Thursday, April 19, 2007

Penistaan Al-Quran di Malang

Dalam tiga bulan terakhir, kalangan umat muslim di wilayah Malang Raya dibuat resah dengan ditemukannya sebuah VCD yang bertajuk training doa bersama LPMI Wilayah Jatilira yang dibuat di salah satu hotel melati di Kota Batu 17–21 Desember 2006.

Sebagai gambaran, dalam kegiatan itu, semua peserta training berpakaian ala muslim, yakni berjilbab, berpeci, bahkan sebagian mengenakan sorban. Namun, dengan diiringi alunan musik, mereka menyanyikan puji-pujian ala agama Nasrani. Selanjutnya, dilakukan doa yang diiringi dengan tangis-tangisan yang dibaca oleh orang yang diduga pendeta. Berikutnya, kelompok tadi meletakkan Alquran di lantai seraya mengatakan, di dalam Alquran itu terdapat roh-roh jahat.

Atas kejadian ini 18 organisasi Islam bersama MUI menyelenggarakan pertemuan di Kantor MUI Jawa Timur pada hari kamis, 5/4/2007. Delapan belas organisasi Islam itu diantaranya; Al-Irsyad, Forum Pemuda Sunni (FPS), Gerakan Pemuda Islam (GPI), Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), Pemuda Bulan Bintang, Dewan Dakwah Islam Indonesia (DDII), PKSPP, Pelajar Islam Indonesia (PII), BKPRMI, Forum Umat Islam (FUI), Dewan Masjid Surabaya, Korp Mubaligh, CICS, Hidayatullah, GP Anshar, Muslimah NU, dan Ikatan Remaja Muhammadiyah (IRM).

Pernyataan sikap yang dihasilkan terkait acara “Training Doa” yang kini meresahkan sebagian kaum Muslim Jawa Timur adalah : Pertama, mengutuk kegiatan yang dianggap melecehkan umat Islam. Kedua, meminta pihak aparat berwajib segera mengusut tuntas pelaku dan semua yang terlibat dalam acara “Training Doa”. Ketiga, meminta kepolisian bertindak tegas dengan mengambil tindakan hukum. Keempat, meminta umat Islam untuk tak terpancing dan tetap menjaga kerukunan.

MUI dan Pimpinan organisasi Islam Jawa Timur terus mendesak pihak berwajib segera menindaklanjuti proses penodaan agama Islam ini agar kasusnya tidak memancing reaksi anarkis massa. Karenanya Ketua MUI Jatim ini berharap aparat segera bertindak untuk mencegah aksi massa. “Jadi kesepakatan ormas itu disampaikan justru untuk membantu aparat agar umat Islam tak bertindak diluar koridor hukum”, ucapnya.

Kepala Kepolisian Wilayah Malang Komisaris Besar Polisi Muhammad Amin Saleh berjanji mengusut kasus itu sampai tuntas. Polisi sudah meminta keterangan dari lima saksi yang menjadi panitia pelaksana dan mengamankan barang bukti. "Barang bukti yang kami amankan berupa handycam, VCD berisi gambar pelecehan agama, dan spanduk yang tergambar dalam VCD tersebut," kata Amin Saleh. Dan Polisi akan berusaha menghadirkan semua anggota LPMI Jatilira (Jawa Timur, Bali, dan Nusa Tenggara) yang hadir dalam pelatihan rohani di Hotel Asida, hotel kelas melati di Kota Batu, 17-20 Desember 2006.

Sejauh ini menurut kabar, BKSG (Badan Kerja Sama Gereja) sudah memecat pendeta yang terbukti terlibat dalam kegiatan LPMI. Pemecatan dari posisi yang mana-pun belum jelas, mengingat BKSG hanyalah sebuah wadah koordinasi. Penasihat BKSG Dr. Petrus Octavianus, yang juga Ketua Yayasan Persekutuan Pengkabaran Injil Indonesia (YPPII) Kota Batu, menyebut kegiatan LPMI melanggar ketentuan agama mana pun.


Dan ia mengatakan BKSG dan YPPII sama sekali tidak mempunyai hubungan kerja dengan LPMI. Hal ini sulit dipahami, karena sebelumnya mereka telah mengatakan bahwa memecat pendeta yang terbukti terlibat. Lalu Petrus menandaskan, ”Tapi, tindakan mereka sungguh di luar sepengetahuan kami, secara personal maupun kelembagaan, mereka bukanlah golongan kami, melainkan sekumpulan orang dari luar Batu atau Malang". Sangat aneh, lalu siapa yang sudah dipecat ?

Disamping itu semua, siapa dan apakah LPMI ? Berikut informasi yang didapat dari website resmi mereka, http://www.pmk-itb.com/lpmi

LPMI adalah Lembaga Pelayanan Mahasiswa Indonesia. Nama internasional lembaga pelayanan ini adalah Campus Crusade for Christ (CCC) International. Didirikan awalnya di University of Califonia Los Angeles (UNCLA) tahun 1951 oleh Bapak DR. William Rohl Bright (Bill Bright) dan istrinya Yvonette Zachary Bright. Saat ini CCC berada di 234 negara. Di Indonesia, LPMI mencakup 25 provinsi dan 40 kota besar.

Tujuan lembaga ini adalah, antara lain pada point ke-1, “Membantu mengemban Amanat Agung Kristus dalam generasi ini sesuai dengan Matius 28:18-20.” Adapun bunyi ayatnya adalah :

28:18 Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi.
28:19 Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,
28:20 dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."

Bunyi ayat 19 diatas adalah sangat jelas merupakan perintah meng-kristen kan (kristenisasi), dan bahkan dikatakan ’semua bangsa’.

Adapun Kegiatan LPMI antara lain pada point ke-1 : PA (Pemahaman Alkitab). Dan yang terpenting pada point ke-4 : Spiritual Leadership Training (dasar dan menengah). Kegiatan ini dilakukan setahun sekali. Pada kegiatan ini akan dibahas cara-cara PI (Pekabaran Injil), ”cara-cara PI” disini adalah membahas teknik-teknik meng-injili, menyebarkan injil termasuk juga keunggulan Injil ketimbang Kitab suci lain. Kemudian dasar-dasar kepemimpinan, manajemen waktu, manajemen keuangan. Untuk menerapkan materi pelatihan, diadakan praktek PI ke anak jalanan dan penjara, silaturahmi ke IAIN (Pondok Pesantren).

Maka apa yang telah dilakukan LPMI di Batu-Malang sudah sesuai dengan program kerja yang disusun terencana dan terskema rapi. Jadi, mustahil jika dikatakan sebuah penyimpangan atau kesalahan oknum.

Kristenisasi adalah Fakta !

(Silmy kaffah : berbagai sumber)

Wednesday, April 18, 2007

Tarik Ulur Penggunaan Energi Nuklir untuk Pembangkit Listrik

Masyarakat masih Belum Yakin Timbulnya risiko negatif atas penggunaan PLTN masih menguat di masyarakat. Pro dan kontra pun muncul menanggapi rencana pemerintah menggunakan PLTN. Seberapa jauh urgensi rencana itu?

Pertumbuhan ekonomi yang pesat tentu berbanding lurus dengan kebutuhan akan energi. Dalam semua aspek kehidupan, peran energi tidak dapat dipandang sebelah mata. Tentu saja hal itu membutuhkan persediaan bahan bakar yang besar pula. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan, persediaan minyak bumi Indonesia semakin menipis.

Dengan alasan mengurangi ketergantungan terhadap pemakaian minyak bumi, pemerintah berupaya melakukan diversifikasi pemanfaatan sumber energi sebagai alternatif pengganti minyak bumi. Di antaranya memanfaatkan teknologi nuklir.

Alasan lain, kemampuan mengelola dan memanfaatkan energi akan menunjukkan seberapa jauh perkembangan peradaban manusia. Makin tinggi tingkat peradaban, semakin baik pula tingkat pengelolaan energinya. Begitu juga sebaliknya.

Di sinilah letak keprihatinan pemerintah. Dalam konteks itu, pengelolaan energi di Indonesia masih jauh dari memuaskan. Tidak hanya kalah dari negara maju, tapi juga dengan negara berkembanng sekalipun. Padahal, pemerintah harus meningkatkan pemakaian energi untuk peningkatan taraf dan kualitas hidup rakyatnya. Selain itu, dalam menghadapi pesatnya laju pertumbuhan penduduk yang bisa mencapai 250 juta orang pada 2025. Sementara, ketersediaan sumber energi, terutama energi fosil (minyak bumi, gas bumi, dan batu bara) terbatas. Data dari Batan (Badan Tenaga Atom Nasional) menunjukkan, energi gas yang dibanggakan itu ternyata hanya akan bertahan kurang dari sepuluh tahun.

Salah satu penggunaan energi nuklir tersebut adalah untuk pemenuhan kebutuhan pasokan listrik. Selama ini, kelangkaan pasokan sering menyebabkan pemadaman litrik di beberapa wilayah di Jawa dan luar Jawa. Hal itu tentu saja mengganggu pertumbuhan ekonomi dan mengakibatkan dampak yang tidak kecil.

Menurut Ferhat Aziz, kepala Biro Kerja Sama, Hukum, dan Humas Batan, setidaknya ada tiga alasan mengapa energi nuklir patut dipertimbangkan. Pertama, alasan strategis. "Cadangan bahan bakar fosil yang kita miliki terbatas. Padahal, kita termasuk negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia," ujarnya. Cadangan yang terbatas itu sudah seharusnya diamankan untuk generasi mendatang.

Kedua, alasan lingkungan hidup. Dibanding pembangkit listrik yang lain, jelas Ferhat, PLTN sangat bersih karena tidak mengeluarkan gas buangan ke udara. "Kualitas udara pun jauh lebih baik. Di samping itu, teknologi dan keselamatan yang sudah sangat maju," katanya.

Ketiga adalah alasan ekonomis. PLTN dinilai dapat bersaing dengan PLTU maupun PLTGU. Dari catatan PT PLN pada akhir 2006, dengan asumsi harga gas alam USD 4,5/ MMBtu dan harga minyak USD 40/barel, nuklir dengan biaya pembangkitan 4,73 sen/kWh akan sangat bersaing dengan PLTU batu bara dan juga jauh lebih murah daripada PLTGU.

Dengan mempertimbangkan hal tersebut, pemerintah berharap energi nuklir dapat berperan. Bahkan, prospek pemanfaatan energi nuklir di Indonesia tercatat dalam beberapa dokumen resmi yang dikeluarkan Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral baik dalam Kebijakan Energi Nasional (KEN) 2003-2020, Blueprint Pengelolaan Energi Nasional (PEN) 2005-2025 maupun Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) 2005-2025.

Sebagai gambaran, RUKN 2005-2025 memproyeksikan listrik yang dihasilkan energi nuklir pada 2017 sebesar 5.664 GWh. Jumlah itu terus meningkat hingga mencapai 38.752 GWh pada 2025. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2006 yang dikeluarkan Januari 2006 menunjukkan, porsi total energi nuklir, biomassa, surya, angin, dan air minimal mencapai 5 persen pada 2025.

Pemerintah telah berencana membangun delapan reaktor PLTN di Semenanjung Muria, Jepara. Namun, rencana itu pun mendapat banyak kritik dari ahli energi dan lingkungan. Salah satu alasan penolakan itu adalah belum siapnya sumber daya manusia untuk mengelola energi nuklir. Sebab, energi nuklir termasuk memiliki risiko tinggi.

"Bencana dan kecelakaan beruntun yang terjadi di Indonesia banyak disebabkan pada faktor kelalaian manusia. Lihat saja kasus banjir, semburan lumpur Lapindo, dan meledaknya pesawat. Itu menunjukkan kita belum siap mengelola sesuatu yang memiliki teknologi tinggi," ujar ahli fisika nuklir eksperimen yang pernah menjadi peneliti Batas Dr Iwan Kurniawan dalam sebuah seminar tentang PTLN belum lama ini di Jakarta.

Menurut dia, langkah yang terbaik dilakukan pemerintah adalah mengurangi risiko kecelakaan nuklir daripada menambah penderitaan masyarakat. "Efek radiasinya pada manusia dan hewan hingga saat ini belum ada obatnya. Jadi, lebih baik distop pembangunan PLTN. Masih banyak energi ramah lingkungan lain yang bisa menjadi alternatif," bebernya.

Sementara itu, ahli lingkungan hidup Universitas Diponegoro Semarang Prof Budi Widianarko menambahkan, pembangunan PLTN Muria di Jepara akan membawa efek radioaktif yang gerakannya menyebar. Hal itu bergantung pada cuaca. "Radiasi berdampak ke Semarang pada musim angin timur dan ke Surabaya pada musim angin barat," jelasnya.

Beberapa pengamat justru menilai lain. Ahli lingkungan hidup Undip Prof Sudharto menilai, penolakan terhadap PLTN tersebut lebih disebabkan adanya persepsi negatif masyarakat terhadap nuklir. Trauma itu disebabkan pada bom atom Hiroshima dan Nagasaki pada 1945. Hal itu diperparah dengan kebocoran reaktor nuklir di Chernobyl dan Three Mile Island.

Penolakan itu memunculkan gerakan sindrom NIMBY (Not in my back yard) atau jangan letakkan proyek itu di sekitar permukiman saya. "Selama ini, Batan sebagai pemrakarsa (PLTN) hanya menyajikan keandalan teknologi yang menjamin keamanan dan keselamatan. Sulit meyakinkan masyarakat bahwa mereka tidak memikul risiko di tengah persepsi buruk masyarakat soal PLTN," ungkapnya.

Dukungan penggunaan energi nuklir tentu saja datang dari pemerintah. Menristek Kusmayanto Kadiman mengatakan, menggunakan nuklir tidak berbahaya. Masyarakat justru cenderung takut terlebih dahulu begitu mendengar kata nuklir. "Saat ini kita melakukan edukasi publik bahwa PLTN itu aman," katanya.

PLTN pertama di Indonesia ditargetkan dibangun pada 2012 dan mulai dioperasikan pada 2017. Hal itu merupakan kesepakatan Badan Koordinasi Energi Nasional (Bakoren). Bakoren diketuai Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro dan beranggota Menko Perekonomian, Menteri Perhubungan, Menteri Perindustrian, Menteri Keuangan, Menristek, Menteri Kehutanan, dan Men Lingkungan Hidup (LH). (Naufal Widi A.R.)
http://www.jawapos.com/index.php?act=detail_c&id=279239

Krisis Nuklir Iran: Kebutuhan Energi vs Pengembangan Teknologi Senjata

Kebutuhan energi abad ini merupakan kebutuhan yang esensial di tengah menipisnya sumber daya alam yang ada. Sehubungan dengan hal di atas, pembangunan berkelanjutan merupakan sebuah isu global dalam menjaga kelangsungan hidup, kaitan dengan keterbatasan sumber daya alam, dan pengaruh penggunaan sumber energi tersebut terhadap lingkungan.

Teknologi nuklir dapat dikembangkan menjadi energi alternatif dan dapat dimanfaatkan sebagai energi listrik sehingga bisa menjadi kontributor yang kompetitif dengan sumber energi listrik lainnya seperti batu bara, minyak, gas, air, dan lainnya. Awal dari renaissance teknologi nuklir untuk saat ini dan masa datang ditandai dengan kemajuan non proliferation treaty (NPT) dan penghargaan Nobel sebagai penghargaan internasional bagi kemajuan International Atomic Energy Agency (IAEA).

