allah dengan penyesalan yang sangat mendalam, sedangkan Iblis, ia diusir Allah dari syurga dengan kemurkaan-Nya, karena ketika ia diperintahkan bersujud pada Adam, ia menolaknya dengan sangat sombong, bahkan ketika Allah mengulangi perintahnya, Iblis tetap bertahan pada pendiriannya. Boro-boro mau bertobat, merasa bersalah saja tidak. Dari sini kita bisa mengambil sebuah pelajaran bahwa KERAS KEPALA & SOMBONG adalah PANGKAL/INDUK SEGALA DOSA yang tidak diampuni Allah, kecuali jika ia mau bertobat dan mengakui kesalahannya. Dosa yang berpangkal dari nafsu memiliki harapan ampunan yang lebih besar. Sedang dosa yang berpangkal dari kesombongan akan sulit mendapatkan ampunan Allah selama ia tetap keras kepala.

Dajjal dan Hubungannya Dengan Darwinisme...”

Selama kehidupan masih digelar, pertentangan antara kebaikan dan keburukan akan terus terjadi. Sebagaimana tujuan para nabi diutus adalah untuk menegakan kalimat tauhid, maka sebaliknya, agenda utama Iblis didunia ini adalah mengajak manusia agar berpaling dari tauhid.

Kemunculan Dajjal adalah salah satu rencana dan skenario Iblis (dengan kehendak-Nya). Iblis yang menggenggam erat dendam abadinya, terus berupaya mencari cara agar manusia tercebur dalam lubang kekufuran.

Saat ini, paham materialis (paham kebendaan) menguasai iklim kehidupan dunia, sebenarnya apa akar dari paham tersebut? Mari kita telusuri. Materialisme mengajarkan pada manusia tentang kesegala-galaan materi dalam hidup ini. semua berasal dari materi dan akan kembali pada materi. Itulah pengertian sederhananya. Hal ini selaras dengan Darwinisme, Pencetus teori ini adalah Charles Darwin, pada tahun 1859, dia mengarang sebuah buku berjudul “The Origin Spesies” asal usul manusia. Ia mengatakan bahwa semua spesies mahluk hidup berasal dari sel tunggal 3,8 milyar tahun yang lalu yang muncul secara kebetulan, dan berevolusi (berubah) menjadi bermacam-macam spesies baru yang memenuhi alam ini... (sekilas info : kakeknya Charles Darwin, Erasmus Darwin adalah salah seorang Grand Master Freemason). Meskipun teori ini telah terbantah oleh penemuan-penemuan baru setelahnya, karena tidak memiliki dasar ilmiah, akan tetapi masih ada sekelompok orang yang masih mempertahankannya sampai saat ini , meskipun mereka mengetahui kecacatan teori ini, karena mereka masih memiliki kepentingan dengan teori ini, karena titik tolak Darwinisime adalah pengingkaran menyeluruh terhadap sang pencipta.

Jika kita cermati teori ini, kita akan memahami tujuan sesungguhnya paham ini adalah ingin membuat manusia lupa darimana mereka berasal dan akan kembali kemana? Dalam Islam sudah jelas bahwa manusia adalah ciptaan Allah, berasal dari satu Bapak, yakni Adam dan akan kembali pada Allah (membawa serta tanggung jawab perbuatannya di dunia). Sedangkan orang yang telah terdoktrin dengan pemikiran ini akan beranggapan bahwa dia berasal dari alam (materi) dan akan kembali ke alam pula. Jadi Tuhan sang pencipta tidak memiliki posisi dalam kehidupannya, otomatis orang yang berpikir seperti ini akan menjadi sesosok manusia yang tidak peduli dengan amal perbuatannya, ia akan melakukan segala hal yang disukainya, tidak peduli dengan akibat yang timbul, karena ia tidak merasa akan bertanggung jawab pada siapapun. Inilah sebenarnya akibat yang paling berbahaya dari paham materialisme. Materialisme dengan teori evolusinya tidak hanya menjadikan manusia sebagai Atheis (anti Tuhan) akan tetapi dari paham evolusi ini, lahirlah isme-isme sesat lainnya seperti komunisme, fasisme, dan rasisme. Isme-isme sesat ini lah yang menjadi penyebab kehancuran, kekerasan, peperangan, dan kekacauan sistem kehidupan manusia abad ini. Mari kita lihat hubungan isme-ime ini.



A. Darwinisme

1. Titik tolak Darwinisme adalah pengingkaran menyeluruh terhadap sang pencipta. Tujuan utamanya adalah pembentukan mayarakat yang benar-benar terlepas dari agama. Akibatnya, Darwinisme telah menjadi agama yang bertuhankan kesempatan dan kebetulan



2. Darwinisme berpandangan bahwa ada perjuangan untuk bertahan hidup di alam ini. (ingatlah seleksi alam-nya darwinisme, hanya yang kuat lah yang dapat bertahan) Sehingga kekejaman pun berlaku. Menurut pernyataan ini, perjuangan tanpa kenal kasihan yang terjadi diantara mahluk hidup lainnya juga berlaku pada manusia. Dalam lingkungan tempat seseorang melihat orang lainnya sebagai musuhnya, perasaan yang paling sering muncul adalah kemarahan, kerserakahan, dan kebencian.



3. Jika hanya yang kuat saja yang dapat bertahan hidup, kekacauan dan peperangan akan sangat mudah terjadi. Sebab, masing-masing pribadi memiliki kepentingan sendiri untuk mempertahankan eksistensinya, sehingga sifat egois manusialah yang menonjol. Tenggang rasa, saling menghormati, dan toleransi sangat sulit diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat, ujung-ujungnya yang ada hanyalah bahasa PEPERANGAN



4. Darwinisme adalah kebohongan dan tipu daya ilmiah terbesar abad ini, semua pernyataannya telah disangkal ilmu pengetahuan modern, akan tetapi racun-racun yang ditinggalkan masih kita rasakan hingga saat ini, dan telah memiliki bentuk lain bernama komunisme, rasisme, fasisme, dll. Ingat, salah satu arti dari Dajjal adalah KEBOHONGAN BESAR.



B. KOMUNISME

1. Komunisme menggambarkan agama sebagai candu bagi masyarakat. Titik perjuangan paham ini adalah menentang semua kepercayaan dan keberadaan Tuhan (Atheisme), sedang Atheisme bermuara dari paham materialis yang dimotori oleh Darwinisme.



2. Komunisme menyatakan bahwa kemajuan hanya bisa terjadi dengan cara pertentangan. Tidak mungkin ada kemajuan tanpa pertumpahan darah (ini Lenin yang bilang)



3. Pemberontakan senjata dan revolusi merupakan unsur penting dari komunisme



4. Komunisme bertekad melawan setiap penentangan dan perbedaan. Perbedaan berarti hanya satu hal: pertentangan. Hanya boleh ada satu jenis untuk segala hal didalam pemerintahan komunis, termasuk manusia. (artinya manusia yang boleh hidup hanyalah manusia yang memiliki keyakinan komunis)



5. Dalam pelaksanaannya, komunisme menjadi petunjuk yang jelas tentang betapa menipunya pemikiran seperti persamaan, keadilan sosial, dan kebebasan. Inilah ideologi Dajjal abad ini. Sistem yang penuh dengan kepalsuan yang terbungkus dengan kata-kata indah



C. FASISME & RASISME

1. Fasisme dan semua cara yang ditempuhnya, bertentangan langsung dengan akhlak agama. Salah satu sifat yang membedakan fasisme adalah kecendrungannya untuk membunuh orang yang tidak bersalah atas sesuatu yang dinamakan ”nilai-nilai suci” dan menganggap pembantaian sebagai kebajikan. Itulah sebabnya, perang merupakan bagian yang tak bisa dipisahkan dari fasisme.



2. kemarahan dan kebencian yang ditujukan kepa ras yang berbeda merupakan salah satu unsur mendasar dari fasisme, dan ini berhubungan dengan ideologi rasisme. Kecendrungan rasis ini telah mengilhami banyak peperangan, pertentangan, kematian, dan PEMBERSIHAN ETNIS. Keyakinan atas keunggulan ras ini (terutama ras kulit putih) diilhami dari Darwinisme pula, Darwin mengemukakan bahwa ras tertentu, ras Eropa contohnya, telah berkembang melebihi ras lainnya selama proses evolusi. Yang lainnya tidak beranjak jauh dari moyang primitif manusia yaitu KERA. Nauzubillah...akhirnya karena mereka merasa lebih unggul, mereka dengan seenaknya membantai manusia dari ras lainnya, mereka menganggap bahwa ras diluar ras kulit putih (berarti termasuk ras kita, melayu) adalah ras yang terbelakang, bodoh, tidak berguna, jelek, dan cuma menyempit-nyempitkan bumi saja, menghabiskan persediaan makanan, oleh karena itu mereka berangapan, sebaiknya ras lain dimusnahkan saja daripada mengancam keberadaan ras kulit putih, nauzubillah. Dan sebagai perwujudan dari renana itu adalah diciptakanlah peperangan dan pembantaian ras lain.



Semua isme-isme sesat ini pada hakikatnya bermuara dari satu hal yaitu kesombongan Iblis alaihi laknatullah. Iblis dilaknat Allah karena kesombongannya, merasa lebih unggul dari Adam karena Iblis diciptakan dari api, sedang Adam dari Thurab (tanah). (nggak beda dengan sekarang. Ras kulit putih merasa lebih ganteng, cantik, bagus, pintar, sehingga mereka menindas ras lainnya) dan Iblis adalah musuh kita hingga akhir zaman, dan pada zaman sekarang ini, Iblis dan pengikutnya dari golongan manusia semakin berkuasa mencengkram dunia dengan propaganda dan misi-misinya. Tampaknya semua yang diberitakan Rosulullah 15 abad yang lampau telah menjadi kenyataan satu persatu, dan aroma kedatangan akhir zaman mulai tercium oleh hidung-hidung kita.



Temen-temen, kita telah saksikan bersama, bahwa keadaan saat ini betul-betul sesuai dengan yang diprediksikan Rosulullah, jika memang Dajjal adalah sebuah Ideology (bukan hanya berbentuk sesosok mahluk) berarti Dajjal memang akan segera muncul, atau memang benar-benar sudah muncul di zaman ini???. Itu artinya KIAMAT MEMANG BENAR-BENAR SUDAH DEKAT!!!



Allahualam bisshowab

By : Aishawasholihat

Sunday, July 12, 2009

T h e U i g h u r s

The Uighurs

Toward the end of the 19th century and into the first decades of the 20th, scientific and archaeological expeditions to the region of Eastern Turkestan’s Silk Road discovered numerous cave temples, monastery ruins, wall paintings, as well as valuable miniatures, books and documents. Explorers from Europe, America and even Japan were amazed by the art treasures found there, and soon their reports were capturing attention of an interested public around the world. These relics of the Uighur culture constitute today major collections in the museums of Berlin, London, Paris, Tokyo, Leningrad (St-Petersburg) and the Museum of Central Asian Antiquities in New Delhi. The manuscripts and documents discovered in Eastern Turkestan reveal very high degree of civilization attained by the Uighurs.



Throughout the centuries the Uighurs used the following scripts.

1. Confederated with the Kok Turks in the 6th and 7th centuries, they used the Orkhon script, which was developed from the Sogdian alphabet.

2. In the 5th century they adopted Sogdian italic script which became known as the Uighur script. This script was used for almost 800 years not only by the Uighurs, but also by other Turkic peoples, the Mongols, and by the Manchus in the early stage of their rule in China.

3. After embracing Islam in the 10th century the Uighurs adopted the Arabic alphabet, and its use became common in the 11th century.

4. The Uighurs of the former Soviet Union use Cyrillic.

5. The Uighurs of Eastern Turkestan use the Arabic and Latin alphabets and the Uighurs of Turkey use the Latin alphabet.



Most of the early Uighur literary works were represented by translations of Buddhist and Manichean religious texts, but there were also narrative, poetic and epic works. Some of these were translated into German, English, Russian and Turkish.



After embracing Islam the Uighurs continued to preserve their cultural dominance in Central Asia. World-renowned Uighur scholars emerged, and Uighur literature flourished. Among hundreds of important works surviving from that era are "Qutatqu Bilik" by Yüsüp Has Hajip (1069-70), Mähmut Qäşqäri's "Divan-i Lugat-it Türk", and Ähmät Yüknäki's "Atabetul Hakayik".



The Uighurs had an extensive knowledge of medicine and medical practice. Chinese Sung Dynasty (906-960) sources indicate that a Uighur physician Nanto traveled to China and brought with him many kinds of medicine not known to the Chinese. There are 103 different herbs for use in the Uighur medicine recorded in a medical compendium by Li Shizhen (1518-1593), a Chinese medical authority. Tartar scholar, professor Rashid Rahmeti Arat in Zur Heilkunde der Uighuren (Medical Practices of the Uighurs) published in 1930 and 1932, in Berlin, discussed the Uighur medicine. Relying on a sketch of a man with an explanation of acupuncture, he and some Western scholars suspect that acupuncture was not a Chinese, but a Uighur discovery.



The Uighurs were also advanced in fields such as architecture, art, music and printing. Western scholars who have studied Uighur history, culture and civilization have often expressed a high regard for the cultural level of the Uighurs. For instance, according to Ferdinand Sassure, "Those who preserved the language and written culture in Central Asia were the Uighurs". Albert von Lecoq wrote, "The Uighur language and script contributed to the enrichment of civilizations of the other peoples in Central Asia. Compared to the Europeans of that time the Uighurs were far more advanced. Documents discovered in Eastern Turkestan prove that a Uighur farmer could write down a contract, using legal terminology. How many European farmers could have done that at that period? This shows the extent of Uighur civilization of that time". Prof. Dr. Laszlo Rasonyi wrote, "the Uighurs knew how to print books centuries before Gutenberg invented his press". In the judgment of Prof. Dr. Wolfram Eberhard, "in the Middle Ages, Chinese poetry, literature, theatre, music and painting were greatly influenced by the Uighurs".



Chinese envoys such as Hsuan Chang, Wang Yen De and Chang Chun who traveled through Eastern Turkestan within the seventh to the thirteenth centuries reported that they were impressed by the high degree of the Uighur power, prestige and culture they encountered there.



Wang Yen De, who served as an ambassador to the Qarakhoja Uighur Kingdom between the years 981 and 984, wrote in his memoirs: "I was impressed with the extensive civilization I found in the Uighur Kingdom. The beauty of the temples, monasteries, wall paintings, statues, towers, gardens, houses and the palaces built throughout the kingdom cannot be described. The Uighurs are very skilled in handicrafts of gold and silver, vases and potteries. Some say God has infused this talent into this people only".



This Uighur power, prestige, and culture dominated Central Asia for more than 1000 years went into a steep decline after the Manchu invasion in Eastern Turkestan in 1759, and under the rule of the Nationalist and especially the Communist Chinese.

Source: Eastern Turkestan Information, Volume 1, No.2, July 1991

Uighur Architecture


Xinjiang Berdarah, Ummat Digugah

Xinjiang Berdarah, Ummat Digugah
Oleh Prince of Jihad pada Sabtu 11 Juli 2009, 02:34 PM

Kaum Muslimin di Cina, tepatnya di daerah Xinjiang, China barat laut tewas mengenaskan dibantai oleh suku Han China. Jumlah korban kekejian ini diperkirakan mencapai 600 hingga 800 orang. Pimpinan Kongres Uighur (Muslim di China), Dunia, Asgar Can, menyatakan: “Orang yang bertanggung jawab atas serangan ini adalah Wang Leguan, Kepala Partai Komunis Xinjiang, dan juga kebijakan pemerintah,” katanya. Seperti apa kekejaman pemerintah Komunis China ini memperlakukan minoritas kaum Muslimin di China ? Bantuan apa yang harus diberikan oleh kaum Muslimin saat ini ? Berikut kami postingkan kembali artikel tentang Muslim di China!

Apabila mereka (umat Islam) meminta pertolongan kepadamu dalam urusan pembelaan (dikarenakan adanya invansi, dan sejenisnya) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan. “ (QS.8:72)

14 Abad yang lalu Islam datang ke tanah Cina, pada masa pemerintahan Kholifah Ustman ibn Affan (ra), beliau mengirimkan sebuah delegasi di bawah komando Sa’ad ibn Abi Waqqas (ra), paman Nabi (dari garis ibu) ke Cina. Jarak yang ditempuh sekitar 5000 mil mengemban tugas untuk menyebarkan pesan tauhid (agama Islam) ke daerah kekuasaan Cina dan masyarakat cina yang pada waktu itu menganut kepercayaan paganisme. Utusan tersebut berlayar menuju Cina melalui lautan India dan laut Cina sampai di daerah Portugal dari Guangzhou, mereka kemudian berjalan melewati Chang’an (saat ini dikenal dengan Xi’an), perjalanan mereka dikemudian hari dikenal dengan nama Jalur Sutra.

Negara-negara yang terlewati dengan jalur tersebut didakwahi dengan Islam, sehingga orang-orang Muslim tersebar ke setiap bagian Cina, akan tetapi kebanyakan dari mereka bertempat tinggal di Cina bagian barat. Jumlah tertinggi dari ummat Muslim baru-baru ini dapat ditemukan di Xinjiang, Gansu, Ningxia, Yunan dan propinsi Henan. Saat ini jumlah ummat Muslim yang hidup di Cina sekitar 150 juta orang, dengan jumlah masjid lebih dari 30 ribu masjid.

Hari ini, dengan sengaja dan sistematik rezim Cina menyembunyikan keadaan buruk ummat Muslim yang pada kenyataannya berada dalam kondisi disiksa, dianiaya, dan didzolimi. Secara historis rezim buatan manusia ini (Republik Rakyat Cina) secara dahsyat telah memiliki sistem jahat yang tersistematis untuk membersihkan negaranya dari orang-orang Muslim. Berikut rekam sejarah kekejaman rezim Cina kepada Muslim:

- Antara tahun 1949 dan 1965, di bawah rezim komunis Mao, ummat Muslim yang tinggal di Barat laut Cina sejumlah kurang lebih 26 juta Muslim dibunuh oleh tentara Cina atau mati kelaparan karena ulah dari rezim.

- Tahun 1964, peraturan Cina menggunakan orang-orang Muslim di propinsi Xiang untuk percobaan nuklir sebagai akibatnya, orang-orang di daerah tersebut ditemukan meninggal karena penyakit dan lebih dari 20.000 anak-anak dilahirkan cacat. 210.000 orang-orang Muslim kehilangan hidup mereka sebagai akibat dari percobaan nuklir tersebut dan ribuan lainnya mengidap kanker atau lumpuh.

- Sejak tahun 1966, 10.000 orang Muslim ditahan, ditawan di camp-camp selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun mendekam sebagai tahanan di penjara Cina, disiksa dengan kejam hanya kerena mereka ingin hidup dengan hukum agama mereka yaitu Islam.

- Antara tahun 1995-1997 lebih dari 500.000 orang muslim ditahan tanpa alasan oleh penguasa Cina. Selama periode yang sama lebih dari 5.000 orang meninggal akibat dari siksaan oleh rezim Cina atau dinyatakan hilang. 119 pemuda Muslim dieksekusi secara terbuka dan 5000 muslim ditelanjangi dan diletakkan dihadapan publik untuk dipertontonkan kepada 50 grup/kelompok.

- Kebijakan rasisme dan pembunuhan masal terus berlangsung sampai abad ke 21:

o Wanita Muslim yang hamil tua, diambil dari rumah-rumah mereka dan dipaksa untuk disterilkan/dimandulkan dibawah kondisi yang tidak higienis (tidak bersih) dan anak-anak yang dilahirkan di luar kuota pemerintah dibunuh.

o Disekolah-sekolah pemerintah guru-guru wanita Muslim dilarang memakai kerudung dan guru laki-laki Muslim harus memotong jenggot mereka.

o Masjid-masjid dihancurkan secara bertahap.

o Murid-murid Muslim dengan sengaja disediakan makan siang selama bulan Ramadan sebagai bujukan untuk membatalkan puasa di siang hari.

o Penduduk Muslim diminta untuk tinggal di rumah-rumah mereka pada jam-jam sholat dan dilarang membawa Al-Qur’an pada waktu kerja.

o Siaran radio yang berisi ceramah-ceramah Islam di Masjd dilarang.

o Hampir setiap Masjid di Cina dipasang tanda peringatan larangan untuk sholat rutin berjamaah bagi mereka yang berumur kurang dari 18 tahun.

o Petani-petani Muslim menjual hasil panen mereka kepada agen-agen pemerintah di bawah harga standar karena mereka dilarang menjual ke pasar secara bebas, adapun penduduk Han (penduduk asli Cina) diperbolehkan berdagang tanpa campur tangan pemerintah.

Di bulan Agustus 2006, polisi masuk secara paksa ke rumah wanita Muslim Aminan Momixi ketika dia mengajar Al-Qur’an kepada 37 muridnya, dia ditahan dan murid-muridnya yang terdiri dari anak-anak yang berusia sangat muda sekitar 7 tahunan juga ikut ditahan. Beberapa anak tidak dibebaskan hingga orang tua mereka membayar denda yang berkisar 7000-10.000 yuan (renmibi), padahal gaji rata-rata setiap tahun untuk seorang Muslim berkisar antara 2400 yuan.

Pada minggu terakhir terjadi serangan yang mematikan di sebuah pos polisi disebabkan banyaknya problem atas pelayanan keamanan Cina khususnya berkaitan atas tindakan rezim terhadap Muslim minoritas. Kelompok Mujahidin (yang berada di Turkistan Timur) berada di belakang operasi tersebut melontarkan kasus-kasus Muslim agar menjadi pusat perhatian dunia dan berusaha mengungkap kejahatan rezim Cina, juga menuntut tegaknya negara Islam di Cina atau kekhilafahan di Cina.

Bukan hal yang mengherankan lagi jika seruan serupapun timbul untuk tegaknya sistem kekhilafahan secara internasional oleh ummat Muslim yang ada di Burma, Kasymir, Kazakhstan, Kyrgyztan, Mongolia, Nepal dan Tibet, semua negara tersebut berbatasan dengan Cina atau mereka dapat dikatakan bertetangga. Sistem kekhilafahan ini bukan isapan jempol belaka dari sebuah imajinasi atau hayalan akan tetapi sistem ini telah tegak selama 1302 tahun dimana orang-orang (Muslim maupun non muslim) hidup di bawah hukum-hukum Allah (SWT) dengan damai, keamanan mereka terjaga dan semua kebutuhan dasarnya tersedia dengan harga yang umum.