Masih hangat di pikiran kita krisis nuklir Iran yang menjadi sorotan pada akhir tahun lalu yang kemudian menjadi isu hangat beberapa waktu ke depan dikarenakan niat Iran untuk melanjutkan program nuklirnya untuk tujuan pembangkit tenaga listrik. Negara-negara maju seperti AS, beberapa negara Eropa, dan termasuk Rusia menolak program tersebut meskipun dengan alasan untuk mengembangkan teknologi nuklir.

Alasan utama penolakan program nuklir Iran ini adalah kecurigaan penyalahgunaan program tersebut untuk tujuan persenjataan nuklir. Bahkan ketidaksetujuan negara-negara tersebut akan membawa masalah itu ke dewan keamanan PBB dan mendesak IAEA sebagai organisasi nuklir dunia untuk memberikan informasi terkait program nuklir Iran. Penolakan tersebut dilanjutkan oleh beberapa negara dengan berinisiatif melakukan pertemuan terbatas dalam rangka meluluskan keinginan agar permasalahan krisis nuklir Iran segera dibawa ke dewan keamanan PBB.

Iran yang dalam posisi terdesak pun tidak mau kalah "gertak", dengan memberitahukan bahwa AS dan Eropa akan merugi dikarenakan sebetulnya mereka masih memerlukan Iran yang diketahui sebagai penghasil minyak keempat terbesar di dunia. Pandangan berbeda kedua pihak terhadap isu nuklir tersebut dikarenakan perbedaan pijakan yang diambil, meskipun berasal dari teknologi yang sama akan sangat sulit untuk dicari jalan keluarnya. Pandangan Iran mengacu atas dasar kebutuhan dan keinginan pengembangan teknologi, sedangkan pandangan lain berdasar atas kekhawatiran dan kecurigaan akan terjadinya penyelewengan program tersebut.

Kedua pandangan tersebut perlu dijadikan bahan renungan dalam hal isu nuklir ini. Pertama adalah hak pengembangan ilmu dan teknologi serta pemenuhan kebutuhan energi. Kedua adalah isu yang telah lama menjadi momok yang berkaitan dengan kepentingan politik khususnya politik perang dengan memanfaatkan teknologi nuklir untuk kepentingan produksi senjata nuklir.

Bagian pertama telah disepakati bahwa setiap negara mempunyai hak untuk mengembangkan teknologi tanpa intervensi negara lain. Pada sisi lain, hal ini berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan energi negara dimana nuklir bisa menjadi salah satu alternatif sumber energi. Sebagai negara merdeka seperti Iran tentu berhak mempunyai kebijakan tersebut dan karena juga punya kemampuan sumber daya alam dan manusia yang mereka miliki.

Pandangan kedua merupakan pandangan yang paling sulit dipecahkan terutama adanya kepentingan politik global, dimana isu ini merupakan turunan dari perang dingin yang terjadi antara AS and Rusia terutama dalam program NPT. Ditambah isu nuklir Korea Utara dan isu terorisme.

Pengembangan energi nuklir untuk tujuan sipil seperti reaktor nuklir pembangkit energi dimulai secara intensif setelah konferensi genewa On the peaceful uses of atomic energy yang di sponsori oleh PBB tahun 1955. NPT mengisyaratkan adanya kemauan yang begitu keras berkaitan dengan penggunaan teknologi nuklir untuk tujuan damai atau sipil. Pada mulanya perjanjian ini adalah hanya pada ke 5 negara besar pemilik senjata nuklir agar tidak melakukan transfer teknologi senjata nuklir ke negara lain. Saat ini program itu juga bertujuan untuk pengurangan produksi dan penghancuran senjata nuklir.

Program pengayaan bahan bakar nuklir merupakan isu utama yang melatarbelakangi isu nuklir Iran saat ini, kemudian dikhawatirkan akan digunakan untuk produksi senjata berhulu ledak nuklir.

Pengayaan uranium dibagi menjadi dua pengertian yang pertama Low Enriched Uranium (LEU), dimana kadar persentase pengayaan uraniumnya lebih kecil dari 20 persen dan Highly Enriched Uranium (HEU), dengan persentasi pengayaannya lebih besar dari 20 persen. Meskipun dalam weapon grade atau pengayaan uranium untuk produksi senjata diperlukan lebih dari 90 persen, akan tetapi karena adanya potensi menggunakan lebih kecil grade-nya bisa digunakan untuk hulu ledak, maka untuk reactor grade dibatasi hanya dibawah 20 persen pengayaan.

Proses pengayaan uranium ini sebenarnya sudah dimiliki oleh beberapa negara yang mempunyai pembangkit nuklir untuk keperluan reactor grade, seperti Belanda, Jerman, Inggris, Rusia, dan Jepang. Secara prinsip teknologi ini bisa juga digunakan untuk mengembangkan weapon grade, dengan menggunakan metode gas centrifugal.

Meskipun Iran menyebutkan hanya untuk tujuan pembangkit listrik dan tidak akan diteruskan menjadi proyek senjata dengan meninggikan pengayaan uraniumnya, akan tetapi beberapa kalangan mensinyalir bahwa dengan reactor grade saja dapat diproses menjadi bom. Kekhawatiran tersebut pernah dibahas dalam satu konferensi internasional di Rusia. Pada saat itu, penulis mendengar langsung penjelasan pegawai IAEA asal AS yang mengatakan bahwa kita harus berhati-hati dengan reactor grade, senjata nuklir bisa diproses dari reaktor tersebut seperti yang terjadi di Korea Utara.

Faktor lain yang menyebabkan permasalahan ini menjadi komplek adalah masa lalu Iran dengan AS dan isu Timur Tengah yang dikaitkan dengan Israel dan Palestina. Isu nuklir Iran ini menjadi serius, apabila masalah ini berlanjut pada rencana pengerahan militer, seperti kasus negara tetangga mereka Irak. Apabila hal tersebut terjadi di tengah isu terorisme, akan dapat meningkatkan ketegangan khususnya di wilayah Timur Tengah sehingga akan menambah panjang terjadinya konflik perang.

Mengaca pada isu nuklir tersebut ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian kita seperti seberapa jauh hak pengembangan teknologi dan pemenuhan kebutuhan negeri dapat menjadi adil bagi semua pihak. Di sisi lain, bagaimana mengatur agar pemanfaatannya tidak disalahgunakan untuk pengembangkan senjata.

Sidik Permana, mahasiswa program Doktor pada Research Laboratory for Nuclear Reactors, Tokyo Institute of Technology Jepang dan peneliti ISTECS chapter Jepang bidang energi. E-mail: 04d51469@nr.titech.ac.jp
http://www.beritaiptek.com/pilihberita.php?id=206&PHPSESSID=6ba914492263138aaf48f759eb0447b3

Mengapa Indonesia Mendukung Proliferasi Nuklir Iran ?

Seperti diduga sebelumnya, dari tiga agenda utama kunjungan Presiden Iran, Mahmoud Ahmadinejad ke Indonesia 8-13 Mei 2006, yang paling menarik di kalangan media dan politisi lokal, regional, dan internasional adalah seputar isu nuklir Iran. Dua agenda penting lainnya adalah KTT D-8 kelima dan kesepakatan investasi dan kerjasama sektor energi antara Iran dan Indonesia. Penegasan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bahwa KTT di Bali tersebut tidak didominasi krisis nuklir Iran lebih merupakan strategi seorang negarawan dan gastheer (tuan-rumah) untuk mendinginkan suasana.

Isu program proliferasi nuklir Iran tidak semata persoalan pengembangan teknologi atau sumber energi alternatif, tetapi telah menembus ranah lainnya yang lebih luas yaitu geopolitik dan keseimbangan kekuatan regional di Timur-Tengah. Kedua aspek terakhir ini, meminjam terminologi Ben Tonra (2001), termasuk ke dalam domain kompleks keamanan (security complex) dan tirai keamanan (security overlay). Di bawah Ahmadinejad yang menjabat presiden sejak 2005, Barat khususnya AS mengkuatirkan Iran bisa mengoyak tirai keamanan regional yang bagi Barat merupakan kokon yang membentengi kompleks keamanan yang di dalamnya menyangkut eksistensi Israel.

Indikasi kasat-mata terhadap kebijakan Barat tersebut bisa dilihat dari perbedaan standar sikap dan intensitas manuver AS dalam penyelesaian krisis nuklir Korea Utara. Bagi AS, Iran sebagai sebuah kekuatan nuklir lebih besar bahayanya terhadap kompleks keamanan dan tirai keamanan Israel, sebagai satu-satunya kekuatan nuklir di Timur-Tengah, dibanding Korea Utara.

Kekuatiran Barat itu berbasis pada pernyataan Ahmadinejad yang ingin "menghapus Isreal dari peta dunia", bahwa Barat yang mesti "bertanggung jawab atas terjadinya holocaust, bukan bangsa Palestina", bahwa "suatu hari nanti Israel akan hancur", dan sebagainya. Kombinasi figur seorang Ahmadinejad dengan kekuatan nuklir Iran, secara luas mengakumulasi kekuatiran tadi. Barat tidak mempercayai Iran jika kemampuannya memperkaya uranium pada tingkat pembangkit energi akan berhenti pada level tersebut, tetapi akan diteruskan untuk merekayasa bom nuklir, sebuah tuduhan yang dengan konstan dibantah oleh oleh Teheran.

Hingga saat ini, perang urat-syarat semakin intens. AS tidak mengenyampingkan serangan-mendadak terhadap Iran. Sebaliknya, apabila diserang, Teheran menegaskan Iran akan menyerang semua kepentingan AS di seluruh penjuru dunia dan tentu saja, Israel. Usaha AS di Dewan Keamanan PBB untuk mengeluarkan resolusi untuk Iran gagal mendapat dukungan bulat. Kini, solusi terhadap krisis menemui jalan buntu.

Mayoritas pihak yang bertikai termasuk Teheran, Washington, London dan Paris melihat bahwa celah diplomasi masih terbuka. Solusi militer tidak akan menyelesaikan persoalan. Diperkirakan jika opsi militer ini diambil oleh AS dan sekutunya, efeknya akan sangat berbeda dari suksesnya aksi serangan-mendadak yang dilakukan Israel terhadap fasilitas nuklir Osirak. Dalam kasus Osirak, Irak tidak memiliki kepabilitas militer yang memadai untuk melakukan serangan-balik terhadap aksi punitive yang dilakukan Israel karena telah letih dalam Perang Irak-Iran. Disamping itu, dukungan internal terhadap rezim Saddam Hussein sudah terfregmentasi dan tidak kohesif, serta absennya dukungan ideologis yang kuat. Teheran tampaknya kini memiliki semua aspek kapabilitas di atas.

Dalam kasus proliferasi nuklir Iran ini, posisi Indonesia cukup dilematis. Hal ini disebabkan tingkat ketergantungan Indonesia terhadap Barat masih tinggi di satu pihak, sedangkan di pihak lain, Indonesia adalah negeri yang berpenduduk mayoritas Muslim terbesar di dunia. Posisi inilah membuat Indonesia memberikan dukungan yang bersyarat kepada Iran dalam program nuklirnya. Indonesia hanya mendukung Teheran sejauh program proliferasi nuklir tersebut hanya untuk kepentingan damai yaitu sebagai sumber energi alternatif. Jakarta tidak mendukung Teheran jika teknologi tersebut dikembangkan menjadi bom nuklir.

Dukungan kondisional Indonesia itu adalah untuk mencegah agar Barat tidak teralienasi. Sebaliknya, jika Jakarta menolak rencana Iran secara mutlak maka tindakan itu bisa menurunkan dukungan mayoritas umat Islam terhadap pemerintah. Disamping itu, mendukung proliferasi damai Iran juga memiliki dasar strategis karena Indonesia akan melakukan hal yang sama dengan tujuan yang sama. Kemudian, menolak mendukung Teheran akan menyulitkan Indonesia untuk memperoleh dana investasi segar bernilai sekitar 600 juta US dollar di sektor negeri sebagaimana yang disepakati dengan Iran.

Alasan terakhir di atas cukup signifikan dalam mempengaruhi sikap Indonesia. Hasil survei yang dikeluarkan oleh LP3ES, 24 April 2006, produksi BBM Indonesia 1,055 juta barel per hari. Sedangkan kebutuhan harian BBM domestik Indonesia mencapai 1,35 juta barel. Jadi, ada defisit sekitar 300.000 barel per hari, yang hingga saat ini ditutupi dengan impor BBM. Dalam periode 2000-2004, LP3ES memprediksi biaya kerugian akibat selisih nilai ekspor-impor itu mencapai Rp. 12,2 trilyun.

Dalam konflik ini, Indonesia juga mengambil sikap menolak opsi atau aksi militer terhadap Iran. Pertama, karena Indonesia masih trauma dengan pretext yang dipakai untuk menyerang dan menduduki Irak yang ternyata tidak menemukan stok senjata pemusnah massal. Jakarta kuatir kasus serupa bisa terulang pada Iran. Kedua, opsi tadi bisa berdampak negatif pada stabilitas domestik Indonesia. Ketiga, aksi tersebut bisa mempersulit upaya Indonesia untuk menjadi penengah dalam berbagai isu global akibat peristiwa 11 September 2001.

Posisi dan sikap di atas barangkali sudah berada pada titik yang optimal dalam konteks kebijakan luar negeri Indonesia. Pragmatisme tadi beresonansi dengan kredo lama kebijakan luar negeri Indonesia yang diperkenalkan oleh Bung Hatta tahun 1948 yang "bebas" dan "aktif". "Bebas" di sini tidak bermakna "netral" atau mengambil "jarak yang sama" dalam berbagi persoalan dunia, tetapi "aktif" dalam kontribusi menemukan solusi terbaik, tentunya dalam rangka kesinambungan dan kesejahteraan Indonesia. Untuk mencapai kedua tujuan terakhir ini menjadi raison d'etre dari kebijakan luar negeri setiap negara.

Gunaryadi, Ketua Bidang Kajian Ilmu Sosial Institute for Science and Technology Studies (ISTECS) Belanda; mengajar di Sekolah KBRI di Wassenaar. Email: gunyaya@yahoo.com
http://www.beritaiptek.com/pilihberita.php?id=240&PHPSESSID=6ba914492263138aaf48f759eb0447b3

ENERGI NUKLIR SEBAGAI ALTERNATIF PASOKAN LISTRIK DUNIA

Dalam benak kita, nuklir sangat identik dengan senjata pemusnah massal layaknya
bom atom, atau bahaya radiasi akibat kecelakaan instalasi seperti yang terjadi
di Chernobyl (Ukraina) dan Three Mile Island, AS. Kini, hal tersebut sudah tidak
relevan lagi.
Energi nuklir merupakan hasil dari reaksi fisi yang terjadi pada inti atom. Dewasa ini, reaksi inti yang banyak digunakan oleh manusia untuk menghasilkan energi nuklir adalah reaksi yang terjadi antara partikel dengan inti atom yang digolongkan dalam kelompok heavy atom seperti aktinida.

Berbeda dengan reaksi kimia biasa yang hanya mengubah komposisi molekul setiap unsurnya dan tidak mengubah struktur dasar unsur penyusun molekulnya, pada reaksi inti atom atau reaksi fisi, terjadi perubahan struktur inti atom menjadi unsur atom yang sama sekali berbeda.