Seorang muslim di Cina mengatakan, “Jika kamu mengatakan atau bercerita sedikit tentang rezim Cina maka mereka akan memotong lenganmu dan jika kamu bercerita banyak maka mereka akan membunuhmu.”, Muslim yang lain mengatakan, “Jika kamu mengatakan kebenaran tentang mereka (rezim Cina) maka mereka akan memotong keluar lidah saya.” Semua penyiksaan ini yang terjadi di Cina atas orang-orang Muslim (laki-laki, wanita dan anak-anak) maka itu adalah tanggung jawab dan kewajiban orang-orang Muslim seluruhnya secara global untuk membantu satu sama lain dalam rangka membebaskan diri kita sendiri dari belenggu hukum dan kekuasaan manusia.

Rasulullah Salallahu Alaihi Wasalam bersabda:

‘Umat Muslim adalah satu ummat satu sama lain tanah mereka adalah satu, perang mereka adalah satu, perdamaian mereka adalah satu dan kebenaran mereka adalah satu.’ (HR. Muslim).

Jadi baik ummat Muslim yang hidup di Cina atau di manapun, kita berkewajiban untuk mendukung mereka sebab Allah (SWT) menyatakan kepada kita dalam Al-Qur’an al Karim :

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan pertoIongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itu satu sama lain lindung-melindungi. dan (terhadap) orang-orang yang beriman, tetapi belum berhijrah, Maka tidak ada kewajiban sedikitpun atasmu melindungi mereka, sebelum mereka berhijrah. (akan tetapi) jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, Maka kamu wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah ada Perjanjian antara kamu dengan mereka. dan Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Anfaal: 72).

Source: Almuhajirun

Cina Larang Diadakannya Sholat Jumat di Masjid Urumqi

Cina Larang Diadakannya Sholat Jumat di Masjid Urumqi
Oleh Hanin Mazaya pada Jum'at 10 Juli 2009, 03:52 PM

URUMQI (Arrahmah.com) - Otoritas musyrik Cina memerintahkan beberapa masjid di daratannya, tepatnya di wilayah Urumqi, untuk tidak menggelar sholat jumat pada hari ini (10/7), mereka menutup masjid-masjid tersebut sehari penuh.

Salah seorang pejabat negara cina mengatakan bahwa tujuan menutup masjid tersebut adalah untuk menciptakan "keamanan", ia menambahkan "penduduk Muslim dapat berdiam diri di rumah mereka pada hari ini dan melaksanakan sholat di sana," ujarnya seperti yang dilansir AP.

Pejabat di Kashgar, kota lain di provinsi Xinjiang telah melarang turis asing mendatangi wilayah tersebut. Mereka telah memerintahkan turis asing dan para jurnalis untuk meninggalkan kota tersebut.

Unjuk rasa yang terjadi baru-baru ini dan berujung pada bentrokan yang menewaskan sedikitnya 156 orang dan melukai lebih dari 1.100 lainnya, menjadikan otoritas Cina semakin "ketat" memperlakukan Muslim di sana.



Terdapat lebih dari delapan juta kaum muslimin Uighur, yang kebanyakan dari mereka harus menerima pendzaliman secara politik, ekonomi, bahkan untuk menjalankan aturan agama mereka sendiri oleh suku Han Cina selama puluhan tahun.

Selama periode yang panjang ini, muslim Uighur berusaha untuk mempertahankan diri dengan melalui kampanye melawan kekuasaan musyrik Cina. (haninmazaya/prtv/arrahmah.com)

Muslim Uighur di Xinjiang, China, Dilarang Tarawih

Muslim Uighur di Xinjiang, China, Dilarang Tarawih
Written by Redaksi2
Monday, 08 September 2008 18:37
BEIJING -- Pada saat seluruh ummat Islam di dunia menyelenggarakan shalat tarawih usai berbuka puasa, Muslim Uighur di Xinjiang, China, malah bersedih. Ummat Islam di wilayah ini dilarang untuk menyelenggarakan shalat tarawih oleh pemerintah setempat.

Pemerintah setempat juga melarang laki-laki muslim Uighur memelihara janggut dan juga tidak membolehkan para muslimatnya memakai jilbab bercadar.

"Kami harus melakukan ini. Sebab penyelenggaraan ibadah dengan jamaah yang banyak sangat rawan menyulut ketidak
stabilan sosial," kata seorang pejabat setempat dalam lamannya yang dikutip AFP, Jumat (5/9)

Perintah larangan untuk menyelenggarakan ritual keagamaan selama ramadhan ini dikeluarkan pemerintah lokal terhadap
Muslim Uighur karena alasan "untuk mencegah tejadinya kekerasan" di dalam masyarakat.

Sementara bagi laki-laki muslim Uighur yang memelihara jenggot dan wanita yang menutupi wajahnya dengan jilbab," kami akan berusaha dengan cara apapun agar si laki-laki itu harus mencukur jenggotnya dan si wanita harus membuka cadarnya," kata seorang pejabat tanpa merinci bagaimana hal tersebut akan dilakukan.

Untuk mengawasi jalannya larangan tersebut, pemerintah kota setempat telah meningkatkan patroli di sekitar masjid di
wilayah tersebut. " Propaganda agama dalam bentuk apapun dilarang, " katanya. Pemerintah lokal juga mengawasai dengan ketat peredaran video tape recorder, loud speaker, dan tabuhan bedug.

Phelim Kyne, anggota Human Rights Watch yang berbasis di Hongkong menilai larangan yang dikeluarkan oleh pemerintah
lokal Xinjuan, hanya akan menjauhkan Muslim Uighur dengan budaya setempat dan ritual agama mereka.

Sementara itu, Dilxat Raxit, juru bicara the World Uighur Congress, mengingatkan bahwa larangan itu hanya akan lebih
meningkatkan ketegangan di antara Muslim di Xinjiang.

Muslim Uighur , yang berada di barat laut Xinjiang sejak lama berada di bawah pengawasan ketat pemerinah China. "Kami seperti orang Indian di Amerika. Kami menderita di tanah leluhur kami," ujar seorang Muslim Uighur. Xinjiang sendiri
merupakan aset yang tak ternilai bagi Beijing karena mengandungan cadangan minyak dan gas yang sangat besar.

(republika)

Muslim Xinjiang dan Sejarah Ratusan Tahun


Muslim Xinjiang dan Sejarah Ratusan Tahun

Islam is not the Enemy - Islamphobia

Tuesday, 17 May 2005 06:05

Tahun 650 menandai kelahiran agama Islam di daratan Cina. Saat itu, seperti tertulis dalam sebuah catatan kuno dari Dinasti Tang, diketahui adanya kunjungan agung dari Saad ibn Abi Waqqas RA --salah seorang sahabat Nabi Muhammad SAW -- ke negara tersebut. Saad membawa pesan dari Rasulullah untuk memperkenalkan Islam kepada rakyat negeri itu. Dia pun lantas memaparkan inti ajaran Islam di kerajaan yang disaksikan langsung oleh kaisar Cina.

Dari sejak itu, Islam berkembang di Cina. Hubungan antara Cina dan negara-negara Islam di Timur Tengah maju pesat terutama di bidang perdagangan. Banyak pedagang Muslim datang ke Cina.
Umat Muslim secara perlahan tapi pasti mulai mendominasi bidang ekspor dan impor selama masa Dinasti Sung (960 - 1279). Masa pemerintahan Dinasti Ming (1368 - 1644), merupakan masa kejayaan Islam di Cina.
'c2~
Namun Islam mulai mengalami masa suram pada saat Dinasti Ching memerintah tahun 1644 - 1911. Sentimen anti-Islam merebak. Dari sejak itu, Muslim terus mengalami penderitaan dan dianggap sebagai warga negara kelas dua.
'c2~
Ketika keruntuhan Dinasti Manchu tahun 1911, Sun Yat Sen tampil sebagai pemimpin baru Republik Rakyat Cina. Dia memproklamirkan persamaan hak dan kewajiban di antara etnis Han, Hui (Muslim), Man (Manchu), Meng (Mongol), and the Tsang (Tibet). Kebijakan yang pada akhirnya menghadirkan hubungan lebih baik di antara kelompok etnis tersebut.
'c2~
Potret Muslim Uighur/XinJiang di KasgarNamun penderitaan umat Muslim terulang kembali setelah terjadi revolusi pimpinan Mao Zedong dan masa pemerintahan komunis di Cina. Mereka harus berjuang melawan pengaruh komunis. Tahun 1953, meletus perlawanan Muslim yang menginginkan pembentukan negara Islam sendiri. Hal ini dilawan secara represif oleh militer Cina. Disusul kemudian dengan kegiatan propaganda anti-Muslim di seluruh wilayah negeri.
'c2~
Jumlah Muslim di Cina kini diperkirakan sekitar 20 juta jiwa. Mereka terdiri dari beragam etnik. Yang terbesar adalah etnis Hui Cina dengan hampir separo jumlah populasi Muslim Cina. Mereka tinggal di provinsi Ningsha di utara. Etnis lain adalah Uighur (keturunan Turki) yang mendiami wilayah provinsi Kansu dan Xinjiang. Etnis Uygur ini terdiri dari komunitas Uighur, Uzbek, Kazakh, Kirgiz, Tatar, dan Dongshiang.
'c2~
Etnis Uighur mendominasi populasi di Xinjiang atau sebanyak 60 persen. Akan tetapi, angka ini kian lama kian tidak berarti seiring kedatangan orang-orang non-Muslim Cina ke provinsi itu. Situasi tersebut menimbulkan masalah asimilasi dan meningkatkan keprihatinan terhadap gerakan de-Islamisasi di provinsi itu.
'c2~
Arus migrasi ini menuai masalah di wilayah provinsi Muslim tersebut lantaran jumlahnya telah mencapai angka rata-rata 200 ribu orang/tahun. Di banyak tempat di mana sebelumnya Islam mendominasi, sekarang justru menjadi minoritas.
'c2~
Sepanjang pemerintahan rezim Mao Zedong dan Revolusi Budayanya, umat Muslim kerap hidup di bawah tekanan. Dan saat teror dari kaum komunis berlangsung, sekaligus pula muncul upaya untuk menghilangkan jejak-jejak peradaban Islam dan identitas etnis Muslim di Cina.
'c2~
Bahasa Uighur, contohnya, yang selama berabad-abad menggunakan tulisan Arab, dipaksa untuk mengadopsi tulisan alfabet latin. Etnis Uygur dan kaum Muslim lainnya menjadi obyek utama pekerja paksa di sejumlah provinsi yang jumlahnya sekitar 30 ribu jiwa.
'c2~
Pemerintah juga telah menutup paksa sebanyak 29 ribu masjid di sana. Di bawah tekanan pula, di bidang pendidikan sejumlah sekolah Islam ditutup dan murid-muridnya dipindahkan ke sekolah yang hanya mengajarkan ajaran Mao dan Marxis. Belum lagi sekitar 360 ribu Muslim yang ditangkap.

Muslim Uighur tak Lelah Berharap

Muslim Uighur tak Lelah Berharap
Islam is not the Enemy - Islamphobia

Tuesday, 17 May 2005 06:00

Tidak enak memang, menjadi warga negara kelas dua. Perlakuan kurang adil kerap diterima. Seperti misalnya yang dirasakan oleh Abdullah Ahmed, seorang pebisnis dari etnis Uighur di Cina.
Satu dekade lalu, Ahmed memutuskan untuk pergi merantau. Tujuannya kala itu adalah Uni Emirat Arab (UEA), salah satu negara kaya minyak di Timur Tengah. Di sana dia membuka usaha dan berhasil mencapai sukses beberapa tahun kemudian.

Waktu terus bergulir, dan tanpa terasa sudah lebih dari 10 tahun berlalu. Dia pun merasa rindu pulang ke Cina dan kampung halaman. Maka Ahmed menetapkan hati untuk mudik belum lama ini.
Akan tetapi sungguh di luar perkiraannya, sesudah turun dari pesawat, perlakuan tidak menyenangkan diterima. "Pihak hotel tidak bersedia menerima saya sebagai tamu," keluhnya.


Padahal sebelumnya, saat dia menelepon untuk memesan tempat, pihak hotel memastikan ada kamar untuknya. Namun begitu Ahmed datang, si penerima tamu langsung berkata hotel itu sudah penuh.


Tak usah melihat paspor. Penampilan dan identitas nama Ahmed sudah menunjukkan bahwa dia adalah orang Uighur, etnis yang berasal dari keturunan bangsa Turki mayoritas beragama Islam dan tinggal di wilayah Xinjiang. Dan karenanya, tak ada satupun hotel yang mau menampungnya, barang semalam pun!



Malam itu tak ada pilihan buat Ahmed; pulang ke kota kelahirannya, Kashgar. Setelah menempuh penerbangan dari Beijing ke Bishkek, Kyrgystan, maka dilanjutkan dengan perjalanan darat melintasi wilayah pegunungan Xinjiang. "Terkadang, hal yang paling aneh adalah kita menjadi orang asing di negara sendiri," ujarnya. Ada kegetiran dalam ucapannya.
'c2~
Sejak Tragedi 11 September, etnis minoritas Uighur di Cina makin menjadi 'anjing kudisan' di negerinya sendiri. Pemerintah Cina berusaha mencari dukungan internasional bagi kampanyenya untuk memerangi 'kaum separatis' Uighur di Xinjiang - dengan menuduh mereka punya kaitan dengan jaringan terorisme internasional.
'c2~
Retorika yang bernada anti-separatis dari Beijing kian meningkat intensitasnya dalam beberapa pekan belakangan. Bahkan, juru bicara kementerian luar negeri, Zhu Bangzhao pernah mengklaim bahwa terdapat bukti keterkaitan etnis Uighur dengan jaringan Usamah bin Laden.
'c2~
Hampir tiap hari, penyisiran di lakukan di wilayah itu. Dua orang warga Xinjiang telah dijatuhi hukuman mati dan banyak lagi yang dipenjara dengan tudingan terlibat jaringan terorisme. ."Mereka (para pemimpin) ingin mengambil keuntungan dari situasi ini dan melakukan pembersihan," tukas Dru Gladney, ahli masalah Asia Tengah pada Asia-Pacific Center for Security Studies yang berkedudukan di Hawaii.
'c2~
Turdi Ghoja, ketua Asosiasi Uighur-Amerika yang berpusat di Washington, juga melontarkan pendapat serupa. "Pemerintah ingin mengambil manfaat dari momentum perang global melawan terorisme dengan melegitimasikan pembunuhan, penyiksaan dan pemenjaraan warga Uighur."
'c2~
Beberapa kalangan mengatakan, pemerintah hingga kini masih tetap bersikap melebih-lebihkan dari substansi sebenarnya. "Segalanya akan selalu menjadi buruk bagi kaum Uighur di Cina," ungkap seorang diplomat Barat.
'c2~
Bagi Turdi, perbagai laporan terkini menyangkut represi terhadap Muslim Uighur pada dasarnya tidak ada yang baru. "Mereka selalu memperlakukan kaum Uighur sebagai musuh."
'c2~
Padahal, kekhawatiran pemerintah Cina terhadap kemungkinan bergabungnya Muslim Uighur dengan umat Muslim dari negara lain -- Taliban atau lainnya -- tak juga terbukti. Begitu pula menyangkut bangkitnya Pan-Turki mulai dari Afganistan hingga ke Asia Tengah, hanya merupakan desas-desus di warung kopi.
'c2~
Kenyataannya, seperti juga ketika Kabul jatuh beberapa hari menjelang Ramadhan, kehidupan terus berlanjut di sana. Mengutip komentar Ahmed saat keluar dari lobi hotel yang menolaknya, "Dunia berputar dengan caranya sendiri, tetapi Kashgar tidak pernah berubah."
'c2~
Bagi Muslim Uighur, yang diharapkannya hanya satu, hidup tenteram seperti warga negara lainnya. "Kami selalu berdoa untuk perdamaian," kata seorang pria tua, sesaat sebelum melangkahkan kakinya ke masjid terdekat.

Umat Islam Indonesia diam saja saat 600 muslim Uighur tewas dibantai di Xinjiang, China?

Umat Islam Indonesia diam saja saat 600 muslim Uighur tewas dibantai di Xinjiang, China?
2009 Juli 7
tags: kerusuhan etnis, Uighur, ukhuwah islamiyah
by M Shodiq Mustika

Saat ini, umat Islam dari etnis Uighur di Xinjiang, China, sedang berjihad melalui demonstrasi melawan kezaliman pemerintah komunis China. Pemerintah China menghadapi demonstrasi tersebut dengan kekerasan, hingga menewaskan ratusan orang. Namun, sejauh ini aku belum mendengar suara dari umat Islam Indonesia. Akankah kita diam saja? Lupakah kita akan ukhuwah Islamiyah?

Sudah lama sekali etnis Uighur mengalami kezaliman dari pemerintah China. Sudah saatnya para pembela keadilan (apalagi yang menjadi saudara seagama) menyuarakannya pula.

Kami menyatakan ada orang Islam yang dibantai itu bukan berarti bahwa tidak ada orang Islam yang membunuhi orang lain. Mereka yang dibantai oleh beberapa orang Islam itu sudah dibela oleh banyak orang. Apakah salah bila kami turut membela saudara-saudara seagama yang dizalimi?

Bagaimanapun, keadilan harus ditegakkan bagi setiap orang. Jangan sampai ketika orang Islam melakukan kejahatan, hukum ditegakkan; tapi ketika orang Islam yang dijahati, malah tidak ada penegakan keadilan.

Berikut ini kutipan beritanya:

Kelompok Uighur Perkirakan Korban Jiwa Mencapai 800
Kamis, 9 Juli 2009 09:40 WIB

Berlin (ANTARA News) – Kelompok Uighur di pengasingan memperkirakan korban jiwa dalam kerusuhan di kota Urumqi, China, antara orang Uighur Muslim dengan Han China mencapai 600 hingga 800 orang tewa, kata Wakil Presiden Kongres Uighur Dunia, Asgar Can, Rabu.

Asgar Can, yang tinggal di pengasingan di Jerman –tempat organisasi itu berpusat, mengatakan, “Sebagian orang telah memberi tahu kami 600 (orang tewas), yang lain telah mengatakan 800. Kami memperkirakan bahwa jumlah itu adalah antara 600 dan 800“.

Ia menyatakan perkiraan tersebut dilandasi atas perhitungan saksi mata mengenai kerusuhan itu.

China telah menyatakan bahwa 156 orang tewas dalam bentrokan di Urumqi, Ahad. Lebih dari seribu orang cedera.

Pemerintah, Rabu, menyatakan situasi sekarang “dapat dikendalikan” setelah ribuan prajurit memasuki kota tersebut dalam upaya mencegah kerusuhan lebih lanjut.

Beijing telah menyalahkan pemimpin Uighur, Rebiya Kadeer, menghasut kerusuhan itu, tuduhan yang dibantah keras.

Rebiya, Rabu, malah menuduh kebijakan China sebagai pangkal kerusuhan di Xinjiang, dan menyatakan korban jiwa akibat kerusuhan tersebut “jauh lebih banyak” dibandingkan dengan 156 yang dinyatakan oleh Beijing.

Dalam wawancara dengan radio BBC, Rebiya –Presiden Kongres Uighur Dunia– membantah tuduhan resmi China bahwa dialah dalang kerusuhan itu, dan mengatakan tampaknya lebih banyak orang Uighur yang gugur dibandingkan dengan Han China.

“Orang yang bertanggung jawab atas serangan ini adalah Wang Leguan, Kepala Partai Komunis Xinjiang, dan juga kebijakan pemerintah,” katanya.

Delapan juta orang Uighur di Xinjiang merupakan separuh penduduk di wilayah tersebut, daerah pegunungan dan gurun luas yang kaya akan sumber alam dan berbatasan dengan Asia Tengah.

Masyarakat yang berbicara bahasa Turki itu telah lama mengeluh mengenai penindasan dan diskriminasi di bawah kekuasaan China, tapi Beijing berkeras pemerintah telah menyalurkan kemakmuran ekonomi ke wilayah tersebut.

“Dalam delapan tahun belakangan, orang Uighur dicap sebagai separatis, teroris dan ekstremis. Akibat propaganda dari pemerintah China ini, rakyat China mulai percaya bahwa orang Uighur adalah musuh dan mereka mulai membenci orang Uighur,” kata Rebiya. (*)

COPYRIGHT © 2009

Xinjiang Makin Berdarah, yang Tewas Bertambah
Selasa, 7 Juli 2009 | 05:02 WIB

BEIJING, KOMPAS.com – Jumlah kematian akibat kekerasan etnik di daerah Xinjiang, China barat laut, naik menjadi 156 orang. Kerusuhan meluas ke kota Kashgar, tempat polisi membubarkan sekitar 200 orang yang berusaha berkumpul, kata media pemerintah, Selasa (7/7).

Pemrotes yang marah dari minoritas Uighur turun ke jalan-jalan di ibu kota wilayah itu, Urumqi, Minggu, dengan membakar dan menghancurkan kendaraan serta pertokoan, dan bentrok dengan polisi antihuru-hara.

Lebih dari 700 orang ditangkap karena dituduh berperan dalam kekerasan itu, kata kantor berita resmi Xinhua. Namun, penduduk setempat mengatakan kepada Reuters bahwa polsi melakukan operasi membabi-buta di daerah-daerah Uighur.

Lebih dari 20.000 polisi khusus dan bersenjata, pasukan dan pemadam kebakaran dikerahkan dalam penumpasan kekerasan di Urumqi. Meski pengamanan diperketat, kerusuhan tampaknya meluas di wilayah bergolak itu.

Sekitar 200 orang yang “berusaha berkumpul” di masjid Id Kah di pusat kota Silk Road Kashgar dibubarkan oleh polisi pada Senin petang, kata Xinhua.

Polisi juga memperoleh “petunjuk” mengenai upaya-upaya untuk mengatur lagi kerusuhan di kota Aksu dan prefektur Yili, sebuah daerah perbatasan yang dilanda kerusuhan etnik pada akhir 1990-an.

Bersama-sama Tibet, Xinjiang merupakan salah satu kawasan paling rawan politik dan di kedua wilayah itu, pemerintah China berusaha mengendalikan kehidupan beragama dan kebudayaan sambil menjanjikan petumbuhan ekonomi dan kemakmuran.