Pada umumnya, pembangkitan energi nuklir yang ada saat ini memanfaatkan reaksi inti antara neutron dengan isotop uranium-235 (235U) atau menggunakan isotop plutonium-239 (239Pu). Hanya neutron dengan energi berkisar 0,025 eV atau sebanding dengan neutron berkecepatan 2200 m/ detik akan memiliki probabilitas yang sangat besar untuk bereaksi fisi dengan 235U atau dengan 239Pu.

Neutron meripakan produk fisi yang memiliki energi dalam kisaran 2 MeV. Agar neutron tersebut dapat beraksi fisi dengan uranium ataupun plutonium diperlukan suatu media untuk menurunkan energi neutron ke kisaran 0,025 eV, media ini dinamakan moderator. Neutron yang melewati moderator akan mendisipasikan energi yang dimilikinya kepada moderator, setelah neutron berinteraksi dengan atom-atom moderator, energi neutron akan berkisar pada 0,025 eV.

Reaksi fisi
Secara garis besar reaksi fisi yang terjadi antara neutron dengan isotop uranium (235U) dalam reaktor nuklir dapat digambarkan sebagai berikut. Neutron dengan energi berkisar 0,025 eV akan bereaksi dengan atom 235U menjadi 236U yang sangat tidak stabil, kemudian dalam waktu sangat singkat 236U pecah (fision) menjadi dua buah produk fisi X1 dan X2 serta 2 atau 3 buah neutron dan energi. Reaksi ini dapat dirumuskan sebagai berikut;
N + 235U→236U→X1 + X2 + (2 atau 3) n + E

Energi dari reaksi fisi (E) sebagian besar akan dibawa oleh produk fisi dalam bentuk energi kinetik yang terdeposisikan di dalam medium bahan bakar nuklir dalam bentuk panas akibat pergerakan produk fisi. Energi panas ini kemudian diambil untuk pembangkitan energi listrik pada sebuah Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Pengambilan panas dari inti reaktor bisa dengan mempergunakan media air, seperti yang umum dipergunakan pada PLTN saat ini.

Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
Pada prinsipnya sistem kerja pembangkit listrik tenaga nuklir atau PLTN tidak ubahnya seperti prinsip kerja dari sebuah pembangkit listrik yang memanfaatkan panas sebagai pembangkit uap. Uap air yang bertekanan tinggi digunakan untuk menggerakkan turbin, kemudian turbin menggerakkan generator, dan generator menghasilkan listrik.

Perbedaan utama antara PLTN dengan pembangkit listrik tenaga konvensional adalah terletak pada pemanfaatan bahan bakar yang digunakan untuk menguapkan air. Pada pembangkit listrik konvensinal untuk menghasilkan panas menggunakan bahan bakar berupa minyak, gas alam, ataupun batubara (energi fosil). Sementara pada PLTN menggunakan uranium ataupun plutonium yang direaksikan dengan neutron dalam sebuah reaksi fisi yang akan menghasilkan panas untuk kemudian membangkitkan uap bertekanan tinggi guna memutar turbin.

Menurut data yang dilansir oleh Badan Atom Nasional (BATAN), pada situsnya, disebutkan bahwa pada 2002 di seluruh dunia jumlah pembangkit listrik tenaga nuklir yang telah dioperasikan mencapai angka 438 unit dengan kapasitas listriknya sebesar 353.298 MWe. Sementara terdapat 32 unit berkapasitas hingga 28.438 MWe dalam proses konstruksi.

Jenis reaktor nuklir
Pengembangan energi nuklir untuk tujuan sipil seperti reaktor nuklir untuk pembangkit daya listrik dimulai secara intensif setelah konferensi Genewa bertajuk "On the peaceful uses of atomic energy" yang di sponsori oleh PBB tahun 1955.

Terdapat beberapa jenis reaktor nuklir dalam skala komersial. Reaktor tersebut dikategorikan menjadi 2 jenis, yaitu reaktor nuklir dengan proses reaksi fisi yang diakibatkan oleh neutron thermal yang kemudian disebut dengan thermal reactor, dan reaktor nuklir dengan proses fisi yang terjadi pada energi neutron yang tinggi (fast neutron) disebut reaktor cepat (fast reactor).
Reaktor cepat tidak memerlukan moderator, sementara reaktor thermal membutuhkan moderator untuk mengurangi energi neutron cepat menjadi neutron thermal. Tipe reaktor thermal yang ada banyak sekali, seperti reaktor berpendingin air ringan (light water moderated reactor atau LWR), reaktor berpendingin air berat (heavy water moderated reactor atau HWR), reaktor berpendingin gas (gas-cooled reactor), dan reaktor temperatur tinggi berpendingin gas (high temperature gas-cooled reactor atau HTGR).

Light water moderator reactor terbagi dalam dua tipe, yaitu presurrized water reactor (PWR) dan boiling water reactor (BWR). Sementara itu heavy water moderated reactor (HWR) untuk tujuan komersial terdapat dua tipe utama, tipe pertama dalah pressurized heavy water reactor (PHWR) dan tipe keduanya adalah boiling light water reactors (BLWR). Reaktor Canadian Deuterium Uranium (CANDU), reaktor nuklir yang dikembangkan oleh Kanada dengan mempergunakan air berat (D2O) sebagai moderator termasuk di dalam kedua tipe ini. Sistem steam-generating heavy water reactor (SGHWR) dapat dijumpai pada reaktor nuklir di Inggris dengan versi jenis BLWR. Reaktor FUGEN Jepang bisa dikategorikan sebagai BLWR sejak dipergunakannya air berat (heavy water) sebagai moderator dan air ringan (light water) sebagai pendinginnya.

Yang tergolong dalam gas cooled reactors adalah Magnox gas cooled reactor (GCR) dan advanced gas cooled-reactor (AGR). Kelompok HTTR terdiri dari HTGR dengan bahan bakar uranium disebut HTR, dan HTGR dengan berbahan bakar uranium dan thorium (THTR).
Jenis lainnya terdapat di Rusia yaitu graphite moderated light water reactor (RBMK). Reaktor jenis satu ini tidak menggunakan moderator pada reaktor cepat atau fast breeder reactor (FBR), sehingga ukuran reaktor menjadi lebih kecil, dengan laju transfer panas yang tinggi. Sebagai pendinginnya digunakan logam cair (liquid metal) dan gas helium bertekanan tinggi (high-pressure helium gas).

Pertumbuhan penduduk dan cadangan energi global
Pada 2001, bumi yang sudah sangat tua ini dihuni oleh 6 milyar orang. Berdasarkan data dari United Nation Long-Range World Population Projections, populasi dunia pada 2015 akan bertambah menjadi 7.2 milyar, pada 2025 naik menjadi hampir 8 milyar jiwa dan akan menjadi 9.3 milyar di tahun 2050.

Pertumbuhan penduduk dunia yang cepat ini akan berakibat pada penyusutan sumber daya alam tak terbarukan secara cepat pula. Hal ini disebabkan pemenuhan kebutuhan energi dunia, di mana kebutuhan energi primer global mencapai 87% dan energi listrik sebesar 63%, berasal dari bahan bakar fosil. Oleh karenanya minyak bumi dengan kapasitas yang tersedia secara global sebesar 1.195 triliun barel, dapat digunakan hingga 43 tahun. Batu bara, dengan cadangan global 1316 triliun ton akan habis digunakan selama 231 tahun. Sementara gas alam mempunyai cadangan global 144 triliun m3, dapat digunakan tidak lebih dari 62 tahun.

Cadangan global uranium diperkirakan sekitar 4.36 juta ton. Dalam reaktor nuklir, bahan bakar nuklir yang sudah dipergunakan dapat didaur ulang, jika hal ini dilakukan pada pembangkit listrik tenaga nuklir di dunia, semua sisa uranium dapat menjadi suplai energi untuk ribuan tahun. Selaian itu di dunia juga diketahui terdapat 4 miliar ton uranium dalam konsentrasi rendah di lautan dan terdapat thorium, zat lain yang dapat dipergunakan sebagai bahan bakar nuklir, sebanyak tiga kali jumlah uranium. Oleh karenanya energi nuklir dapat digunakan jutaan tahun.

Perbandingan energi
Densitas energi nuklir sangat tinggi, lebih tinggi dibandingkan dengan batu bara ataupun minyak bumi. Sebagai ilustrasi, dalam 1 kg uranium dapat menghasilkan energi listrik sebesar 50.000 kWh bahkan dengan proses lebih lanjut dapat mencapai 3.500.000 kWh. Sementara 1 kg batu bara dan 1 kg minyak bumi hanya dapat menghasilkan energi sebesar 3 kWh dan 4 kWh.
Pada sebuah pembangkit listrik non-nuklir berkapasitas 1000 MWe diperlukan 2.600.000 ton batu bara atau 2,000,000 ton minyak bumi sebagai bahan bakarnya. Sementara pada pembangkit listrik tenaga nuklir dengan kapasitas listrik yang sama hanya memerlukan 30 ton uranium dengan teras reaktor 10 m3, sebagai bahan bakarnya. Saat ini, kontribusi energi nuklir terhadap pasokan kebutuhan energi primer dunia sekitar 6% dan pasokan kebutuhan energi listrik global sekitar 17%.

Bayangan akan Bom Atom dan kecelakaan radiasi nuklir sudah selayaknya dibuang jauh-jauh dan dijadikan sebuah pelajaran berharga dalam penggunaan energi nuklir, tidak lagi dijadikan momok yang dapat menghambat pemanfaatan energi nuklir sebagai alternatif pasokan kebutuhan energi listrik dunia.
(Anang/ dari berbagai sumber)

http://www.proyeksi.com/berita/teknologi/0310806_nuklir.htm

Monday, April 16, 2007

Pengerahan massa untuk menghadang Kebangkitan Islam di Turki

Aksi Massa Pemisahan Politik dari Agama

Senin, 16 April 2007 .
Puluhan ribu orang pendukung setia sekularisme Turki berunjukrasa di Ankara. Mereka menuntut pemisahan agama dari politik. Sinyal ketakutan Islam berkuasa?

Puluhan ribu orang berkumpul di Ankara, Turki kemarin dalam suatu besar-besaran guna menekan Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan. Aksi massa ini diselenggarakan dua hari menjelang dimulainya proses pemilihan umum presiden. Aski massa dimaksudkan agar Erdogan tak mencalonkan diri.
Massa membawa lambang bendera Turki dan juga membawa foto Mustafa Kemal Ataturk, pendiri sekulisme Turki.

Puluhan ribu orang itu dibawa oleh bis ke kota Ankara dari berbagai penjuru Turki. Mereka selanjutnya melakukan aksinya di dekat pusara tokoh yang sekulerisme, Kemal Ataturk.

Para pendukung Attarturk ini menuduh, PM Turki, Erdogan mengusung agenda Islam. Sebuah LSM Asosiasi Pemikiran Attaturk (APA), mengatakan, kelompoknya berharap akan menarik lebih dari satu juta orang untuk menggalang “Aski Untuk Republik” salah satu aksi paling besar yang pernah dilihat.

Berbagai slogan dan poster menyiratkan, aksi ini sebagai bentuk ketakukan adanya penerapan nilai-nilai Islam di Negeri itu. "Turki adalah sekular, dan akan tetap sekular" dan slogan “Dukung Militer”.

Para demonstran ini nampaknya ketakutan jika PM Recep Tayyip Erdogan, pemimpin Adalet ve Kalkinma Partisi atau Partai Keadilan dan Pembangunan berhaluan Islam dan menang pemilu 3 November 2002 dengan 34,1 persen suara.

Kalangan pembela sekularisme khawatir, Erdogan akan kembali mencalonkan diri pada pemilihan 25 April mendatang.

"Mereka ingin pelan-pelan mengubah Turki seperti Iran atau Saudi Arabia," ujar Mehlika Erecekler, 44, pensiunan guru sebagaimana dikutip AFP. “Tetapi mereka takut pada militer. Sebab kami mendukung militer”, katanya. "Tuhan melindungi kita dari hukum Islam”, tambah Mehlida.

Para pengunjuk rasa juga menentang istri Erdogan, Emine Erdogan yang selama ini mengenakan jilbab untuk menutupi rambutnya karena dianggap bertentangan dengan sekularisme Turki.

Faktor jilbab ini pula lah yang membuat pendukung setia sekuler begitu membenci Erdogan. “Aku tak ingin Erdogan menjadi presiden, “ujar Dudu Kuran, seorang karyawan.

Sejak militer mendominasi politik dan memisahkan wajah Islam, sekularisme Turki telah menelan korban yang tidak sedikit. Sekularisme Turki telah membunuh lebih dari 12 ribu ulama Islam, melakukan pelarangan adzan dan jilbab, menghapus bahasa Arab, memberangus kitab-kitab, dan menutup sekolah-sekolah Islam. [afp/cha]
http://hidayatullah.com/index.php?option=com_content&task=view&id=4551&Itemid=66

My comment,

Tentu saja ini adalah aksi massa yang dibiayai. Sama seperti aksi demonya Inul dkk dalam rangka mengimbangi aksi sejuta umat yang menolak Pornografi & Pornoaksi.

Sebenarnya ini bentuk ketakutan kaum kafir akan kebangkitan Islam. Kalau mau tahu seberapa banyak jumlah kaum Sekular di Turki, hitung saja berapa yang hadir dalam demo tersebut. Jelas, itu aksi all out mereka.

Kondisi real-nya, Islam sedang bangkit. Di seluruh penjuru dunia, Islam mulai menampakkan sinar kebangkitannya.

Yang jadi pertanyaan, apakah kita hanya akan menjadi penonton yang duduk paling belakang ? Atau kita jadi pejuang yang berlari dengan panji-panji kemegahan Islam yang menyambut sinar kebangkitan ? Kita sendiri yang akan menjawabnya.

(silmy)

Raperda Manokwari, Raperda "Titipan"

Awalnya "Raperda Injil" di Manukwari dirahasiakan. Saat tercium ummat Islam, tersibaklah tabir rahasianya. Bagaimana suara ummat Islam Manukwari?

Nasib Raperda Manokwari yang berbasis injil masih menggantung, Berbagai kelompok memberikan pandangannya. Setelah ummat Islam Manokwari melayangkan penolakan resmi ke Bupati, sampai saat ini belum ada penjelesan dari pemerintah daerah. Ada apa sebenarnya? Untuk mengetahui perkembangan terakhir di Manokwari, www.hidayatullah.com mewawancarai Ustadz Aliyuddin Abdul Aziz, tokoh Islam dan pengasuh Pondok Pesantren Darut Taqwa Manokwari. Apa kira-kira efek Raperda itu bagi umat Islam di sana? Berikut petikannya:

Bagaimana perkembangan terakhir Raperda berbasis Injil di Manokwari?
Saat ini masih menggantung. Raperda ini sangat konroversi dan dapat memicu perpecahan, karena menguntungkan agama tertentu dan ini sangat merugikan ummat Islam. Kami (ummat Islam Manokwari) dengan keras menolak Raperda ini. Namun kemungkinan-kemungkinan akan terjadi. Disahkan atau tidak Raperda ini, pasti diprediksikan akan terjadi gesekan.

Apa maksudnya?
Raperda ini sudah terlanjur dipublikasikan. Raperda ini bukan murni dirancang oleh pemerintah daerah, namun merupakan tekanan dari pihak gereja seluruh Papua. Seandainya Raperda ini tidak disahkan maka akan terjadi kekecewaan kaum Kristiani dengan Pemda. Jika disahkan maka akan terjadi pertikaian antar ummat beragama. Ini sangat dilematis.