Namun, penduduk minoritas telah lama mengeluhkan bahwa orang China Han mengeruk sebagian besar keuntungan dari subsidi pemerintah, sambil membuat warga setempat merasa seperti orang luar di negeri mereka sendiri.

Beijing mengatakan bahwa kerusuhan itu, yang paling buruk di kawasan tersebut dalam beberapa tahun ini, merupakan pekerjaan dari kelompok-kelompok separatis di luar negeri, yang ingin menciptakan wilayah merdeka bagi minoritas muslim Uighur.

Kelompok-kelompok itu membantah mengatur kekerasan tersebut dan mengatakan, kerusuhan itu merupakan hasil dari amarah yang menumpuk terhadap kebijakan pemerintah dan dominasi ekonomi China Han.

XVD
Sumber : Ant

Pengadilan AS Menolak Pembebasan Muslim Uighur

http://www.arrahmah.com/index.php/news/read/3426/pengadilan-as-menolak-pembebasan-muslim-uighur
WASHINGTON (Arrahmah.com) - Pengadilan banding AS telah menolak melepaskan 17 Muslim Uighur, Cina, yang berada dalam penjara Guantanamo.

Tiga hakim mengatakan bahwa pengadilan tidak memiliki otoritas untuk memutuskan satu hukum terkait masalah tersebut dan keputusan tersebut hanya bisa dibuat oleh eksekutif AS di bawah presiden.

17 Muslim Uighur tersebut telah berada di penjara AS di Guantanamo sejak enam tahun silam.

AS tidak akan mengembalikan mereka ke daerah asalnya dengan alasan mereka akan mendapatkan penyiksaan dari otoritas Beijing karena Beijing telah memberi peringatan bagi negara-begara lain untuk tidak menerima mereka.

Lalu apakah dengan tetap berada di Guantanamo, mereka tidak mengalami penyiksaan? (Hanin Mazaya/arrahmah.com)

Giliran Etnis Han ‘Berburu’ Muslim Uighur

Giliran Etnis Han ‘Berburu’ Muslim Uighur

Kaum Muslim Uighur di Xinjiang, Cina, masih terus terancam. Setelah aparat kemamanan Cina membantai mereka dalam aksi protes 5 Juli lalu, kini giliran ribuan etnis Han turun ke jalan-jalan di ibu kota Urumqi guna memburu warga Muslim yang tidak berdaya. “Terlalu banyak kebencian di sini sekarang,” ujar Ali, seorang warga Uighur, kepada Agence France Presse (AFP) kemarin (8/7). Kelompok Uighur di pengasingan mengingatkan akan adanya “genocide” (pembunuhan masal) terhadap kaum Muslim di wilayah Xinjiang.

Dikemukakan, ribuan etnis Han yang dimukimkan pemerintah Cina di Xinjiang tumpah ke jalan-jalan bersenjatakan pentungan dan lainnya guna memburu etnis Uighur. “Tangkap mereka! Pukul! Pukul! Pukul!” demikian mereka berteriak saat melihat Muslim Uighur. Warga Muslim yang tidak bisa menyelamatkan diri babak-belur hingga sekarat, menjadi bulan-bulanan kebrutalan etnis Han.

“Saya sangat takut pulang malam ini,” kata Halisha, seorang dokter mata berusia 30 tahun, yang memilih tidur di klinik kecilnya ketimbang harus pulang melalui jalanan yang berbahaya. “Saya tidak tahu apakah harus percaya kepada tetangga saya atau orang-orang di jalanan? Lebih aman (menginap) di sini sekarang.”

Urumqi bergolak sejak Ahad lalu ketika hampir 1.000 Muslim Uighur turun ke jalan-jalan guna memprotes sikap diskriminatif serta kontrol budaya dan agama pemerintah Cina. Sedikitnya 156 orang tewas dan lebih dari 1.000 lainnya terluka ketika polisi Cina membubarkan paksa massa demonstran dengan gas air mata dan tembakan senjata api secara membabi-buta.

Ironisnya, kini etnis Han yang memburu Muslim Uighur di tengah kecaman masyarakat dunia atas kebiadaban aparat keamanan Cina. Kelompok pembela HAM menyebutkan, sedikitnya 1,434 orang Muslim ditahan dan kemungkinan disiksa.

Amuk massa etnis Han Cina meneruskan aksi brutal ribuan tentara Cina. Menurut saksi mata, tak satu pun etnis Han yang melakukan serangan ditahan polisi. Kelompok Uighur di pengasingan mengingatkan akan adanya “genocide” (pembunuhan masal) terhadap kaum Muslim di wilayah Xinjiang.

“Genosida terhadap Muslim Uighur tengah berlangsung,” kata Torgan Tozakhunov, Wakil Direktur Pusat Kebudayaan Uighur di Kahazakhstan tempat sekitar 220.000 warga Uighur tinggal. “Pihak berwenang Cina harus bertanggung jawab atas aksi kriminal ini di depan masyarakat internasiopnal.”

Perdana Menteri Turki, Racab Tayyib Erdogan, menyerukan dunia agar menghentikan “kebuasan” yang kini terjadi terhadap Muslim Uighur. “Kekejaman terhadap Muslim Uighur harus segera dihentikan,” katanya.

Muslim Uighur melakukan aksi damai guna memrotes kebijakan Cina yang selama diskriminatif terhadap mereka. Belakangan, pemerintah Cina berusaha menghapus identitas dan budaya Islam di Xinjiang, termasuk berusaha mengubah komposisi penduduk dengan menempatkan ribuan etnis Han di sana. Pemerintah Cina juga memasukkan pelajaran bahasa Mandarin di sekolah-sekolah Xinjiang guna menghapus bahasa lokal Uighur (Turki). (warnaislam.com, 9/7/2009)

PITI, Umat Islam Harus Bantu Muslim Uighur

JAKARTA (Arrahmah.com) - Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) mengecam kebrutalan pemerintah Cina dan etnis Han terhadap minoritas Muslim Uighur, dan menyesalkan akan diamnya umat Islam yang mengabaikan penderitaan, penganiayaan serta diskriminasi yang dialami Muslim Uighur.

Muslim Cna terpinggirkan dari dunia Islam. Mereka telah lama mengalami penindasan, tetapi mereka terabaikan," kata juru bicara PITI Steven Indra Wijaya kepada The Jakarta Post via telepon.

"Kami menyerukan kepada seluruh umat Islam untuk menolak penindasan serta membantu etnis Muslim Uighur."

Lebih dari 150 orang terbunuh dalam kerusuhan yang melibatkan etnis Muslim Uighur dengan etnis Han di provinsi Xinjiang Cina. Kerusuhan tersebut pecah setelah ribuan muslim Uighur melakukan protes atas terbunuhnya dua orang etnis Uighur di sebuah pabrik mainan di Guangdong.

Presiden PKS Tifatul Sembiring mengutuk pembunuhan terhadap muslim Xinjiang. "Sebagai bagian dari masyarakat internasional, Cina harus menghentikan semua tindakan yang mengarah kepada pelanggaran HAM," kata Tifatul.

PKS juga mendesak lembaga-lembaga HAM internasional untuk menyelidik kasus tersebut.

Pemerintah Cina lewat presidennya Hu Jintao pada Kamis (9/7) kemarin mengatakan bahwa kejadian kerusuhan tersebut telah direncanakan dan diorganisir oleh tiga gerakan yang di dalam Xinjiang sendiri dan di luar negeri," merujuk kepada ektrimis Islam, separatis dan teroris.

Meningkatnya ketegangan etnis di Xinjiang tampaknya juga dipicu oleh membanjirnya etnis Han ke dalam wilayah tradisional Muslim Uighur.

Pemerintah Cina telah berusaha memadamkan kerusuhan dan pada Kamis kemarin mulai menyerukan persatuan etnis di provinsi Xinjiang. Media melaporkan, bahwa banyak keraguan kedua etnis di Xinjian akan bisa hidup berdampingan kembali.

PITI sendiri memiliki hubungan dekat dengan umat Islam Xinjiang, yang menurut juru bicara PITI Steven Indra Wijaya - merupakan pusat peradaban penting bagi umat Islam di Cina. Muslim Xinjiang, tambahnya, biasanya akan mengunjungi pusat kebudayaan Zheng He (Cheng Ho) di jawa Tengah ketika berkunjung ke Indonesia.

Laksamana Zheng He (Cheng Ho) adalah seorang muslim Cina yang pernah berkunjung ke Indonesia di abad 15. Walaupun masih jadi perdebatan para sejarawan - banyak yang percaya bahwa Islam di nusantara dibawa dari Cina. (era/arrahmah.com)

Cina Tangkapi Muslim Uighur


Awal tahun baru 2009 menjadi lembaran kelabu bagi warga Muslim Uighur di Xinjiang. Hampir 1300 orang ditangkap dan ditahan pemerintah komunis Cina dengan tuduhan terorisme, ekstremisme agama atau membahayakan keamanan negara.

Jika dihitung secara keseluruhan, sepanjang tahun 2008 lalu lebih dari 4000 orang Muslim Uighur yang ditangkap. Namun awal tahun ini merupakan aksi penangkapan besar-besaran yang dilakukan pemerintah Cina terhadap umat Islam di Xinjiang. Tuduhannya macam-macam bahkan terkesan mengada-ada, mulai terorisme, separatisme, dan spionase yang berdampak pada hukuman mati.

Laporan yang dirilis surat kabar kejaksaan Cina, Procuratorial Daily, menyebutkan, kejaksaan di Xinjiang telah menyetujui penangkapan 1295 orang Muslim itu dan memvonis 1154 orang lainnya. Total, 204 kasus telah disidangkan sejauh ini.

Setahun sebelumnya, di 2007, sejumlah orang ditangkap di seluruh wilayah Cina karena dicurigai terlibat dalam kegiatan yang membahayakan keamanan negara. Menurut data Biro Statistik Nasional Cina, penuntut umum telah mendakwa 619 orang di antaranya. “Setengah dari total jumlah tersebut adalah orang-orang Xinjiang,” kata Nicholas Bequelin, peneliti Cina pada HRW (Human Rights Watch), sebagaimana dikutip The New York Times.

Bequelin mengatakan, bertambahnya angka ini muncul karena masalah penegakan hukum, bukan karena bertambahnya jumlah tindak pidana. “Hal ini sangat mengkhawatirkan karena merefleksikan ambang batas pelaku tindak pidana keamanan negara sangat menurun tahun lalu,” ujarnya.

Bequelin menambahkan, tak seorang pun yang meragukan bahwa ada beberapa individu dan kelompok yang menyokong penggunaan kekerasan anti-negara, walau orang-orang ini kelihatan kecil dari segi jumlah dan bukan merupakan ancaman utama keamanan negara Cina. “Masalahnya adalah tidak mungkin mengetahui dari seluruh laporan yang ada, berapa perbandingan jumlah total kasus ini dan berapa pelanggaran yang berdasarkan alasan politik (berbeda agama dan pandangan politik),” jelasnya.

Menurut Bequelin, kian bertambahnya jumlah orang-orang yang ditangkap seiring sejalan dengan usaha agresif pemerintah Cina menghentikan segala bentuk perbedaan dan memperketat keamanan, sebagaimana yang terlihat dalam pagelaran Olimpiade Beijing, Agustus tahun lalu. Pihak berwenang lebih fokus ke Beijing, Tibet dan Xinjiang.

Khusus buat Provinsi Xinjiang, yang dihuni mayoritas Muslim Suku Uighur, pemerintah Cina memberlakukan kontrol sangat ketat, terutama terhadap kegiatan keagamaan warganya. Contoh, pegawai pemerintah yang Muslim dilarang shalat di masjid, kajian al-Qur’an dan majelis taklim tidak diperbolehkan. Padahal, semua itu tidak bertentangan dengan undang-undang dan tidak mengancam keamanan negara.

Sejak pemerintahan Bush memulai kampanye perangnya melawan terorisme tahun 2001 silam, pihak berwenang Cina mengaku telah memerangi apa yang disebut tiga kekuatan separatisme, terorisme dan ekstremisme di wilayah Xinjiang. Tahun lalu, Dui Hua Foundation, sebuah organisasi HAM yang berbasis di San Francisco melaporkan jumlah orang-orang Xinjiang yang ditangkap karena dituduh membahayakan keamanan negara kian meningkat di Cina dalam beberapa tahun terakhir.

Akhir 2008, surat kabar pemerintah Cina, Xinhua, melaporkan dua orang Uighur telah dihukum mati karena didakwa terlibat dalam serangan mematikan 4 Agustus 2008 di Kota Kashgar yang menewaskan 17 orang militer Cina. Tapi kedua orang itu dihukum mati karena pembunuhan dan pembuatan senjata ilegal, bukan karena membahayakan keamanan negara.

Sulitnya jadi Muslim
Hidup sebagai Muslim dan menjalankan ibadah dengan tenang di kawasan baratlaut Cina yang disebut Xinjiang itu bukanlah hal yang mudah. Laksana hidup di bawah rangkaian aturan nan rumit yang cenderung mengontrol penyebaran Islam dan praktek-praktek keagamaan. Mayoritas Suku Uighur yang merupakan keturunan Turki tidak mudah beradaptasi dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Cina. Tiap ada maklumat atau putusan pemerintah komunis itu, selalu bertentangan dengan kehidupan keislaman warga Uighur. Yang diperbolehkan hanyalah mengajarkan Qur’an secara resmi dan dikontrol pemerintah. Seorang ulama atau imam dilarang mengajarkan al-Qur’an secara privat atau diam-diam. Pun demikian dengan pengajaran Bahasa Arab, hanya boleh dipelajari di sekolah-sekolah pemerintah.

Dua rukun Islam, puasa dan haji merupakan ibadah yang dikontrol dan diatur secara ketat. Para siswa dan pegawai pemerintah dipaksa makan saat Ramadhan. Paspor milik orang-orang Muslim disita di seluruh Xinjiang untuk memaksa mereka mendaftar haji melalui biro yang ditunjuk pemerintah. Calon jamaah haji dilarang berangkat ke Makkah secara diam-diam. Pegawai pemerintahan dilarang mempraktekkan ajaran Islam, seperti penggunaan jilbab bagi Muslimah, misalnya. Melanggar aturan ini, bisa-bisa ditembak mati.

Untuk haji misalnya, tak mudah bagi Muslim Uighur memenuhi panggilan Ilahi ke Tanah Suci itu. Untuk mendapatkan paspor, calon jamaah haji diharuskan mendatangi biro haji atau biro perjalanan resmi dengan meninggalkan deposito senilai $6.000. Seorang imam masjid di Kashgar, sebagaimana seluruh imam masjid lainnya yang digaji pemerintah, dipaksa berangkat ke Makkah melalui biro resmi. Hal ini tidak mudah bagi kebanyakan orang-orang Uighur. Ongkos naik haji versi resmi ini mencapai $3.700, belum lagi ditambah suap yang kian menambah jumlah dan nominalnya.

Begitu seseorang telah mendaftar haji, maka pejabat berwenang akan memeriksa latar belakang yang bersangkutan dan keluarganya. Jika sang calon haji mempunyai anak, maka anak-anak itu harus sudah cukup usia untuk menghidupi dirinya sendiri. Dan si calon haji juga diharuskan menunjukkan adanya jaminan finansial berupa tabungan di bank. Dalih pemerintah, untuk menjamin bahwa sang calon haji tidak akan meninggalkan keluarganya dalam kemelaratan. Dalam aturan yang tercantum pada website pemerintah Xinjiang disebutkan bahwa sang calon haji harus berusia 50-70 tahun. “Cintailah negerimu dan taatilah hukum!” demikian jargon aturan tersebut.

Tiap tahun, jumlah pendaftar jamaah haji jauh melebih jatah kuota yang tersedia. Dan si pendaftar yang tidak mendapatkan kuota harus menunggu setahun kemudian. Menurut surat kabar Xinhua, tahun 2006-2007, lebih dari 3100 Muslim Xinjiang yang berangkat haji secara resmi, naik dari angka 2000 pada tahun sebelumnya.

Seorang pemuda Uighur di Kashgar mengatakan, kedua orang tuanya memaksa anak-anaknya menikah pada usia dini hanya agar dapat membuktikan bahwa anak-anaknya telah mampu mandiri secara finansial. Dengan demikian mereka dapat melaksanakan ibadah haji. “Keinginan terbesar mereka adalah pergi ke Makkah walau hanya sekali,” kata pemuda yang mengaku bernama Abdullah ini.

Pemerintah Cina yang ateis, mengakui keberadaan lima agama yaitu Islam, Protestan, Katolik, Tao dan Buddha, namun dengan ketat mengontrol administrasi dan prakteknya. Tentu saja, yang paling diwaspadai dan mendapatkan perhatian lebih adalah Xinjiang, karena kekhawatiran adanya gerakan separatis di kawasan itu.

Sejumlah pejabat pemerintah menganggap di Xinjiang terdapat kelompok pemberontak yang merupakan ancaman terbesar di Cina. Pemerintah khawatir masalah tersebut akan mengganggu stabilitas kawasan. Namun, beberapa pakar terorisme berpendapat, justru dengan diterapkannya pembatasan dan kontrol terhadap Islam akan semakin meradikalisasi orang-orang Uighur.

Suku Uighur adalah etnis terbesar di Xinjiang, mencapai 46 persen dari total 19 juta jiwa penduduknya. Walau mayoritas di Xinjiang, namun kaum Muslim Uighur selalu mendapatkan diskriminasi karena perbedaan mencoloknya dengan Suku Han yang mayoritas di Cina, terutama dalam segi bahasa dan agama.

Suku Uighur mulai memeluk Islam Sunni sejak abad ke-10, di tengah beragam bentuk dan banyaknya kepercayaan dan agama waktu itu. Dan Islam kian mendapatkan popularitas yang demikian besar di tengah kerasnya sikap pemerintahan komunis selama beberapa dekade terakhir.

Menurut data statistik pemerintah, terdapat 24.000 masjid dan 29.000 ulama di Xinjiang. Kawasan Muslim paling agamis terdapat di kota-kota Jalur Sutra lama di selatan seperti Kashgar, Yarkand dan Khotan.

Beberapa kritik menyatakan, pemerintah komunis Cina sengaja membatasi gerakan dan aktivitas Muslim Uighur dan mencegah mereka berhubungan dengan Muslim lainnya, karena khawatir hal itu dapat membangun identitas pan-Islamisme di Xinjiang. Sebuah paranoia yang tak bisa dibuktikan.

Muslim Uighur Kecam Penghancuran Kashgar

Muslim Uighur Kecam Penghancuran Kashgar
By Republika Newsroom
Kamis, 24 Juni 2009 pukul 14:43:00

Muslim Uighur Kecam Penghancuran KashgarWEBGEEK.FLICKR.COM

KOTA KASHGAR: Pemandangan di salah satu sudut kota. Kota tua warisan leluhur Muslim Uighur terancam dihancurkan seluruhnya oleh pemerintah Cina.

UIGHUR, CINA — Pemimpin Muslim Uighur mengecam keras penghancuran Kota Tua di Kasghar oleh Pemerinta Cina. Kota kuno terebut menyimbolkan identitas leluhur Muslim Uighur yang telah dijaga lama , komunitas tersebut juga mendesak dunia internasional ikut membantu penyelamatan kota.

"Pihak berewenang Cina tidak lagi segan menghapuskan bahasa kami di sekolah-sekolah dan agama kami dari masjid-masjid," ujar kepala Asosiasi Uighur Amerika (UAA), Rebiya Kadeer seperti yang dikutip oleh Islamonline. "Kini mereka secara fisik mencabik rumah-rumah kami, tempat bisnis dan juga tempat ibadah kami," imbuhnya.

Pemerintah Cina telah mengumumkan kepada sekitar 200 ribua penghuni kota tua yang masih kental dengan budaya Uighur, hingga 18 Juni lalu, untuk pindah sukarela sebelum rumah mereka dihancurkan. "Para penghuni Kota Tua tidak diberi kesempatan untuk menyatakan opini mereka terhadap proyek penghancuran perumahaan mereka," ujar Rebiya.

"Komunitas internasional harus menyeru kepada Cina untuk mencegah perusakan lebih jauh terhada Kota Tua itu," katanya "Ini demi kepentingan identitas budaya Uighur dan demi mencegah hilangnya pusat arsitektur dan warisan dunia yang tak tergantikan," tegasnya.

Alasan pemerintah Cina sendiri, proyek dilakukan untuk mengatur ulang penempatan penghuni Kashgar karena khawatir terhadap ancaman gempa bumi, drainase yang buruk dan demi keamanan publik. Namun para pakar menyatakan rumah-rumah tradisional terbuat dari batu-bata dan lumpur, yang tela berdiri berabad-abah justru tidak berbahaya tidak pula ketinggalan jaman.

Seorang guru besar di Beijing malah menyarankan alih-alih menghancurkan sepenuhnya, rumah-rumah tersebut hanya perlu dikuatkan dan diperbaiki. Dalam rencana tersebut, pemerintah telah meratakan Madrasah Xanliq, sekolah Islam berusia satu abad di kota tua, yang terdaftar sebagai situs budaya dilindungi.

Laporan juga mengatakan landmark sekolah tak luput dihancurkan demi membuat ruang untuk lapangan atletik. "UAA sangat prihatin dengan bagian tersisa dari Kota Tua yang mencerminkan karakter budaya Uighur, tempat di mana sebuah komunitas sangat hidup, tinggal di sana,"

Tidak diketahui secara pasti berapa bagian dari Kota Kashgar seluas delapan kilometer persegi yang tersisa. Namun laporan telah mendokumentasikan penghancurkan sebagian kota dan evakuasi penghuni ke blok-blok apartemen, tak jauh di luar Kasghar.

"Sebagai tambahan telah dicabut dari pekerjaan, komunitas, dan pusat ibadah, residen dilaporkan pula menerima kompensasi tak sebanding," demikian ujar UAA. Padahal Kasghar telah lama di kenal sebagai pusat politik dan bisnis di Xinjiang, kawasan otonom bermayoritas Muslim sejak 1955.

Beijing melihat, kawasan luas tersebut sebagai aset berharga karena letaknya sangat strategis, yakni dekat Asia Tengah. Itu belum termasuk cadangan minyak dan gas yang melimpah. Xinjiang, dan Muslim Uighurnya, etnis minoritas berbahasa Turki yang berjumlah lebih dari delapan juta, selalu menjadi subjek pengawasan dan pemeriksaan ketat pihak keamanan.