Kerugian apa saja yang akan dihadapi ummat Islam seandainya Raperda ini disahkan?
Dalam beberapa pasal Raperda ini sangat merugikan ummat Islam. Misalnya pasal 30, yang mengatur pembagunan rumah ibadah. Kalau disuatu daerah sudah ada gereja, maka dilarang mendirikan Masjid. Dalam pasal 37, pelarangan memakai simbol agama dalam berpakaian, artinya Muslimah nanti akan dilarang berjilbab. Di gedung-gedung pemerintahan juga diwajibkan memasang simbol salib. Sangat jelas aroma ‘Kristenisasi’.

Apa langkah-langkah ummat Islam Manokwari untuk menghadang Raperda itu?
Para tokoh Islam Manokwari mengadakan bertemuan untuk membahas masalah ini. Selanjutnya kami menghadap pihak-pihak terkait, seperti DPRD, Bupati, Kapolres dan Dandim. Bahkan kami menghadap Gubermur.

Apakah pernah ada mobilisasi massa menentang Raperda ini?
Sejauh ini belum. Kami hanya sebatas menyampaikan secara resmi penolakan Raperda ini ke pemerintah. Para tokoh Islam juga menyampaikan pesan terhadap ummat Islam Manokwari agar tetap tenang menjalankan ibadah sesuai dengan syariat.

PGI dan KWI menolak disahkan Raperda itu, apa tanggapan Anda?
Saya khawatir ini hanya kamuflase. Karena saat awal-awal beredarnya Raperda ini, pihak gereja seakan acuh. Malah mereka bilang bahwa Raperda ini dimunculkan pihak ketiga (provokator) untuk mengadudomba kehidupan beragama di Manokwari. Namun setelah kami desak, akhirnya mereka mengaku bahwa mereka merancang Raperda ini.

Sebenarnya apa latar belakang munculnya Raperda itu?
Awalnya memang Raperda ini dirahasiakan. Namun, Alhamdulillah tercium oleh ummat Islam. Memang sebelum Raperda ini muncul, sering terjadi ketidakadilan terhadap ummat Islam.
Misalnya saat izin pembangunan masjid raya Manokwari dari Bupati keluar, tapi oleh pihak gerja dihalang-halangi pembangunannya. Bahkan saat itu nyaris bentrok. Izin yang sudah keluar itu kemudian dicabut kembali oleh Bupati atas desakan pihak gereja, padahal jumlah ummat Islam berimbang dengan Kristiani.
Sebenarnya akan munculnya Raperda ini sudah diprediksikan jauh-jauh hari, apalagi Manokwari selalu diklaim sebagai daerah asal muasal berkembangnya agama Kristen di Papua. [Syafa’at/cha]

http://hidayatullah.com/index.php?option=com_content&task=view&id=4549&Itemid=61

Novelis Kanada Ingin Pancarkan Nilai Islam Damai

Camilla Gibb Ingin Pancarkan Nilai Islam Damai.
Novelis perempuan asal Kanada, Camilla Gibb sangat ingin Islam tergambar damai dalam karya sastranya.

"Gambaran Islam di Barat kurang menggembirakan apalagi sejak terjadinya kekacauan 9/11 2001, media massa Barat selalu mengasumsikan Islam dengan hal-hal yang buruk, dan memberikan stereotipe negatif terhadap Islam," kata Camilla, dalam acara diskusi dengan Forum Lingkar Pena, di Jakarta, Sabtu.

Padahal menurut doktor antropologi lulusan Universitas Oxford tersebut, Islam memiliki ragam yang luas yang termanifestasi dalam masyarakat.

Untuk itu dirinya merasa terpanggil untuk menulis tentang Islam. Agar mendapatkan gambaran yang benar tentang Islam, perempuan non Muslim tersebut belajar Islam di Mesir selama 1,5 tahun kemudian tinggal di keluarga Islam selama 1,5 tahun di Ethiopia.

"Untuk memperoleh informasi yang lebih akurat kita harus menyelami sumbernya," kata penulis yang bukunya telah diterjemahkan dalam 14 bahasa tersebut menjelaskan usahanya menghindar dari asumsi tentang Islam di Barat.

Hasilnya sebuah karya novel berjudul "Sweetness In The Belly" yang berlatar belakang Ethiopia dan London dengan tokoh seorang muslim `bule` bernama Lilly.

Novel yang mendapatkan penghargaan `Trillium 2006` di Kanada tersebut menyajikan Islam yang dimaknai oleh masyarakat dan budayanya.

"Islam yang memiliki warna, Islam tidaklah tunggal seperti yang dipersepsikan oleh Barat, bahwa semua Islam adalah terorris. Islam yang memiliki cinta damai tidak pernah diangkat ke permukaan, inilah yang ingin diceritakan dalam novel ini, Islam yang penuh cinta," kata penulis yang juga mempelajari Al-Quran tersebut.

Sementara itu Penulis yang karyanya telah diterbitkan di 18 negara tersebut mengatakan memilih novel sebagai medianya karena novel mampu menjangkau kalangan yang lebih luas dibandingkan karya jurnalistik ataupun akademik.

"Novel bisa dibaca dikalangan yang lebih luas dan lebih menyentuh perasaan, kemanusiaan, mampu mneggambarkan tanpa menggurui dibandingkan karya jurnalistik atau akademik yang lebih menggurui, dan kering, serta hanya kalangan tertentu saja" kata Camilla.

Dan novel menurut Camilla Gibb mampu membuat perubahan sosial di masyarakat. (*)

http://www.antara.co.id/arc/2007/3/25/camilla-gibb-ingin-pancarkan-nilai-islam-damai/

Masih Banyak Laki-laki Tidak Jumatan di Aceh

Meski Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) resmi menerapkan syariat Islam,
masih banyak warga Aceh (khususnya Laki-laki) yang tak shalat Jumat
.

Warga minta kepada pihak Dinas Syariat Islam dan Wilayatul Hisbah (WH) Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) agar sosialisasi seputar shalat Jumat lebih diperketat kembali, karena masih banyak umat Islam, khususnya laki-laki tidak melaksanakan ibadah wajib tersebut.

Lia, seorang warga Lamgugop di Banda Aceh, Sabtu, mengatakan, seharusnya pihak Dinas Syariat Islam dan WH Aceh lebih memperketat sosialisasi shalat Jumat, karena selama ini lebih banyak sosialisasi untuk perempuan saja, baik masalah baju ketat maupun pacaran, sementara untuk laki-laki, khususnya shalat Jumat sangat minim.

"Mereka lebih memperhatikan masalah khalwat dan minuman keras, padahal kita semua tahu bahwa hukum shalat Jumat bagi laki-laki adalah wajib. Saya berharap agar Dinas Syariat Islam dan WH lebih memperhatikan hal itu," katanya.

Menanggapi hal tersebut Kepala Dinas Syariat Islam Aceh melalui Kabag Humasnya, Wirzaini Usman mengatakan, semua pihak harus bertanggung jawab dalam hal ini, misalnya pihak keluarga harus menjaga anaknya ketika waktu shalat tiba dan ini bukan semata-mata tugas WH saja akan tetapi kewajiban bersama demi penegakan Syariat Islam.

Ia juga menyebutkan, selama ini pihaknya bukan menyepelekan masalah shalat Jumat, akan tetapi perbuatan maksiat yang menjurus kepada zina atau pakaian ketat lebih banyak bahayanya daripada orang-orang yang tidak shalat.

Disebutkan, orang-orang yang tidak shalat tidak ada pengaruhnya bagi orang lain, akan tetapi jika ada seorang wanita yang memakai pakaian ketat maka akan menimbulkan fitnah dan bisa menimbulkan dosa bagi orang lain dan khususnya laki-laki dan dari itulah timbul perzinaan dan bisa jadi pemerkosaan.

"Sejauh ini pihak kami juga telah melakukan sosialisasi setiap Jumat dengan cara mengimbau masyarakat, khususnya laki-laki agar melaksanakan shalat Jumat ketika sampai waktunya yaitu dengan patroli rutin yang disebut siaran keliling Jumat," katanya.

"Kalau seandainya ada masyarakat yang kedapatan meninggalkan shalat Jumat tiga kali berturut-turut maka kita juga akan memberikan sanksi berupa cambuk atau dipenjara selama enam bulan. Untuk kedepan kita akan meningkatkan sosialisasi dan WH, khususnya personil perempuan akan bekerja sama dengan Polwan Poltabes untuk turun ke lapangan mengatasi masalah ini," ujarnya.[ant]

http://hidayatullah.com/index.php?option=com_content&task=view&id=4546&Itemid=65

Aliansi Wartawan Inggris Ajak Boikot Produk Israel

Aliansi Nasional Wartawan Inggris mengajak boikot produk Israel. Tahun 2006,
persatuan dosen di Inggris (NATFHE) juga melakukan hal sama.

Hidayatullah.com--Situs internet koran The Guardian edisi Sabtu, menulis, sidang tahunan Aliansi Nasional Wartawan Inggris (The National Union of Journalists), mendukung embargo terhadap produk-produk Israel.
Dengan suara mayoritas, asosiasi ini menuntut embargo terhadap produk-produk Israel dan meminta kepada pemerintah Inggris serta PBB agar memberlakukan sanksi-sanksi terhadap Israel.

Asosiasi Wartawan Inggris mengecam serangan-serangan kejam pasukan militer rezim zionis terhadap Libanon, pada musim panas tahun lalu, dan menekankan bahwa serangan-serangan zionis terhadap Gaza dan kawasan-kawasan lain di Palestina harus segera dihentikan.

Sebelum ini, tahun 2006 lalu, organisasi terbesar persatuan dosen di Inggris, National Association of Teachers in Further and Higher Education (NATFHE) juga mengeluarkan seruan untuk memboikot institusi-institusi pendidikan dan dosen-dosen Israel yang mendukung kebijakan 'apartheid' pemerintah Israel.

Sebagaimana pernah dimuat The Guardian edisi Selasa (30/5/20026) melaporkan, seruan itu dilontarkan di hari terakhir konferensi tahunan NATFHE. Organisasi ini mengecam kebijakan 'apatheid' Israel termasuk kebijakan pembangunan tembok pemisah dan praktek-praktek diskriminatif yang disektor pendidikan yang dilakukan Israel terhadap mahasiswa dan dosen-dosen asal Palestina.

Tahun 2005 lalu, peserta konferensi tahunan Association of University Teachers (AUT) melakukan voting untuk memboikot universitas Bar-Ilan dan universitas Haifa di Israel karena keterlibatan kedua universitas tersebut dalam kebijakan pemerintah Israel. [irib/hid/cha]

Sebab-Sebab Turunnya Rizki

Akhir-akhir ini banyak orang yang mengeluhkan masalah penghasilan atau rizki, entah karena merasa kurang banyak atau karena kurang berkah. Begitu pula berbagai problem kehidupan, mengatur pengeluaran dan kebutuhan serta bermacam-macam tuntutannya. Sehingga masalah penghasilan ini menjadi sesuatu yang menyibukkan, bahkan membuat bingung dan stress sebagian orang.

Maka tak jarang di antara mereka ada yang mengambil jalan pintas dengan menempuh segala cara yang penting keinginan tercapai. Akibatnya bermunculanlah koruptor, pencuri, pencopet, perampok, pelaku suap dan sogok, penipuan bahkan pembunuhan, pemutusan silaturrahim dan meninggal kan ibadah kepada Allah untuk mendapatkan uang atau alasan kebutuhan hidup.

Mereka lupa bahwa Allah telah menjelaskan kepada hamba-hamba- Nya sebab-sebab yang dapat mendatangkan rizki dengan penjelasan yang amat gamblang. Dia menjanjikan keluasan rizki kepada siapa saja yang menempuhnya serta menggunakan cara-cara itu, Allah juga memberikan jaminan bahwa mereka pasti akan sukses serta mendapatkan rizki dengan tanpa disangka-sangka. Diantara sebab-sebab yang melapangkan rizki adalah sebagai berikut:

Takwa Kepada Allah
Takwa merupakan salah satu sebab yang dapat mendatangkan rizki dan menjadikannya terus bertambah. Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman, artinya, "Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezki dari arah yang tidada disangka-sangkanya. " (At Thalaq 2-3)

Setiap orang yang bertakwa, menetapi segala yang diridhai Allah dalam segala kondisi maka Allah akan memberikan keteguhan di dunia dan di akhirat. Dan salah satu dari sekian banyak pahala yang dia peroleh adalah Allah akan menjadikan baginya jalan keluar dalam setiap permasalahan dan problematika hidup, dan Allah akan memberikan kepadanya rizki secara tidak terduga.

Imam Ibnu Katsir berkata tentang firman Allah di atas, "Yaitu barang siapa yang bertakwa kepada Allah dalam segala yang diperintahkan dan menjauhi apa saja yang Dia larang maka Allah akan memberikan jalan keluar dalam setiap urusannya, dan Dia akan memberikan rizki dari arah yang tidak disangka-sangka, yakni dari jalan yang tidak pernah terlintas sama sekali sebelumnya."

Allah swt juga berfirman, artinya, "Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. " (QS. 7:96)

Istighfar dan Taubat
Termasuk sebab yang mendatang kan rizki adalah istighfar dan taubat, sebagaimana firman Allah yang mengisahkan tentang Nabi Nuh Alaihissalam ,
"Maka aku katakan kepada mereka:"Mohonlah ampun kepada Rabbmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun" niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai. " (QS. 71:10-12)

Al-Qurthubi mengatakan, "Di dalam ayat ini, dan juga dalam surat Hud (ayat 52,red) terdapat petunjuk bahwa istighfar merupakan penyebab turunnya rizki dan hujan."

Ada seseorang yang mengadukan kekeringan kepada al-Hasan al-Bashri, maka beliau berkata, "Beristighfarlah kepada Allah", lalu ada orang lain yang mengadukan kefakirannya, dan beliau menjawab, "Beristighfarlah kepada Allah". Ada lagi yang mengatakan, "Mohonlah kepada Allah agar memberikan kepadaku anak!" Maka beliau menjawab, "Beristighfarlah kepada Allah". Kemudian ada yang mengeluhkan kebunnya yang kering kerontang, beliau pun juga menjawab, "Beristighfarlah kepada Allah." Maka orang-orang pun bertanya, "Banyak orang berdatangan mengadukan berbagai persoalan, namun anda memerintahkan mereka semua agar beristighfar." Beliau lalu menjawab, "Aku mengatakan itu bukan dari diriku, sesungguhnya Allah swt telah berfirman di dalam surat Nuh,(seperti tersebut diatas, red)

Istighfar yang dimaksudkan adalah istighfar dengan hati dan lisan lalu berhenti dari segala dosa, karena orang yang beristighfar dengan lisannnya saja sementara dosa-dosa masih terus dia kerjakan dan hati masih senantiasa menyukainya maka ini merupakan istighfar yang dusta. Istighfar yang demikian tidak memberikan faidah dan manfaat sebagaimana yang diharapkan.

Tawakkal Kepada Allah
Allah swt berfirman, artinya, "Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. " (QS. 65:3) Nabi saw telah bersabda, artinya, "Seandainya kalian mau bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benarnya maka pasti Allah akan memberikan rizki kepadamu sebagaimana burung yang diberi rizki, pagi-pagi dia dalam keadaan lapar dan kembali dalam keadaan kenyang." (HR Ahmad, at-Tirmidzi dan dishahihkan al-Albani)

Tawakkal kepada Allah merupakan bentuk memperlihatkan kelemahan diri dan sikap bersandar kepada-Nya saja, lalu mengetahui dengan yakin bahwa hanya Allah yang memberikan pengaruh di dalam kehidupan. Segala yang ada di alam berupa makhluk, rizki, pemberian, madharat dan manfaat, kefakiran dan kekayaan, sakit dan sehat, kematian dan kehidupan dan selainnya adalah dari Allah semata.

Maka hakikat tawakkal adalah sebagaimana yang di sampaikan oleh al-Imam Ibnu Rajab, yaitu menyandarkan hati dengan sebenarnya kepada Allah Azza wa Jalla di dalam mencari kebaikan (mashlahat) dan menghindari madharat (bahaya) dalam seluruh urusan dunia dan akhirat, menyerahkan seluruh urusan hanya kepada Allah serta merealisasikan keyakinan bahwa tidak ada yang dapat memberi dan menahan, tidak ada yang mendatangkan madharat dan manfaat selain Dia.

Silaturrahim
Ada banyak hadits yang menjelaskan bahwa silaturrahim merupakan salah satu sebab terbukanya pintu rizki, di antaranya adalah sebagai berikut:

-Sabda Nabi Shalallaahu alaihi wasalam, artinya, " Dari Abu Hurairah ra berkata, "Aku mendengar Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda, "Siapa yang senang untuk dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya maka hendaklah menyambung silaturrahim." (HR Al Bukhari)

-Sabda Nabi saw, artinya, "Dari Abu Hurairah Radhiallaahu anhu , Nabi Shalallaahu alaihi wasalam bersabda, " Ketahuilah orang yang ada hubungan nasab denganmu yang engkau harus menyambung hubungan kekerabatan dengannya. Karena sesungguhnya silaturrahim menumbuhkan kecintaan dalam keluarga, memperbanyak harta dan memperpanjang umur." (HR. Ahmad dishahihkan al-Albani)

Yang dimaksudkan dengan kerabat (arham) adalah siapa saja yang ada hubungan nasab antara kita dengan mereka, baik itu ada hubungan waris atau tidak, mahram atau bukan mahram.

Infaq fi Sabilillah
Allah swt berfirman, artinya, "Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia lah Pemberi rezki yang sebaik-baiknya. " (QS. 34:39)

Ibnu Katsir berkata, "Yaitu apapun yang kau infakkan di dalam hal yang diperintahkan kepadamu atau yang diperbolehkan, maka Dia (Allah) akan memberikan ganti kepadamu di dunia dan memberikan pahala dan balasan di akhirat kelak."

Juga firman Allah yang lain,artinya, "Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan dari padanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji. Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui." (QS. 2:267-268)

Dalam sebuah hadits qudsi Rasulullah saw bersabda, Allah swt berfirman, "Wahai Anak Adam, berinfaklah maka Aku akan berinfak kepadamu." (HR Muslim)

Menyambung Haji dengan Umrah
Berdasarkan pada hadits Nabi Shalallaahu alaihi wasalam dari Ibnu Mas'ud Radhiallaahu anhu dia berkata, Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda, artinya, "Ikutilah haji dengan umrah karena sesungguhnya keduanya akan menghilangkan kefakiran dan dosa sebagaimana pande besi menghilangkan karat dari besi, emas atau perak, dan haji yang mabrur tidak ada balasannya kecuali surga." (HR. at-Tirmidzi dan an- Nasai, dishahihkan al-Albani)

Maksudnya adalah, jika kita berhaji maka ikuti haji tersebut dengan umrah, dan jika kita melakukan umrah maka ikuti atau sambung umrah tersebut dengan melakukan ibadah haji.

Berbuat Baik kepada Orang Lemah
Nabi saw telah menjelaskan bahwa Allah akan memberikan rizki dan pertolongan kepada hamba-Nya dengan sebab ihsan (berbuat baik) kepada orang-orang lemah, beliau bersabda, artinya, "Tidaklah kalian semua diberi pertolongan dan diberikan rizki melainkan karena orang-orang lemah diantara kalian." (HR. al-Bukhari)

Dhu'afa' (orang-orang lemah) klasifikasinya bermacam-macam, ada fuqara, yatim, miskin, orang sakit, orang asing, wanita yang terlantar, hamba sahaya dan lain sebagainya.

Serius di dalam Beribadah
Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiallaahu anhu, dari Nabi Shalallaahu alaihi wasalam bersabda, "Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman, artinya,

"Wahai Anak Adam Bersungguh-sungguhl ah engkau beribadah kepada Ku, maka Aku akan memenuhi dadamu dengan kecukupan dan Aku menanggung kefakiranmu. Jika engkau tidak melakukan itu maka Aku akan memenuhi dadamu dengan kesibukan dan Aku tidak menanggung kefakiranmu."

Tekun beribadah bukan berarti siang malam duduk di dalam masjid serta tidak bekerja, namun yang dimaksudkan adalah menghadirkan hati dan raga dalam beribadah, tunduk dan khusyu' hanya kepada Allah, merasa sedang menghadap Pencipta dan Penguasanya, yakin sepenuhnya bahwa dirinya sedang bermunajat, mengadu kepada Dzat Yang menguasai Langit dan Bumi.


Dan masih banyak lagi pintu-pintu rizki yang lain, seperti hijrah, jihad, bersyukur, menikah, bersandar kepada Allah, meninggalkan kemaksiatan, istiqamah serta melakukan ketaatan, yang tidak dapat di sampaikan secara lebih rinci dalam lembar yang terbatas ini. Mudah-mudahan Allah memberi kan taufik dan bimbingan kepada kita semua. Amin. ( Sumber: Kutaib "Al Asbab al Jalibah lir Rizqi", al-qism al-ilmi Darul Wathan. )

http://www.alsofwah.

Muhammad Haryo http://haryodakwah. my.or.id/

Mengenal Agen Mossad Dalam Gerakan Islam

FAKTA ini tentu amat mengejutkan, bahkan sulit dipercaya. Betapa kelompok Salafy yang selama ini dikenal sebagai kelompok Islam yang berdakwah untuk Ihyaus Sunnah (menghidup-hidupkan sunnah Nabi SAW), gerakan dakwah mereka ternyata didanai oleh jaringan intelejen Israel, Mossad. Tujuannya untuk menimbulkan fitnah dan perpecahan di kalangan kaum Muslim.

Badan intelejen Palestina mengijinkan harian Al-Hayat dan Televisi Libanon, LBC, untuk mewawancarai orang-orang Palestina yang menjadi agen Mossad, dan sekarang ditawan oleh pemerintah Palestina. Mereka telah menyebabkan terbunuhnya sejumlah Mujahidin. Dalam sebuah wawancara, salah seorang agen mengungkapkan cara perekrutan mereka serta peranan yang mereka lakukan dalam memantau para mujahidin dan memicu fitnah lewat perselisihan, perpecahan, dan kebencian demi merealisasikan kepentingan strategis Zionisme.

Wawancara ini diterbitkan oleh tabloid An-Nas nomor 127 mengutip harian Al-Hayat yang terbit di London dan juga ditayangkan televisi LBC. Tabloid Al-Basya'ir kembali menyiarkan wawancara tersebut mengingat pentingnya fakta-fakta yang diungkapkan oleh agen ini. Wawancara di bawah ini, yang diterjemahkan oleh Jati Utomo Dwi Hatmoko, M.Sc. , mahasiswa Structural Engineering and Construction Management University of Newcastle Upon Tyne United Kingdom, dan dikutip dari Hidayatullah. com, laporan Bahrum A. Rambe. Berikut hasil wawancara dimaksud:

Wartawan: Bagaimana para zionis itu dapat memperalat anda untuk kepentingan mereka dalam konspirasi dan pengkhianatan terhadap bangsa dan negara anda?

Agen: Awalnya saya membaca iklan di koran lokal tentang adanya pusat studi strategis kemasyarakatan yang bertempat di Singapura, mereka membutuhkan reporter di Tepi Barat untuk melakukan studi sosial dan publisistik tentang lingkungan, kemiskinan, dan lain-lain.

Lalu saya kirim biodata dan ijazah saya. Setelah dua pekan, datang balasan penerimaan saya di lembaga tersebut yang ternyata dikendalikan oleh intelejen zionis Mossad, dan dilaksanakan oleh orang-orang Palestina yang bekerja sama dengan zionisme untuk merekrut orang Arab Palestina dengan cara jahannam yang tidak terpikir oleh siapapun.

Mereka meminta kepada saya untuk menyiapkan laporan kemasyarakatan strategis. Mereka memberi imbalan uang yang cukup banyak. Dari situ, Pusat Studi Strategis palsu itu meminta tambahan laporan-laporan sensitif. Dan saya memenuhinya dengan teratur. Dengan memperhatikan permintaan-perminta an mereka saya mengetahui bahwa lembaga ini ada di bawah Mossad. Tapi saya tidak bisa mundur karena saya sudah memberi laporan-laporan yang sangat sensitif tentang keamanan nasional, tokoh-tokoh Mujahidin, posisi tempat tinggal mereka, dan keberadaan mereka. Informasi ini memudahkan mereka untuk membunuh para Mujahidin terbaik dari Hamas dan Jihad Islami.

Kondisi berkembang sedikit demi sedikit sampai permainan ini tersingkap, mereka memberi kepada saya lisensi untuk menemui orang-orang penting di Tel Aviv. Di sana mereka menyambut saya di sebuah hotel bintang lima. Mereka memberi saya seluruh sarana kenikmatan, tapi ternyata mereka merekam saya ketika berada dalam kondisi memalukan dengan seorang wanita. Hal ini sebagai salah satu cara mereka untuk memperbudak dan mengendalikan saya di kemudian hari.

Dari sini pekerjaan menjadi lebih akurat. Mereka melatih saya seluruh dasar kerja intelejen. Dan komunikasi kami lewat internet, mengirim informasi lewat telepon seluler yang mereka berikan. Dari sini saya mulai mengumpulkan informasi yang paling akurat dan vital tentang tokoh-tokoh intifadhah secara rutin. Posisi saya sebagai reporter, membuat saya dapat bergabung dengan seluruh unsur Mujahidin.

Saya mendapatkan informasi yang sangat penting karena saya dianggap sebagai pejuang. Karena kedekatan saya dengan para pemimpin perlawanan dan pantauan saya terhadap posisi gerakan dan tempat tidur mereka saya telah memudahkan banyak pembunuhan melalui pesawat, penangkapan malam hari atau dengan menembak kendaraan. Dan saya telah merekrut banyak orang untuk kepentingan zionis dengan upah rendah tidak lebih dari 1500 chikel per bulan.

Wartawan: Kami mengetahui bahwa anda dapat mengintervensi beberapa jamaah Islamiyyah, bagaimana itu?

Agen: Sesungguhnya zionis sudah memanfaatkan kepolosan dan ketidak hati-hatian orang-orang Palestina. Kami ditugaskan membuat beberapa situs dengan nama: Palestine Islamiyyah, al-Jihad al-Muqaddas, Tahrir al-Quds, Syababul Intifadhah, dan lain-lain. Dengan situs-situs ini kami berhubungan dengan banyak anak muda yang memiliki semangat jihad. Kami janjikan kepada mereka untuk membiayai mereka dengan uang dan senjata, dengan menyebutkan bahwa dana tersebut bersumber dari orang-orang kaya dari Teluk dan aktivis Islam di Mesir, Yordan dan Kuwait.

Begitulah, kami dapat menembus banyak mata rantai Mujahidin dan merasuk ke dalam tubuh mereka dengan mengatasnamakan Islam dan jihad. Dan yang lebih berbahaya, kami dapat memperalat orang-orang yang bersemangat tinggi, khususnya orang-orang Salafiy untuk menyebarkan buku-buku yang menimbulkan fitnah dan perpecahan di kalangan umat Islam. Buku-buku ini, sebenarnya dicetak dan dibiayai dengan biaya dari Mossad untuk membuat pertempuran marginal antara aktivis Islam, khususnya antara Syi'ah dan Sunnah di Palestina, Pakistan, Yaman, dan Yordan.

Puluhan judul buku-buku yang menyerang Syi'ah dengan cara menjijikkan, dan buku lain yang menyerang Sunnah, sudah dicetak. Dan dimanfaatkan juga orang-orang yang fanatik dari kedua belah pihak, setelah diyakinkan bahwa buku-buku tersebut dicetak oleh para dermawan Teluk dengan cetakan lux. Selebihnya, pekerjaan akan dilakukan oleh mereka yang teripu dari kelompok fanatik Sunnah seperti Salafiyyin dan lain-lain. Tujuan utama dari pencetakan dan penyebaran buku ini, adalah menimbulkan fitnah dan kebencian serta saling mengkafirkan antarpihak dan menyibukkan mereka dengan pertarungan sampingsan sesama mereka, agar Israel dapat merealisasikan tujuannya, yaitu menghancurkan Islam, menelan tanah air, menghapus identitas generasi muda melalui penyebaran dekadensi moral, atau menggunakan orang-orang yang tersingkir di luar kehidupan, fanatik dan keras kepala. Hati mereka penuh dengan kebencian terhadap saudara mereka sesama Muslim, baik Sunnah atau Syi'ah.

Dalam hal ini, jaringan Mossad telah cukup sukses menjalankan missinya. Anda dapat melihat kira-kira semua masjid dan perkumpulan anak muda di Yaman, Pakistan, dan Palestina tenggelam dengan buku-buku ini, yang dicetak dan dibagikan secara gratis; yang dikesankan seolah-olah dibiayai dari kocek para donatur kaya Arab Saudi, padahal Mossad ada di belakang semua ini. Sayang sekali, banyak orang-orang yang tidak menyadari, termasuk para imam masjid, khatib-khatib, dan da'i-da'i yang menyibukkan diri secara ikhlas dan serius dengan menyebarkan buku-buku beracun minimal bisa dikatakan buku-buku lancang dan fitnah. Fitnah lebih berbahaya dari pembunuhan. Karena pikiran mereka sempit, maka mereka tidak berpikir tentang tujuan sebenarnya dari penyebaran buku-buku ini, yang meniupkan kebencian, perpecahan dan fitnah khususnya hari-hari belakangan ini.

Buku-buku ini telah mulai menuai pengaruhnya di Pakistan. Orang-orang yang menyebut dirinya pengikut Ahlu Sunnah wal jama'ah, membentuk Tentara Shahabat dan menyerang kaum Syi'ah dalam ritual dan rumah-rumah, membunuh mereka ketika shalat Shubuh.

Sebuah pembantaian ganas yang menyedihkan meninggalkan ribuan mayat. Di lain pihak membentuk Tentara Muhammad bereaksi dengan balasan yang lebih keras, ratusan orang terbunuh di kedua belah pihak tiap bulan. Pembantaian berdarah, kedengkian, membuat-buat pertempuran sampingan, fitnah yang berbahaya dengan pahlawan Khawarij zaman sekarang, dimanfaatkan oleh Mossad untuk menyulut fanatisme, pengkafiran, pembunuhan, untuk melemahkan negara Islam pertama yang memiliki bom atom, Pakistan.