Komunitas Muslim menuding pemerintah memapankan jutaan etnis Han ke dalam kawasan tersebut dengan tujuan utama menghapus identitas dan budaya Uighur. Mereka juga mengriktik rencana pemerintah terbaru yang membawa pelajaran Cina Mandarin di sekolah-sekolah Xinjiang, dan menggantikan dialek lokal mereka. (itz)

Sudah 800 Muslim Uighur Terbunuh


Sudah 800 Muslim Uighur Terbunuh

By Republika Newsroom
Jumat, 09 Juli 2009 pukul 10:22:00

Sudah 800 Muslim Uighur Terbunuh DAYLIFE/AP

Sebuah aksi unjuk rasa didekat menara Eiffel,Paris, Perancis, mengutuk kekerasan yang dilakukan tentara Cina terhadap muslim Uighur.

BERLIN -- Kelompok Uighur di pengasingan memperkirakan korban jiwa dalam kerusuhan di kota Urumqi, China, antara orang Uighur Muslim dengan Han China mencapai 600 hingga 800 orang tewas, kata Wakil Presiden Kongres Uighur Dunia, Asgar Can, Rabu.

Asgar Can, yang tinggal di pengasingan di Jerman --tempat organisasi itu berpusat, mengatakan, "Sebagian orang telah memberi tahu kami 600 (orang tewas), yang lain telah mengatakan 800. Kami memperkirakan bahwa jumlah itu adalah antara 600 dan 800".

Ia menyatakan perkiraan tersebut dilandasi atas perhitungan saksi mata mengenai kerusuhan itu.

China telah menyatakan bahwa 156 orang tewas dalam bentrokan di Urumqi, Ahad. Lebih dari seribu orang cedera.

Pemerintah, Rabu, menyatakan situasi sekarang "dapat dikendalikan" setelah ribuan prajurit memasuki kota tersebut dalam upaya mencegah kerusuhan lebih lanjut.

Beijing telah menyalahkan pemimpin Uighur, Rebiya Kadeer, menghasut kerusuhan itu, tuduhan yang dibantah keras.

Rebiya, Rabu, malah menuduh kebijakan China sebagai pangkal kerusuhan di Xinjiang, dan menyatakan korban jiwa akibat kerusuhan tersebut "jauh lebih banyak" dibandingkan dengan 156 yang dinyatakan oleh Beijing.

Dalam wawancara dengan radio BBC, Rebiya --Presiden Kongres Uighur Dunia-- membantah tuduhan resmi China bahwa dialah dalang kerusuhan itu, dan mengatakan tampaknya lebih banyak orang Uighur yang gugur dibandingkan dengan Han China.

"Orang yang bertanggung jawab atas serangan ini adalah Wang Leguan, Kepala Partai Komunis Xinjiang, dan juga kebijakan pemerintah," katanya.

Delapan juta orang Uighur di Xinjiang merupakan separuh penduduk di wilayah tersebut, daerah pegunungan dan gurun luas yang kaya akan sumber alam dan berbatasan dengan Asia Tengah.

Masyarakat yang berbicara bahasa Turki itu telah lama mengeluh mengenai penindasan dan diskriminasi di bawah kekuasaan China, tapi Beijing berkeras pemerintah telah menyalurkan kemakmuran ekonomi ke wilayah tersebut.

"Dalam delapan tahun belakangan, orang Uighur dicap sebagai separatis, teroris dan ekstremis. Akibat propaganda dari pemerintah China ini, rakyat China mulai percaya bahwa orang Uighur adalah musuh dan mereka mulai membenci orang Uighur," kata Rebiya. ant/afp/yto

Urumqi Masih Rawan Kerusuhan, China Kerahkan Ribuan Pasukan


Urumqi Masih Rawan Kerusuhan, China Kerahkan Ribuan Pasukan
Kamis, 09/07/2009 16:22 WIB

Pemerintah China akan menerapkan kebijakan yang makin represif di Xinjiang menyusul kerusuhan antar etnis di wilayah itu. Pemerintah menambah ribuan pasukannya ke Urumqi-ibukota Xinjiang-untuk memulihkan situasi di kota itu. Pimpinan Partai Komunis di China bahkan mendesak agar pemerintah mengeksekusi mereka yang tertangkap dalam kerusuhan tersebut.

Laporan Al-Jazeera menyebutkan bahwa meski aparat keamanan sudah berjaga-jaga dan situasi kota Urumqi sudah berangsur-angsur normal, ketegangan di kota itu masih terasa dan masih berpotensi terulangnya kembali kerusuhan yang lebih besar. Aksi massa Muslim Uighur hari Minggu (5/7) yang memprotes kebijakan diskriminatif pemerintah China berakhir bentrokan dengan aparat yang meluas menjadi bentrokan dengan etnis Han.

Kerusuhan ini menjadi kerusuhan antar etnis yang paling berdarah di China, yang mengakibatkan 150 orang tewas dan ribuan orang luka-luka. Sampai hari Rabu kemarin, aparat keamanan China menangkap lebih dari 1.000 orang. Pemerintah China mengingatkan, mereka yang terbukti bersalah melakukan pembunuhan akan dieksekusi.

"Kami akan mengeksekusi mereka yang melakukan kejahatan secara keji," ujar Ketua Partai Komunis China untuk Urumqi, Li Zhi.

Aparat keamanan China dalam beberapa hari ke depan, masih akan terus melakukan penangkapan menyusul pernyataan Presiden China Hu Jintao yang mendesak aparatnya untuk menindak tegas mereka yang terlibat dalam kerusuhan. Pemerintah China menuding warga Muslim Uighur sebagai biang keladi kerusuhan dan mengecam para tokoh etnis Han yang sudah ikut memperkeruh situasi.

Untuk mengendalikan situasi, pemerintah China bukan hanya memberlakukan jam malam, tapi juga mengerahkan ribuan pasukan militernya ke Urumqi. Konvoi panjang kendaraan tempur dan truk-truk militer mengintensifkan patrolinya di jalan-jalan di kota itu dan helikopter-helikopter militer secara rutin melakukan pengamatan dari udara di atas kota Urumqi.

Perhatian dunia, terutama dunia Muslim dan Arab atas nasib Muslim Ughhur dalam kerusuhan di China sampai hari ini masih minim. Perdana Menteri Turki Recep Tayyip adalah pemimpin Muslim pertama yang menyerukan agar aksi kekerasan di China dihentikan.

Ahmet Davutoglu, Menlu Turki juga mendesak pemerintah China mengadili para pelaku kerusuhan dengan cara yang transparan. "Kami memantau peristiwa ini dengan perasaan prihatin, khawatir dan sedih," kata Davutoglu.

Negara Turki punya ikatan moral atas nasib Muslim Uighur yang menjadi penduduk mayoritas di wilayah Xinjiang. Muslim Uighur yang jumlahnya mencapai delapan juta jiwa memiliki kedekatan dengan Turki, karena Muslim Uighur menggunakan bahasa Turki.

Sejak pemerintah China mengambil kendali pemerintahan atas wilayah Xinjiang, Muslim Ughur mengalami penindasan dan diskriminasi. Pemerintah China bahkan berusahan menghapus jejak budaya Muslim Uighur dengan program imigrasi massal etnis Han ke wilayah otonomi itu yang kerap menimbulkan gesekan dengan Muslim Uighur. Berbagai penindasan dan dikriminasi memicu munculnya gerakan perlawanan etnis Uighur sejak era tahun 1990-an.

Xinjiang adalah kota di sebelah Barat wilayah China yang kaya akan sumber alam minyak, gas dan mineralnya. Xinjiang dulunya adalah tempat transit bagi para pedagang yang melewati Jalan Sutra yang menghubungkan China ke Eropa. (ln/aljz)

Genosida Mengancam Muslim Uighur


Genosida Mengancam Muslim Uighur
Kamis, 09/07/2009 17:02 WIB

Muslim Uighur di Xinjiang tidak punya pilihan lain selain bertahan dan melakukan perlawanan sebisa mungkin menghadapi amukan dan kebringasan etnis Han yang menyerang mereka. Tak jarang mereka harus lari menyelamatkan diri dari kejaran ribuan orang Han yang membawa tongkat pemukul dan senjata lainnya.

"Cari mereka (Uighur)! Serang! Serang! Serang!" teriak belasan orang Han dengan senjata siap di tangan, ketika melihat tiga lelaki Muslim Uighur lewat. Mendengar teriakan itu, ketiga lelaki Muslim itu ketakutan dan lari menyelamatkan diri. Tapi malang, salah satu diantara mereka berhasil tertangkap, kemudian dikeroyok dan dipukuli oleh sekelompok orang Han.

Pada saat yang sama, di tengah kota Urumqi, sekitar 20 orang perusuh dari etnis Han juga mengeroyok seorang lelaki Uighur dan dipukuli hingga nyaris tewas. Kondisi ini membuat Muslim Uighur yang tak berdaya khawatir akan keselamatan diri mereka.

"Terlalu banyak kebencian di sekeliling kami saat ini," kata Ali, seorang lelaki Uighur.

"Saya sangat takut untuk pulang ke rumah malam ini," kata Halisha, seorang Muslim Uighur yang berprofesi sebagai dokter mata. Ia pun memilih menginap di kliniknya yang kecil daripada harus pulang ke rumah di tengah situasi jalanan yang berbahaya.

Sejumlah saksi mata mengungkapkan, aparat keamanan China menangkap ribuan Muslim Uighur tapi tak satupun etnis Han yang terlibat kerusuhan ditangkap. Aparat China hanya mengusir etnis Han jika terlihat melakukan aksi anarkis dan kekerasan.

Organisasi-organisasi Muslim Uighur di pengasingan menyebut situasi di Xinjiang saat ini sebagai "genosida" terhadap warga Muslim Uighur. "Genosida sedang berlangsung terhadap komunitas Muslim Uighur. Otoritas pemerintah China harus bertanggung jawab atas kejahatan ini di hadapan dunia internasional," tukas Torgan Tozakhunov, deputi direktur Pusat Kebudayaan Uighur di Kazakhstan. (ln/iol)

Ribuan Warga Turki Sholat Ghaib dan Demo Mengecam Pemerintah China






Ribuan Warga Turki Sholat Ghaib dan Demo Mengecam Pemerintah China
Sabtu, 11/07/2009 06:16

Ribuan masyarakat Turki di masjid Fatih kota Istanbul tumpah ruah dalam amarah terhadap pemerintah rejim komunis China setelah 156 orang etnis Muslim Uighur tewas di wilayah provinsi Xinjiang.

Masyarakat melaksanakan sholat ghaib bagi muslim Uighur yang menjadi korban atas kerusuhan sebagai protes terhadap serangan etnis Han yang menyerang pekerja pabrik dari etnis Uighur, yang menewaskan dua orang serta melukai 118 orang lainnya.

Seorang ulama - Dr. Nedim Urhan memimpin sholat ghaib bagi muslim Uighur yang tewas dalam kerusuhan, ribuan warga Turki mengikuti prosesi sholat ghain tersebut di masjid Fatih di salah satu distrik kota Istanbul.

Setelah pelaksanaan sholat ghaib, terjadi demonstrasi besar-besaran mengutuk pembantaian yang terjadi di Xinjiang atau Turkistan timur sambil membakar bendera negara China.