Sedangkan rencana mereka di Yaman, sampai saat ini pekerjaan masih berjalan dengan serius dan hasilnya sebentar lagi akan bisa dilihat. Namun sangat disayangkan, khusus tentang pemicu fitnah di Palestina, seluruh tujuan tidak tercapai seperti di Pakistan dan Yaman.

Wartawan: Sekarang apakah anda menyesal? Di mana mata hati anda ketika anda menunjukkan tempat-tempat persembunyian tokoh-tokoh perlawanan kepada zionis, agar dibunuh dengan keji beserta keluarga mereka dengan pesawat Apache dan roket-roket mereka?

Agen: Apalah gunanya penyesalan. Saya merasa sedih ketika mereka memusnahkan sebuah bangunan beserta penghuninya hanya untuk membunuh salah seorang Mujahidin yang dicari, di mana operasi ini menyebabkan terbunuhnya 17 anak kecil dan wanita juga sang Mujahid yang dicari. Sayalah penyebabnya, sungguh sayang. Karena itu, saya berhak dihukum dengan hukuman yang diputuskan pengadilan, yaitu eksekusi.

Mengenal Gerakan Agen Mossad
Semangat menghidupkan sunnah Nabi SAW di satu segi, dan memposisikan gerakan Islam di luar komunitasnya sebagai bid'ah, khawarij, dan tuduhan lain yang jauh dari kesan Islami; tanpa dibarengi dengan wawasan ilmu, pemahaman syari'ah dan siyasah secara memadai, membuat mereka mudah diprovokasi dan diperalat musuh-musuh Islam. Banyak gerakan Islam, dalam melawan zionisme dan hegemoni AS, justru diperalat oleh musuh dengan mengusung doktrin zionis tanpa disadari, sehingga mudah dihancurkan.

Penting bagi aktivis Islam untuk mengenal di antara karakteristik ormas, orpol, maupun gerakan Islam, yang kadangkala tanpa disadari menjadi alat musuh untuk menghancurkan Islam. Berdasarkan kajian dan pengalaman karakteristik mereka itu dapat dikenali antara lain:
1. Mendukung kekuasaan rezim yang zhalim secara apriori, selama penguasa tersebut masih melakukan shalat. Alasannya, karena Nabi memerintahkan taat kepada penguasa Muslim yang masih shalat sekalipun berbuat durhaka atau zhalim. "Enam puluh tahun di bawah penguasa zhalim, lebih baik daripada sehari tanpa pemimpin," kata mereka. Sementara mereka mengabaikan ayat Al-Qur'an yang melarang membantu orang-orang zhalim yang berkhianat kepada Allah dan rasul-Nya.
2. Mengklaim pahamnya paling benar tanpa mau diajak dialog mendengarkan hujjah dari pihak Muslim yang dikategorikan sesat.
3. Mengajak umat untuk menjauhi politik, dan memfokuskan diri dalam aqidah dan ibadah dalam pengertian sempit.
4. Gemar mengabaikan hujjah lawan sekalipun hujjah itu dari Al-Qur'an dan hadits shahih hanya karena hujjah tersebut tidak berasal dari syeikh-nya.
5. Mempersempit sumber-sumber pemahaman agama, dan hanya menerima dari ulama panutannya atau pemahaman dari kelompoknya sendiri secara terbatas, dengan menganggap pemahaman jalur lain sebagai bid'ah.
6. Sangat mengecam perilaku yang dikategorikan tasabbuh dengan golongan kafir dan musyrik. Tapi, mengikuti cara berpikir dan kepemimpinan golongan zionis dengan menempatkan pendapat ulama panutannya melebihi Al-Qur'an dan hadits.
7. Menampilkan identitas tertentu untuk membedakan diri dengan kelompok lain secara fanatik sebagaimana halnya dengan sekte-sekte di lingkungan Yahudi dan Kristen.
8. Mengambil ajaran agama dengan mengutamakan hal-hal yang bersifat personal dan keluarga, tapi mengabaikan masalah kenegaraan dan jihad. Hal ini sejalan dengan doktrin Kristen: "Berikan hak Kaisar kepada Kaisar, dan hak Tuhan kepada Tuhan."
9. Sangat membenci, bahkan memusuhi gerakan Islam yang menuntut pemberlakuan Syari'ah Islam secara kaffah, terutama ajaran amar makruf nahyu mungkar dan jihad.


Web Bug from http://geo.yahoo. com/serv? s=97359714/ grpId=15337060/ grpspId=17050380 64/msgId= 19221/stime= 1176696135/ nc1=4438971/ nc2=3848590/ nc3=3848629 <http://www.sng. ecs.soton. ac.uk/mailscanne r/images/ 1x1spacer. gif>

Oleh : <http://swaramuslim. net/> Redaksi 15 Apr 2007 - 9:00 pm
Risalah Mujahidin Edisi 7 Th I Rabiul Awal 1428 H / April 2007 M, hal. 42-46image <http://swaramuslim. net/images/ uploads/xfiles/ jihad_mossad. jpg>

Saturday, April 14, 2007

US BIG LIES (General: US has no plan to attack Iran)

LONDON, April 14 (IranMania) - The American military is capable of attacking Iran but has no plans to do so, a US general said in the latest US rejection of military action, AP reported.

In an interview with The Associated Press, Brig. Gen. Robert H. Holmes, deputy director of operations for the US Central Command, said despite the wars in Iraq and Afghanistan, the US military would be able to simultaneously fight Iran.

"I would offer that we are always ready, always prepared," he said at the US Embassy in London. "Does that mean we are then focused, loaded and cocked to do a certain thing?" he asked. "The answer is no."

Tensions have risen over Washington's accusations that Tehran is providing deadly weapons and training to militants attacking US forces in Iraq, a claim Iran denies. President Bush has said the US military would aggressively pursue Iranian agents who stir up trouble in Iraq.

"The presence of certain weapons, certain technology, certain tactics and techniques points us to elements of the Iranian military, but I would be remiss if I then connected dots any greater than that," Holmes said.

This equipment is "killing our troops ... killing Iraqis, and we intend to stop the flow of this external influence," Holmes said.

Still, the general said he believes that military action against Iran would not be the best course of action.
"You've got be careful as you begin to piece this together," he said, adding that Adm. William J. Fallon, commander of US forces in the Middle East, "does not view military action with Iran as a desired military activity right now."

Leaders of Arab nations around the Persian Gulf have grown increasingly uneasy with the tough US stance toward Iran, believing any outbreak of war would bring attacks on their own soil. But none has shown interest in an alliance with Iran.

"The last resort is conflict or war" with Iran, Holmes said.

"If we could pursue through means of policy and our political leadership to avert conflict or to deter or deny certain weapons or tools of violence to enter a battle space, then diplomacy or policy would be a preferred method," Holmes said.

http://www.iranmania.com/news/articleview/default.asp?NewsCode=50908&NewsKind=Current%20Affairs

Friday, April 13, 2007

A Plea from Vatican : Pope publishes answer to 'The Da Vinci Code'

A book by Pope Benedict XVI to appear in Italian, German and Polish stores on Monday (local time) is billed as his answer to popular publications such as Dan Brown's best-selling The Da Vinci Code.

Journalists have received advance copies of the Italian edition of Jesus of Nazareth, which attempts to reconcile the historical figure of Jesus with that of the Gospels.

In the work, Pope Benedict laments "the worst books, which destroy the figure of Jesus and dismantle faith, filled with the supposed results" of scriptural study, a clear allusion to The Da Vinci Code, which was harshly criticised by the Roman Catholic Church.

"The interpretation of the Bible can become an instrument of the Antichrist" if it goes down mistaken paths, he warned.

The Pope, a respected theologian, also denounces "the temptation to interpret Christianity as a recipe for progress and to consider the quest for the common well-being to be the true goal of all religions".

The book is being translated into 17 other languages, and will soon be available in Latin America, where books by Spanish Jesuit liberation theologian Jon Sobrino were recently condemned by the Vatican.

The Pope began writing the book in 2003 when he was Cardinal Joseph Ratzinger and headed the Vatican's doctrinal enforcement body.

He asserts that his account offers a "theological interpretation of the Bible without abandoning historical rigour".

A second volume will concern the birth of Jesus and "the mystery of his passion, death and resurrection," according to the Italian publisher, Rizzoli.

Pope Benedict states in the new book's foreword that it is "absolutely not" part of the papal Magisterium, or infallible teachings, but simply an "expression of (his) personal research".

"Everyone is free, then, to contradict me," he wrote.
- AFP

Perpetual boundary and border disputes-Britain’s colonial legacy to the Muslim world

The recent capture of 15 British sailors by Iranian Naval forces has highlighted the issue of boundaries and territories within the Islamic world and beyond. Leaving aside the very valid question as to why foreign British forces should even have been in the area, Iraqi or Iranian, the dispute centred on the claim and counter claims of whether British naval vessels had been in Iraqi waters or had strayed into Iranian territory.

Iran captured these military personnel in the Shatt al Arab region, claiming that the British were in Iranian waters whilst the British maintained that they were in Iraqi waters. The UK Ministry of Defence later produced detailed maps to aid their version of events and strengthen their claim that their personnel were arrested in Iraqi waters. To add to the confusion, Craig Murray, the former UK ambassador to Uzbekistan, highlighted that no maritime border had ever been set between Iran and Iraq. As the former head of the UK’s Foreign Office maritime section, Murray said that there is no agreed boundary in the Northern Gulf, either between Iran and Iraq or between Iraq and Kuwait. The Iran-Iraq border had been agreed inside the Shatt al-Arab waterway, because there it is also the land border. But that agreement does not extend beyond the low tide line of the coast. Even that very limited agreement is arguably no longer in force. Since it was reached in 1975, a war has been fought over it, and ten-year reviews - necessary because waters and sandbanks in this region move about dramatically - have never been carried out.

The wider issue that this episode has provoked is the contentious issue of land and water boundaries and their subsequent disputes within the Muslim world. The current borders that exist today are invariably relics of the waterways, dividing lines and territories drawn up by western colonial nations-principally Britain and France- in the 19th and early 20th Century. In drawing up these demarcations, the colonial powers had a number of very clear objectives. Firstly, these borders were drawn up in a way that would ensure Muslims would be locked into fighting with each other on a regular basis. Secondly, it was hoped, that the attention given to resolving and reclaiming these disputes would divert attention and pre-occupy the Muslim Ummah from thinking about the devious role the colonialists played in dividing Muslims from one another. Thirdly, by concentrating on these border issues it would ultimately exhaust all the time and effort of Muslims from unifying as One Ummah again and feel resigned to living as numerous states and statelets.

The boundaries that were drawn up by the British colonial office and its French counterpart deliberately ran through ethnic and tribal areas, splitting families and villages apart into different nations via artificial borders. Naturally there would be turmoil as people sought to come back together again. In turn these borders and the desire to identify with a piece of land rather than Islam alone have helped to give rise to nationalistic sentiments and keep the Ummah divided along Saudi, Iraqi, Pakistani, Arab, Persian, Kurdish and African lines. Many nations today have their borders shaped in a manner that clearly shows they have been drawn with the help of a pencil and a measuring scale, rather than with the will of the people.

This is why so many conflicts have taken place and still exist in the Muslim world today. Examples of these are numerous. You have the Kurds being divided among four different states; Turkey, Iran, Syria and Iraq. They have been kept busy with the false hope of their own nation by western powers ever since Britain occupied Iraq in 1917 and the prospect of Kurdistan continually arises to disunite Muslims of the region. In the Sub-continent, the borders were divided in 1947 in such a way as to result in a relatively weak East and West Pakistan. Nationalism and separation were then instigated to further separate the Muslims of the area. Iran and Iraq waged an almost 10 year war with each other starting in 1980 over the very same Shatt al Arab disputed waterway in which the British sailors were caught. Iraq’s claims over Kuwait can be traced back to the carve up of the Middle East after World War 1. Other long lasting boundary disputes can be seen in the Levant and Kashmir.

These false borders have not only have allowed the Ummah to be consumed by nationalism, but they have also allowed foreign colonial powers to interfere with the affairs of the Muslims. The creation of Israel is perhaps the greatest example of colonial interference. An artificial state was created in the heart of the Muslim world and sustained by the West with the aid of treacherous rulers it placed in neighbouring lands. For decades, Israel has provided a pretext for colonial nations such as Britain and America to interfere with the affairs of the Muslims. It helps to justify the American and Western presence in the region, under the guise of helping to solve the Palestinian issue.

The irony of Britain in dispute over naval boundaries will not have been lost on the Muslim world. However, what is required today is for Muslims globally to abandon any remaining allegiance or loyalty they had to petty land or territories claims and transcend the artificial and illegitimate borders that have been placed amongst us to keep the Ummah weak and divided.

http://www.khilafah.com/kcom/analysis/middle-east/perpetual-boundary-and-border-disputes-britains-colonial-legacy-to-the-muslim-world.html

Hezbollah Kembali Tuding AS Berusaha Kobarkan Perang di Lebanon

Wakil Sekjen Hezbollah Lebanon, Sheikh Naim Qasem, mensinyalir upaya AS untuk menyulut perang saudara di Lebanon. Kantor Berita AFP melaporkan, dalam wawancarannya dengan Koran The Guardian terbitan Inggris, Sheikh Qasem mengatakan, Washington telah mempersenjatai kelompok-kelompok ekstrim di Lebanon untuk mengobarkan pai perang saudara di Lebanon. Dikatakannya, dengan berdalih perundingan, AS mengacu pada pembentukan Timur Tengah baru yang sesuai dengan kepentingannya dan Rezim Zionis Israel.
The Guardian menulis, dalam beberapa hari terakhir, Gedung Putih memberikan ijin kepada lembaga-lembaga keamanan AS untuk mengirim persenjataan kepada kelompok-kelompok anti-Hezbollah. Sumber tadi menambahkan, hingga kini AS telah membelanjakan dana sebesar 60 juta dolar untuk membujuk pasukan keamanan Lebanon agar bertindak melawan Hezbollah.


http://www.irib.ir/worldservice/melayuRADIO/khabar/kamis.htm#Sharafi%20Jelaskan

Bush Tengah Mencari Pejabat Baru untuk Perang Irak dan Afghanistan

Presiden AS George W. Bush, berupaya membentuk komite baru di Gedung Putih yang bertugas mengontrol dan melanjutkan pendudukan atas Irak dan Afghanistan. Berbagai media massa AS kemarin menurunkan laporan bahwa saat ini, Bush tengah mencari orang yang tepat posisi tersebut. Koran Washington Post mengutip keterangan para pejabat tinggi AS menulis, Bush tengah menyeleksi orang-orang yang menurutnya dapat diandalkan untuk mengontrol secara penuh perang di Irak dan Afghanistan. Tidak hanya itu, Bush juga mengupayakan pejabat barunya itu untuk memiliki wewenang penuh dalam mengarahkan kebijakan Kementerian Luar Negeri AS, Pentagon, dan instansi lainnya. Hingga kini, tiga jenderal militer berpangkat tinggi menolak jabatan tersebut.

http://www.irib.ir/worldservice/melayuRADIO/khabar/kamis.htm#Sharafi%20Jelaskan

Baroness Britania Dukung Program Nuklir Iran

Anggota House of Lords Inggris, Baroness Emma Nicholson, menilai produksi bahan bakar nuklir di tingkat industri merupakan hak legal Iran. Hal itu dikemukakannya kemarin dalam wawancaranya dengan wartawan IRIB di London. Menurutnya, pentingnya pendayagunaan teknologi nuklir akan sangat dirasakan pada masa mendatang, apalagi saat ini dunia memerlukan sumber energi baru. Ditambahkannya bahwa Iran sebagai anggota Traktat Non-Proliferasi Nuklir berhak mendayagunakan teknologi nuklir. Ia berpendapat, tak diragukan lagi bahwa sumber energi yang tersedia saat ini seperti minyak dan gas akan terus menipis. Sebab itu, setiap negara harus mulai menggalakkan sumber energi alternatif untuk masa mendatang.


http://www.irib.ir/worldservice/melayuRADIO/khabar/kamis.htm#Sharafi%20Jelaskan

Kandidat Pilpres Perancis Bersikap Kontroversial Soal Nuklir Iran

Ketua Partai Front Nasional Perancis, Jean-Marie Le Pen, mendukung pengayaan uranium di tingkat industri oleh Iran. Le Pen yang juga merupakan kandidat dalam pilpres Perancis dalam wawancaranya dengan Radio Eropa 1, menekankan hak legal Iran dalam mendayagunakan teknologi nuklir sipil. Menurutnya, sama sekali tidak ada masalah dalam produksi uranium untuk sektor industri dan hal itu merupakan hak Teheran.