Banyak wanita yang menghadiri sholat ghaib yang dilaksanakan setelah pelaksanaan Jumat tersebut, kebanyakan dari wanita itu adalah etnis Uighur yang telah tinggal di Turki. Mereka menangisi kematian saudara-saudara mereka di sana akibat kerusuhan.

Dengan keras para demonstran meneriakkan,"Umat Manusia, anda tidak bisa menutup mata anda," "Hidup Muslim Turkistan Timur" dan "Muslim di Turkistan Telah di Bantai".

Setelah doa bersama, LSM-LSM Turki membuat pernyataan bersama dan menuntut pemerintah dan masyarakat Islam untuk memboikot terhadap produk ekonomi asal China dari seluruh negeri-negeri Muslim.

Presiden dari Asosiasi solidaritas dan kebudayaan masyarakat Turkistan Timur - Hidayat Oguzhan mengucapkan banyak terima kasih terhadap dukungan serta sensitivitas masyarakat Turki.

Banyak LSM-LSM dan beberapa pihak yang mewakili organisasi kepemudaan ikut dalam demonstrasi yang dilaksanakan setelah sholat Jumat tersebut dan akhir dari demonstrasi ditutup dengan pembacaan doa.

Kepolisian China telah menahan 1434 etnis Muslim Uighur dua hari setelah tewasnya 156 dan melukai lebih dari 1000 orang sejak Muslim Uighur memulai demonstrasi di pusat kota Urumqi.

Pernyataan resmi dari pemerintah komunis China menyatakan bahwa 156 orang tewas akibat bentrok dengan aparat kepolisian pada kerusuhan tersebut, namun Kongres Dunia Uighur mengatakan etnis Uighur yang tewas lebih banyak dari itu, sekitar 600 sampai 800 orang, perkiraan tersebut berdasarkan saksi mata yang melihat langsung kejadian.(fq/wb)

Muslim Uighur Sudah Lama Tertekan

Muslim Uighur Sudah Lama Tertekan

Tindak kekerasan di Xinjiang tidak terjadi tiba-tiba. Akar penyebabnya adalah ketegangan etnis antara warga Uighur Muslim dan warga Cina etnis Han.

Masalah ini bisa dirunut balik hingga beberapa dekade, dan bahkan ke penaklukan wilayah yang kini disebut Xinjiang oleh Dinasti Qing Manchu pada abad ke-18.

Pada tahun 1940-an, muncul Republik Turkestan Timur di sebagian Xinjiang, dan banyak warga Uighur merasakan itu menjadi hak asasi mereka.

Namun, kenyataannya, mereka menjadi bagian Republik Rakyat Cina pada tahun 1949, dan Xinjiang dinyatakan sebagai salah satu kawasan otonomi Cina dengan mengesampingkan fakta bahwa mayoritas penduduk di sana pada saat itu orang Uighur.

Status otonomi tidak tulus, dan meski Xinjiang dewasa ini dipimpin oleh gubernur dari kalangan warga Uighur, orang yang memegang kekuasaan riil adalah sekretaris jenderal daerah Partai Komunis Cina , Wang Lequan, yang orang Cina etnis Han.

Perpindahan warga

Di bawah pemerintahan Partai Komunis, terjadi pembangunan ekonomi yang sangat gencar, namun kehidupan warga Uighur semakin sulit dalam 20-30 tahun terakhir akibat masuknya banyak warga Cina muda dan memiliki kecakapan teknis dari provinsi-provinsi di bagian timur Cina.

Para migran ini jauh lebih mahir berbahasa Cina dan cenderung diberi lapangan pekerjaan terbaik. Hanya sedikit orang Uighur berbahasa Cina.

Tidak mengejutkan, ini menimbulkan penentangan mendalam di kalangan warga Uighur, yang memandang perpindahan orang-orang Han ke Xinjiang sebagai makar pemerintah untuk menggerogoti posisi mereka, merongrong budaya mereka dan mencegah perlawanan serius terhadap keuasaan Beijing.

Dalam perkembangan yang lebih baru, anak-anak muda Uighur terdorong untuk meninggalkan Xinjiang untuk mendapatkan pekerjaan di belahan lain Cina, dan proses ini sudah berlangsung secara informal dalam beberapa tahun.

Ada kekhawatiran khusus atas tekanan pemerintah Cina untuk mendoroang wanita muda Uighur pindah ke bagian lain Cina untuk mendapatkan pekerjaan. Dan, ini memperkuat kekhawatiran bahwa mereka akhirnya akan bekerja di bar atau klub malam atau bahkan pelacuran tanpa perlindungan keluarga atau masyarakat mereka.

Islam adalah bagian integral kehidupan dan identitas warga Uighur Xinjiang, dan salah satu keluhan utama mereka terhadap pemerintah Cina adalah tingkat pembatasan yang diberlakukan oleh Beijing terhadap kegiatan keagamaan mereka.

Jumlah masjid di Xinjiang merosot jika dibandingkan dengan jumlah pada masa sebelum tahun 1949, dan institusi keagamaan itu menghadapi pembatasan yang sangat ketat.

Anak-anak di bawah usia 18 tahun tidak diizinkan beribadah di masjid. Demikian juga pejabat Partai Komunis dan aparat pemerintah.

Madrasah dibatasi

Lembaga-lembaga Islami lain yang dulu menjadi bagian sangat penting kehidupan kegamaan di Xinjiang dilarang, termasuk persaudaraan Sufi, yang berpusat di makam pendirinya dan menyediakan jasa kesejahteraan dan semacam kepada anggotanya.

Semua agama di Cina dikendalikan oleh Administrasi Negara untuk Urusan Agama, tapi pembatasan terhadap Islam di kalangan warga Uighur lebih keras daripada terhadap kelompok-kelompok lain, termasuk etnis hui yang juga muslim, tapi penutur bahasa Cina.

Ketatanya pembatasan itu akibat pertautan antara kelompok-kelompok muslim dan gerakan kemerdekaan di Xinjiang. Gerakan ini sangat bertentangan dengan posisi Beijing.

Ada kelompok-kelompok di dalam Xinjiang yang mendukung gagasan kemerdekaan, tapi mereka tidak diperkenakan mewujudkannya secara terbuka, sebab “memisahkan diri dari ibu pertiwi” dipandang sebagai penghianatan.

Pada dekade 1990-an, setelah ambruknya Uni Soviet dan munculnya negara-negara muslim independen di Asia Tengah, terjadi peningkatan dukungan terbuka atas kelompok-kelompok “separatis”, yang memuncak pada unjukrasa massal di Ghulja pada tahun 1995 dan 1997.

Beijing menindas unjukrasa dengan penggunaan kekuataan luar biasa, dan para akitvisi dipaksa keluar dari Xinjiang ke Asia Tengah dan Pakistan atau terpaksa bergerak di bawah tanah.

Iklim ketakutan

Penindasan keras sejak digulirkannya kampanye “Strike Hard” (Gebuk Keras” pada 1996 mencakup kebijakan memperketat pengendalian terhadap kegiatan agama, pembatasan pergerakan orang dan tidak menerbitkan paspor dan menahan orang-orang yang didicurigai mendukung separatis dan anggota keluarga mereka.

Ini menciptakan iklim ketakutan dan kebencian sangat kuat terhadap pemerintah Cina dan warga Cina etnis Han.

Mengejutkan bahwa kebencian ini tidak meledak menjadi kemarahan publik, dan unjukrasa sebelumnya, tapi itu dampak ketatnya kontrol yang diberlakukan Cina atas Xinjiang.

Ada banyak organisasi kaum pendatang Uighur di Eropa dan Amerika Serikat. Dalam banyak kasus mereka mendukung otonomi sejati bagi kawasan tanah asal mereka.

Di masa lalu, Beijing juga mempersalahkan Gerakan Islami Turkestan Timur memicu kerusuhan, meski tidak ada bukti bahwa gerakan ini pernah muncul di Xinjiang.

Aparat di Beijing tidak bisa menerima bahwa kebijakan mereka sendiri di Xinjiang mungkin penyebab konflik, dan berupaya mempersalahkan orang luar yang mereka tuding memicu tindak kekerasan. Itu juga terjadi dalam kasus Dalai Lama dan Tibet.

Kalau pun organisasi pelarian Uighur ingin menggerakan kerusuhan, tentu sangat sulit bagi mereka untuk melakukannya, dan ada banyak alasah lokal menjadi penyebab kerusuhan tanpa perlu ada campur tangan dari luar. (Republika 08/07/2009)

Turki Serukan Boikot Produk China


Turki Serukan Boikot Produk China
Jumat, 10/07/2009 17:45 WIB

Menteri Perdagangan dan Industri Turki Nihat Ergun menyerukan boikot terhadap produk China sebagai protes atas aksi kekerasan yang dilakukan etnis Han dan aparat China terhadap Muslim Uighur di Xinjiang. Sementara itu, Perdana Menteri Turki Recep Tayyib Erdogan menyatakan Turki siap menerima tokoh gerakan Muslim Uighur, Rabiya Kadeer jika ia diasingkan menyusul kerusuhan antar etnis di Xinjiang.

Dalam pernyataannya, Menteri perdagangan dan Industri Turki mengancam China dengan mengatakan, jika negara yang produk-produknya dikonsumsi oleh rakyat Turki tidak menghormati nilai-nilai kemanusiaan maka Turki akan meninjau kembali konsumsi produk-produk itu.

"Konsumen yang membeli sebuah produk harus tahu apakah negara yang memproduksi barang itu menghormati nilai-nilai kemanusiaan atau tidak," kata Ergun saat ditanya para wartawan tentang kerusuhan di Xinjiang.

Turki, negara yang paling keras mengkritik pemerintah China atas apa yang terjadi di Xinjiang. Turki menyatakan menghormati wewenang pemerintah China di Xinjiang, namun Turki juga punya hubungan budaya dengan Muslim Uighur karena Muslim Uighur masih banyak yang menggunakan bahwa Turki.

Erdogan juga mengatakan akan memberikan visa untuk Rebiya Kadeer, tokoh Muslim Uighur yang berada dalam pengasingan di AS. Menurut Rebiya, ia pernah dua kali mengajukan permohonan visa ke Turki tapi ditolak.

Sementara itu, arus pengungsian Muslim Uighur mulai mengalir. Warga Muslim meninggalkan ibukota Xinjiang, Urumqi untuk menghindari aksi-aksi kekerasan dari etnis Han China. Pemerintah China juga melarang Muslim Uighur untuk salat di masjid-masjid.

Di terminal bis Bayi, terlihat tumpukan penumpang yang jumlahnya diperkirakan mencapai 10.000 orang. Menurut seorang petugas terminal, jumlah ini dua kali lipat dari jumlah penumpang dalam situasi normal. Para pengungsi bercampur dengan para siswa sekolah yang akan pergi liburan musim panas. (ln/yn/asiaone)

Kaum Muslim Uighur Menangis


Kaum Muslim Uighur Menangis
Saturday, 11 July 2009 10:49

[Berita foto] Pasca 'pembantaian' etnis Muslim Uighur, kaum Muslim menangis di Masjid Dong Kuruq usai shalat Jumat kemarin. Sementar tentara China mengawasinya di depan pintu masjid. [foto: cbc]