Dikatakannya pula bahwa Iran telah menandatangani kesepakatan Traktat Non-Proliferasi Nuklir (NPT) dan Teheran berhak memperkaya uranium. Pernyataan kontroversial itu dikemukakannya menjelang pelaksanaan putaran pertama kampanye pilpres Perancis yang akan digelar tanggal 22 April mendatang.

http://www.irib.ir/worldservice/melayuRADIO/khabar/kamis.htm#Sharafi%20Jelaskan

Sharafi Jelaskan Aksi Penyiksaan Oleh Para Agen CIA

Sekretaris Kedua Kedutaan Besar Iran di Baghdad, Jalal Sharafi, yang beberapa waktu lalu diculik oleh antek-antek AS di Irak, memaparkan aksi penyiksaan yang menimpanya. Sharafi yang duduk di kursi roda di Kantor Kementerian Luar Negeri Iran mengatakan, "Satu regu terdiri atas delapan orang pro-Rezim Baath yang dikoordinasi langsung oleh militer AS, menjebloskan saya dalam sebuah sel di dekat bandara Baghdad dan menyiksa saya". " Akibat penyiksaan itu, telinga Sharafi robek, dan ia juga mengalami patah tulang hidung dan punggung, serta pendarahan lambung. Seorang di antara delapan orang tersebut berbicara dengan bahasa Inggris secara fasih, mengenalkan dirinya sebagai pejabat Kedutaan Besar AS di Baghdad dan penanggung jawab dalam kasus penangkapan tersebut.

Pada kesempatan itu, Sharafi juga menunjukkan luka bekas siksaan pada tubuhnya kepada para wartawan. Utusan Palang Merah Internasional, Peter G. Stoeker, menyatakan bahwa masalah hukum Jalal Sharafi akan ditindaklanjuti oleh komite dalam PMI.

http://www.irib.ir/worldservice/melayuRADIO/khabar/kamis.htm#Sharafi%20Jelaskan

Tuesday, April 10, 2007

British town votes to change a church to a mosque

Sheraz Arshad at Mount Zion Methodist Church in Clitheroe, England. Arshad took up his deceased father's cause and fought for a mosque for the town's 300 Muslims. (Hazel Thompson for The New York Times )

CLITHEROE, England: On a chill night this winter, this pristine town adjacent to royal estates in some of England's most untouched countryside gave permission for a former Christian church to become a mosque.
The narrow vote by the municipal authorities marked the end of a bitter struggle by the tiny Muslim population to establish a place of worship, one that will put a mosque in an imposing stone Methodist church that had been used as factory since its congregation dwindled away 40 years ago.

The battle underscored Britain's unease with its Muslim minority, and particularly the infiltration of terror cells among the faithful, whose devotion has challenged an increasingly secular Britain's sense of itself.
Britain may continue to regard itself as a Christian nation. But practicing Muslims are likely to outnumber church-attending Christians in several decades, according to a recent survey by Christian Research, a group that specializes in documenting the status of Christianity in Britain.

More devout and conspicuous than ever in both the halls of power and in working class neighborhoods, Britain's 1.6 million Muslims (about 2.7 percent of the population) are at once alienated and increasingly assertive in their aspirations.

In Clitheroe, the tussle involved a passionate young Muslim professional of Pakistani descent coming up against the raw nerves of tradition-bound locals.

"We've been trying to get a place of worship for 30 years," said Sheraz Arshad, 31, the Muslim leader here, his voice rattling around the empty old Mount Zion Methodist Church that would become his mosque. "It's fitting it is a church: it is visually symbolic, the coming together of religions."

Population 14,500, with a Norman castle and an Anglican church established in 1122, Clitheroe is tucked away in Lancashire County, and people here liked to think they represented a last barrier to the mosques that have become features in the industrial towns that encircle them.

But Clitheroe had not bargained on the determination of Arshad. A project manager at British Aerospace, he is the British-born son of a Pakistani immigrant, Mohamed Arshad, who came to Clitheroe from Rawalpindi in 1965 to work at the cement works on the outskirts of town.

When Arshad's father died in 2000, leaving his efforts to establish a mosque for the approximately 300 Muslims unfulfilled, his son took up the challenge.

"I thought why should I be treated any less well," Arshad said. "One quarter of my salary goes in tax, too. I was driven to do the mosque."

In all, Arshad and his father made eight applications for a mosque, including buying an out-of-sight modest terrace house on the edge of town. Arshad said he tried to buy land from the council but was rebuffed.
Often there was booing at the council meetings and cries of "Go home Paki!" he said.

The official reasoning for the authorities' rejections was generally on the ground that a mosque would attract outsiders, meaning Muslims, to Clitheroe.

Letters to the local newspaper, The Clitheroe Advertiser and Times, warned that what had happened to Blackburn and Preston, two bigger industrial towns in Lancashire County, with substantial Muslim populations, would happen to Clitheroe.

Arshad's winning strategy was organization, and a demonstration that he was a moderate Muslim who could take part in all the town's affairs.

He formed an interfaith scout group - Beaver Scouts - that marked many kinds of religious occasions, including the Taoist and Jewish New Year. He established the Medina Islamic Education Center as an interfaith adult group, and persuaded the local council to allow the group to chair a key committee. He organized a series of lectures on global conflict that attracted important academics to this well-educated town.

On the night of the vote last Dec. 21, the Ribble Valley council chambers overflowed with 150 people. The police were poised outside. The vote was seven to five in favor of the mosque, and there was no violence.
"I went in resigned to the fact we would lose," Arshad said. "In the end it was very humbling."

The church's demarcation as a place of worship in the town's planning records helped carry the day for the mosque, said Geoffrey Jackson, chief executive of Trinity Partnership, a social welfare agency, and a Methodist who backed Arshad.

So did Arshad's demeanor. "He's a top lad, with a Lancashire accent, born and bred here, and educated at Clitheroe grammar," said Jackson.

But the fight is hardly over. Since the vote, some opponents have smashed a few windows in the church building, and beneath the official vote lies a river of resentment among those who fear that the broader patterns in Britain will eventually come here.

"There was so much opposition," said Robert Kay, a driver who ferries people around the countryside. "The people who were for the mosque were those who were not going to end up with it on their doorstep."

The Mount Zion Methodist church where the mosque will now be housed was turned into a factory for making scarves for export to the Middle East in the 1960s, when practice of the Christian faith in Britain had already begun its decline.

Today, Britain has fewer than 500,000 practicing Methodists, and only about 6 percent of Christians here attend church regularly, according to Peter Brierley, executive director of Christian Research.

The number of Britain's Muslims who regularly attend Friday prayers is not precisely known, but most agree that Muslims in Britain are far more devoted to their religion than Christians.

The symbolic encroachment of Islam at the pinnacles of British power is already clear. At Oxford University town residents recently, and unsuccessfully, fought the building of a Center for Islamic Studies, and in the House of Lords the number of Muslim members has gone from none to seven during the decade of Labor government.

In working class neighborhoods, the differences between the white British and the immigrant Muslim Asians, who began arriving in significant numbers from former British colonies in Pakistan and Bangladesh in the 1970s, are stark. Contemporary Britons are marrying less and bearing more children out of wedlock; many Muslims, who put stock in intact families, find those trends disturbing. The alarming rate of alcohol consumption among white Britons sets the two groups apart, too. In Blackburn and Preston, increasing numbers of neighborhoods have become exclusively Muslim.

Even as devotion among Christians wanes, the growing influence of the conservative Wahabi school of Islam is more and more visible among women who wear black robes and cover all but their eyes.

In Blackburn, the constituency of Jack Straw, the Labor leader of the House of Commons, there are 30,000 Muslims among a population of 80,000. But in a tell-tale sign for the future, the number of Blackburn children 10 years and younger is evenly divided between Christian and Muslim.

It is these demographics, and the visibility of Blackburn's 40 mosques, many of them relatively new, juxtaposed alongside the ancient Christian church spires, that frightened the opponents of the mosque in Clitheroe.

As Arshad makes plans for renovating the church building, the Christians of Clitheroe are taking stock.
At the Anglican Saint Mary Magdalene Church, where the first stone was laid in the 12th century, the congregation has dropped to about 90 people on Sunday and the average age is 75, said the vicar, Philip Dearden. Christenings are now rare, and he has only seven weddings booked for the year, down from 30 a while ago.

"Lancashire is the last place to see secularization in Britain," Dearden, 64, said. "We're seeing it now quite drastically. People don't have a conscience about religion, they don't come anymore."

As for the look of the new mosque in Clitheroe, there will be no obvious changes to the exterior of the building, although the cross at the top will come down. Women will be welcome to pray in the main prayer hall, "not in a cubbyhole in the corner," he said.

And finally: "We don't want a dome. That looks pretty in Egypt and Turkey, but in a market town in England it looks like a big onion. There will be no external call to prayer. What matters is what goes on inside."

http://www.iht.com/articles/2007/04/01/news/mosque.php

Islam Masuk ke Nusantara Saat Rasulullah SAW Masih Hidup

Islam masuk ke Nusantara dibawa para pedagang dari Gujarat, India, di abad ke 14
Masehi. Teori masuknya Islam ke Nusantara dari Gujarat ini disebut juga sebagai
Teori Gujarat. Demikian menurut buku-buku sejarah yang sampai sekarang masih
menjadi buku pegangan bagi para pelajar kita, dari tingkat sekolah dasar hingga
lanjutan atas, bahkan di beberapa perguruan tinggi.

Namun, tahukah Anda bahwa Teori Gujarat ini berasal dari seorang orientalis asal Belanda yang seluruh hidupnya didedikasikan untuk menghancurkan Islam? Orientalis ini bernama Snouck Hurgronje, yang demi mencapai tujuannya, ia mempelajari bahasa Arab dengan sangat giat, mengaku sebagai seorang Muslim, dan bahkan mengawini seorang Muslimah, anak seorang tokoh di zamannya.

Menurut sejumlah pakar sejarah dan juga arkeolog, jauh sebelum Nabi Muhammad SAW menerima wahyu, telah terjadi kontak dagang antara para pedagang Cina, Nusantara, dan Arab. Jalur perdagangan selatan ini sudah ramai saat itu.

Mengutip buku Gerilya Salib di Serambi Makkah (Rizki Ridyasmara, Pustaka Alkautsar, 2006) yang banyak memaparkan bukti-bukti sejarah soal masuknya Islam di Nusantara, Peter Bellwood, Reader in Archaeology di Australia National University, telah melakukan banyak penelitian arkeologis di Polynesia dan Asia Tenggara.

Bellwood menemukan bukti-bukti yang menunjukkan bahwa sebelum abad kelima masehi, yang berarti Nabi Muhammad SAW belum lahir, beberapa jalur perdagangan utama telah berkembang menghubungkan kepulauan Nusantara dengan Cina. Temuan beberapa tembikar Cina serta benda-benda perunggu dari zaman Dinasti Han dan zaman-zaman sesudahnya di selatan Sumatera dan di Jawa Timur membuktikan hal ini.

Dalam catatan kakinya Bellwood menulis, Museum Nasional di Jakarta memiliki beberapa bejana keramik dari beberapa situs di Sumatera Utara. Selain itu, banyak barang perunggu Cina, yang beberapa di antaranya mungkin bertarikh akhir masa Dinasti Zhou (sebelum 221 SM), berada dalam koleksi pribadi di London.

Benda-benda ini dilaporkan berasal dari kuburan di Lumajang, Jawa Timur, yang sudah sering dijarah dan Bellwood dengan ini hendak menyatakan bahwa sebelum tahun 221 SM, para pedagang pribumi diketahui telah melakukan hubungan dagang dengan para pedagang dari Cina.

Masih menurutnya, perdagangan pada zaman itu di Nusantara dilakukan antar sesama pedagang, tanpa ikut campurnya kerajaan, jika yang dimaksudkan kerajaan adalah pemerintahan dengan raja dan memiliki wilayah yang luas. Sebab kerajaan Budha Sriwijaya yang berpusat di selatan Sumatera baru didirikan pada tahun 607 Masehi (Wolters 1967; Hall 1967, 1985). Tapi bisa saja terjadi, kerajaan-kerajaan kecil yang tersebar
di beberapa pesisir pantai sudah berdiri, walau yang terakhir ini tidak dijumpai catatannya.

Di Jawa, masa sebelum masehi juga tidak ada catatan tertulisnya. Pangeran Aji Saka sendiri baru diketahui memulai sistem penulisan huruf Jawi kuno berdasarkan pada tipologi huruf Hindustan pada masa antara 0 sampai 100 Masehi. Dalam periode ini di Kalimantan telah berdiri Kerajaan Hindu Kutai dan Kerajaan Langasuka di Kedah, Malaya. Tarumanegara di Jawa Barat baru berdiri tahun 400-an Masehi. Di Sumatera, agama Budha baru menyebar pada tahun 425 Masehi dan mencapai kejayaan pada masa Kerajaan Sriwijaya.

Temuan G. R Tibbets
Adanya jalur perdagangan utama dari Nusantara terutama Sumatera dan Jawa dengan Cina juga diakui oleh sejarahwan G. R. Tibbetts. Bahkan Tibbetts-lah orang yang dengan tekun meneliti hubungan perniagaan yang terjadi antara para pedagang dari Jazirah Arab dengan para pedagang dari wilayah Asia Tenggara pada zaman pra Islam. Tibbetts menemukan bukti-bukti adanya kontak dagang antara negeri Arab dengan Nusantara saat itu.

Keadaan ini terjadi karena kepulauan Nusantara telah menjadi tempat persinggahan kapal-kapal pedagang Arab yang berlayar ke negeri Cina sejak abad kelima Masehi, tulis Tibbets. Jadi peta perdagangan saat itu terutama di selatan adalah Arab-Nusantara-China.

Sebuah dokumen kuno asal Tiongkok juga menyebutkan bahwa menjelang seperempat tahun 700 M atau sekitar tahun 625 M hanya berbeda 15 tahun setelah Rasulullah menerima wahyu pertama atau sembilan setengah tahun setelah Rasulullah berdakwah terang-terangan kepada bangsa Arab di sebuah pesisir pantai Sumatera sudah ditemukan sebuah perkampungan Arab Muslim yang masih berada dalam kekuasaan wilayah Kerajaan Budha Sriwijaya.

Di perkampungan-perkampungan ini, orang-orang Arab bermukim dan telah melakukan asimilasi dengan penduduk pribumi dengan jalan menikahi perempuan-perempuan lokal secara damai. Mereka sudah beranak pinak di sana. Dari perkampungan-perkampungan ini mulai didirikan tempat-tempat pengajian al-Qur’an dan pengajaran tentang Islam sebagai cikal bakal madrasah dan pesantren, umumnya juga merupakan tempat beribadah (masjid).

Temuan ini diperkuat Prof. Dr. HAMKA yang menyebut bahwa seorang pencatat sejarah Tiongkok yang mengembara pada tahun 674 M telah menemukan satu kelompok bangsa Arab yang membuat kampung dan berdiam di pesisir Barat Sumatera. Ini sebabnya, HAMKA menulis bahwa penemuan tersebut telah mengubah pandangan orang tentang sejarah masuknya agama Islam di Tanah Air. HAMKA juga menambahkan bahwa temuan ini telah diyakini kebenarannya oleh para pencatat sejarah dunia Islam di Princetown University di Amerika.

Pembalseman Firaun Ramses II Pakai Kapur Barus Dari Nusantara
Dari berbagai literatur, diyakini bahwa kampong Islam di daerah pesisir Barat Pulau Sumatera itu bernama Barus atau yang juga disebut Fansur. Kampung kecil ini merupakan sebuah kampung kuno yang berada di antara kota Singkil dan Sibolga, sekitar 414 kilometer selatan Medan. Di zaman Sriwijaya, kota Barus masuk dalam wilayahnya. Namun ketika Sriwijaya mengalami kemunduran dan digantikan oleh Kerajaan Aceh Darussalam, Barus pun masuk dalam wilayah Aceh.

Amat mungkin Barus merupakan kota tertua di Indonesia mengingat dari seluruh kota di Nusantara, hanya Barus yang namanya sudah disebut-sebut sejak awal Masehi oleh literatur-literatur Arab, India, Tamil, Yunani, Syiria, Armenia, China, dan sebagainya.

Sebuah peta kuno yang dibuat oleh Claudius Ptolomeus, salah seorang Gubernur Kerajaan Yunani yang berpusat di Aleksandria Mesir, pada abad ke-2 Masehi, juga telah menyebutkan bahwa di pesisir barat Sumatera terdapat sebuah bandar niaga bernama Barousai (Barus) yang dikenal menghasilkan wewangian dari kapur barus.

Bahkan dikisahkan pula bahwa kapur barus yang diolah dari kayu kamfer dari kota itu telah dibawa ke Mesir untuk dipergunakan bagi pembalseman mayat pada zaman kekuasaan Firaun sejak Ramses II atau sekitar 5. 000 tahun sebelum Masehi!

Berdasakan buku Nuchbatuddar karya Addimasqi, Barus juga dikenal sebagai daerah awal masuknya agama Islam di Nusantara sekitar abad ke-7 Masehi. Sebuah makam kuno di kompleks pemakaman Mahligai, Barus, di batu nisannya tertulis Syekh Rukunuddin wafat tahun 672 Masehi. Ini memperkuat dugaan bahwa komunitas Muslim di Barus sudah ada pada era itu.

Sebuah Tim Arkeolog yang berasal dari Ecole Francaise extreme-Orient (EFEO) Perancis yang bekerjasama dengan peneliti dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (PPAN) di Lobu Tua-Barus, telah menemukan bahwa pada sekitar abad 9-12 Masehi, Barus telah menjadi sebuah perkampungan multi-etnis dari berbagai suku bangsa seperti Arab, Aceh, India, China, Tamil, Jawa, Batak, Minangkabau, Bugis, Bengkulu, dan sebagainya.
Tim tersebut menemukan banyak benda-benda berkualitas tinggi yang usianya sudah ratusan tahun dan ini menandakan dahulu kala kehidupan di Barus itu sangatlah makmur.

Di Barus dan sekitarnya, banyak pedagang Islam yang terdiri dari orang Arab, Aceh, dan sebagainya hidup dengan berkecukupan. Mereka memiliki kedudukan baik dan pengaruh cukup besar di dalam masyarakat maupun pemerintah (Kerajaan Budha Sriwijaya). Bahkan kemudian ada juga yang ikut berkuasa di sejumlah bandar. Mereka banyak yang bersahabat, juga berkeluarga dengan raja, adipati, atau pembesar-pembesar Sriwijaya lainnya. Mereka sering pula menjadi penasehat raja, adipati, atau penguasa setempat. Makin lama
makin banyak pula penduduk setempat yang memeluk Islam. Bahkan ada pula raja, adipati, atau penguasa setempat yang akhirnya masuk Islam. Tentunya dengan jalan damai.

Sejarahwan T. W. Arnold dalam karyanya The Preaching of Islam (1968) juga menguatkan temuan bahwa agama Islam telah dibawa oleh mubaligh-mubaligh Islam asal jazirah Arab ke Nusantara sejak awal abad ke-7 M.

Setelah abad ke-7 M, Islam mulai berkembang di kawasan ini, misal, menurut laporan sejarah negeri Tiongkok bahwa pada tahun 977 M, seorang duta Islam bernama Pu Ali (Abu Ali) diketahui telah mengunjungi negeri Tiongkok mewakili sebuah negeri di Nusantara (F. Hirth dan W. W. Rockhill (terj), Chau Ju Kua, His Work On Chinese and Arab Trade in XII Centuries, St.Petersburg: Paragon Book, 1966, hal. 159).

Bukti lainnya, di daerah Leran, Gresik, Jawa Timur, sebuah batu nisan kepunyaan seorang Muslimah bernama Fatimah binti Maimun bertanggal tahun 1082 telah ditemukan. Penemuan ini membuktikan bahwa Islam telah merambah Jawa Timur di abad ke-11 M (S. Q. Fatini, Islam Comes to Malaysia, Singapura: M. S. R.I., 1963, hal. 39).

Dari bukti-bukti di atas, dapat dipastikan bahwa Islam telah masuk ke Nusantara pada masa Rasulullah masih hidup. Secara ringkas dapat dipaparkan sebagai berikut: Rasululah menerima wahyu pertama di tahun 610 M, dua setengah tahun kemudian menerima wahyu kedua (kuartal pertama tahun 613 M), lalu tiga tahun lamanya berdakwah secara diam-diamb periode Arqam bin Abil Arqam (sampai sekitar kuartal pertama tahun 616 M), setelah itu baru melakukan dakwah secara terbuka dari Makkah ke seluruh Jazirah Arab.

Menurut literatur kuno Tiongkok, sekitar tahun 625 M telah ada sebuah perkampungan Arab Islam di pesisir Sumatera (Barus). Jadi hanya 9 tahun sejak Rasulullah SAW memproklamirkan dakwah Islam secara terbuka, di pesisir Sumatera sudah terdapat sebuah perkampungan Islam.

Selaras dengan zamannya, saat itu umat Islam belum memiliki mushaf Al-Qurban, karena mushaf Al-Qurban baru selesai dibukukan pada zaman Khalifah Utsman bin Affan pada tahun 30 H atau 651 M. Naskah Qurban pertama kali hanya dibuat tujuh buah yang kemudian oleh Khalifah Utsman dikirim ke pusat-pusat kekuasaan kaum Muslimin yang dipandang penting yakni (1) Makkah, (2) Damaskus, (3) Sanba di Yaman, (4) Bahrain, (5) Basrah, (6) Kuffah, dan (7) yang terakhir dipegang sendiri oleh Khalifah Utsman.

Naskah Qur’an yang tujuh itu dibubuhi cap kekhalifahan dan menjadi dasar bagi semua pihak yang berkeinginan menulis ulang. Naskah-naskah tua dari zaman Khalifah Utsman bin Affan itu masih bisa dijumpai dan tersimpan pada berbagai museum dunia. Sebuah di antaranya tersimpan pada Museum di Tashkent, Asia Tengah.

Mengingat bekas-bekas darah pada lembaran-lembaran naskah tua itu maka pihak-pihak kepurbakalaan memastikan bahwa naskah Qurban itu merupakan al-Mushaf yang tengah dibaca Khalif Utsman sewaktu
mendadak kaum perusuh di Ibukota menyerbu gedung kediamannya dan membunuh sang Khalifah.

Perjanjian Versailes (Versailes Treaty), yaitu perjanjian damai yang diikat pihak Sekutu dengan Jerman pada akhir Perang Dunia I, di dalam pasal 246 mencantumkan sebuah ketentuan mengenai naskah tua peninggalan Khalifah Ustman bin Affan itu yang berbunyi: (246) Di dalam tempo enam bulan sesudah Perjanjian sekarang ini memperoleh kekuatannya, pihak Jerman menyerahkan kepada Yang Mulia Raja Hejaz naskah asli Al-Qur’an dari masa Khalifah Utsman, yang diangkut dari Madinah oleh pembesar-pembesar Turki, dan menurut keterangan, telah dihadiahkan kepada bekas Kaisar William II (Joesoef Souy, Sejarah Khulafaur Rasyidin, Bulan Bintang, cet. 1, 1979, hal. 390-391).

Sebab itu, cara berdoa dan beribadah lainnya pada saat itu diyakini berdasarkan ingatan para pedagang Arab Islam yang juga termasuk para al-Huffadz atau penghapal al-Qur’an.

Menengok catatan sejarah, pada seperempat abad ke-7 M, kerajaan Budha Sriwijaya tengah berkuasa atas Sumatera. Untuk bisa mendirikan sebuah perkampungan yang berbeda dari agama resmi kerajaan perkampungan Arab Islam tentu membutuhkan waktu bertahun-tahun sebelum diizinkan penguasa atau raja. Harus bersosialisasi dengan baik dulu kepada penguasa, hingga akrab dan dipercaya oleh kalangan kerajaan maupun rakyat sekitar, menambah populasi Muslim di wilayah yang sama yang berarti para pedagang Arab ini melakukan pembauran dengan jalan menikahi perempuan-perempuan pribumi dan memiliki anak, setelah semua syarat itu terpenuhi baru merekab para pedagang Arab Islam ini bisa mendirikan sebuah kampung di mana nilai-nilai Islam bisa hidup di bawah kekuasaan kerajaan Budha Sriwijaya.

Perjalanan dari Sumatera sampai ke Makkah pada abad itu, dengan mempergunakan kapal laut dan transit dulu di Tanjung Comorin, India, konon memakan waktu dua setengah sampai hampir tiga tahun. Jika tahun 625 dikurangi 2, 5 tahun, maka yang didapat adalah tahun 622 Masehi lebih enam bulan. Untuk melengkapi semua syarat mendirikan sebuah perkampungan Islam seperti yang telah disinggung di atas, setidaknya memerlukan waktu selama 5 hingga 10 tahun.

Jika ini yang terjadi, maka sesungguhnya para pedagang Arab yang mula-mula membawa Islam masuk ke Nusantara adalah orang-orang Arab Islam generasi pertama para shahabat Rasulullah, segenerasi dengan Ali bin Abi Thalib r. a. Kenyataan inilah yang membuat sejarawan Ahmad Mansyur Suryanegara sangat yakin bahwa Islam masuk ke Nusantara pada saat Rasulullah masih hidup di Makkah dan Madinah. Bahkan Mansyur Suryanegara lebih berani lagi dengan menegaskan bahwa sebelum Muhammad diangkat menjadi Rasul, saat masih memimpin kabilah dagang kepunyaan Khadijah ke Syam dan dikenal sebagai seorang pemuda Arab yang berasal dari keluarga bangsawan Quraisy yang jujur, rendah hati, amanah, kuat, dan cerdas, di sinilah ia bertemu dengan para pedagang dari Nusantara yang juga telah menjangkau negeri Syam untuk berniaga.
Sebab itu, ketika Muhammad diangkat menjadi Rasul dan mendakwahkan Islam, maka para pedagang di Nusantara sudah mengenal beliau dengan baik dan dengan cepat dan tangan terbuka menerima dakwah beliau itu, ujar Mansyur yakin.

Dalam literatur kuno asal Tiongkok tersebut, orang-orang Arab disebut sebagai orang-orang Ta Shih, sedang Amirul Mukminin disebut sebagai Tan mi mo ni. Disebutkan bahwa duta Tan mi mo ni, utusan Khalifah, telah hadir di Nusantara pada tahun 651 Masehi atau 31 Hijriah dan menceritakan bahwa mereka telah mendirikan Daulah Islamiyah dengan telah tiga kali berganti kepemimpinan. Dengan demikian, duta Muslim itu datang ke Nusantara di perkampungan Islam di pesisir pantai Sumatera pada saat kepemimpinan Khalifah Utsman bin Affan (644-656 M). Hanya berselang duapuluh tahun setelah Rasulullah SAW wafat (632 M).

Catatan-catatan kuno itu juga memaparkan bahwa para peziarah Budha dari Cina sering menumpang kapal-kapal ekspedisi milik orang-orang Arab sejak menjelang abad ke-7 Masehi untuk mengunjungi India dengan singgah di Malaka yang menjadi wilayah kerajaan Budha Sriwijaya.

Gujarat Sekadar Tempat Singgah
Jelas, Islam di Nusantara termasuk generasi Islam pertama. Inilah yang oleh banyak sejarawan dikenal sebagai Teori Makkah. Jadi Islam di Nusantara ini sebenarnya bukan berasal dari para pedagang India (Gujarat) atau yang dikenal sebagai Teori Gujarat yang berasal dari Snouck Hurgronje, karena para pedagang yang datang dari India, mereka ini sebenarnya berasal dari Jazirah Arab, lalu dalam perjalanan melayari lautan menuju Sumatera (Kutaraja atau Banda Aceh sekarang ini) mereka singgah dulu di India yang daratannya merupakan sebuah tanjung besar (Tanjung Comorin) yang menjorok ke tengah Samudera Hindia dan nyaris tepat berada di tengah antara Jazirah Arab dengan Sumatera.

Bukalah atlas Asia Selatan, kita akan bisa memahami mengapa para pedagang dari Jazirah Arab menjadikan India sebagai tempat transit yang sangat strategis sebelum meneruskan perjalanan ke Sumatera maupun yang meneruskan ekspedisi ke Kanton di Cina. Setelah singgah di India beberapa lama, pedagang Arab ini terus berlayar ke Banda Aceh, Barus, terus menyusuri pesisir Barat Sumatera, atau juga ada yang ke Malaka dan terus ke berbagai pusat-pusat perdagangan di daerah ini hingga pusat Kerajaan Budha Sriwijaya di selatan Sumatera (sekitar Palembang), lalu mereka ada pula yang melanjutkan ekspedisi ke Cina atau Jawa.

Disebabkan letaknya yang sangat strategis, selain Barus, Banda Aceh ini telah dikenal sejak zaman dahulu. Rute pelayaran perniagaan dari Makkah dan India menuju Malaka, pertama-tama diyakini bersinggungan dahulu dengan Banda Aceh, baru menyusuri pesisir barat Sumatera menuju Barus. Dengan demikian, bukan hal yang aneh jika Banda Aceh inilah yang pertama kali disinari cahaya Islam yang dibawa oleh para pedagang Arab. Sebab itu, Banda Aceh sampai sekarang dikenal dengan sebutan Serambi Makkah. (Tamat)

Andhy andhy_o_a@hotmail.com

Sumber : www.eramuslim.com