Hadapi Kemiskinan Dengan Jihad
Salah satu problem yang dihadapi kaum Muslim saat ini adalah kemiskinan. Karena miskin ekonomi, mayoritas masyarakat hidup dalam kondisi yang memprihatinkan. Kekurangan pangan, sandang, dan papan menyertai kehidupan sehari-harinya. Kemiskinan yang melanda umat tidak hanya karena kebijakan ekonomi yang tidak berpihak kepada rakyat, tetapi juga dipengaruhi oleh persepsi yang kurang tepat dalam memaknai ajaran Islam. Konsep zuhud dan tawakal seringkali dimaknai sebagai sikap menjauhi dunia dan enggan berusaha. Berikut ini hasil perbincangan Yulmedia dari Center for Moderate Muslim (CMM) bersama KH. Dr. Tarmizi Taher, ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) yang juga Ketua Dewan Direktur CMM beberapa waktu lalu:
Indonesia mayoritas penduduknya pemeluk Islam, namun mayoritas juga dalam kemiskinan. Apanya yang salah?
Kemiskinan yang diderita mayoritas Muslim Indonesia merupakan hal yang menyedihkan. Di antara banyak etnis grup di Indonesia bidang perdagangan tidak disukai oleh semua etnis grup. Dalam kaitan ini boleh kita katakan etnis grup tertentu tidak berada dalam bagian kemiskinan itu, mereka berada pada posisi lumayan. Tetapi sebagian besar mereka itu dibenaknya menurut hasil penelitian LIPI, bahwa orang Indonesia itu idenya, cita-citanya sebagian besar adalah menjadi pegawai negeri, sedangkan menjadi wiraswasta atau pebisnis itu tidak banyak. Mereka menekankan jadi pegawai punya uang pensiun.
Sebagai contoh, ada cerita lucu dalam sebuah penemuan bahwa orang Indonesia itu dalam mengarahkan anak-anak atau keluarganya yang telah bekerja pada sebuah perusahaan asing dengan gaji lumayan besar disuruh berhenti dan masuk menjadi pegawai negeri. Alasan orangtua yang tradisional itu sederhana saja, diperusahaan asing itu pensiunnya nggak jelas tetapi dipegawai negeri pensiunnya jelas.
Bagaimana cara mengubahnya persepsi seperti itu?
Semangat menjadi pedagang atau pebisnis itu kita sosialisasikan pada masarakat banyak. Dalam masyarakat Cina itu kalau mereka Imlek itu dalam bersalaman mereka jelas mengharapkan saudara atau sahabatnya itu agar tahun depan lebih kaya. Bagi kita bukan kaya, sebagai orang Islam tujuan hidup kita keridhaan Allah Swt, tapi keridhaan Allah Swt. itu “bahagia di dunia dan bahagian di akhirat” (fiddun-ya hasanah wa fil akhirati hasanah), tangan yang di atas lebih mulia dari tangan yang di bawah. Naik haji itu disuruh dalam agama kita dan bagaimana mau naik haji kalau tidak punya duit. Isyarat dari Nabi kita bahwa “kemiskinan itu mendekatkan orang pada kekufuran” kurang disosialisasikan ketimbang hal-hal yang lain.
Bagaimana kaitan antara zuhud dan tawakal dengan kemiskinan umat?
Di Indonesia gerakan Islam terbagi-bagi ada Muhammadiyah, NU, sementara gerakan menuju masarakat sejahtera berhadapan dengan nilai-nilai yang tidak menuju kesejahteraan umpamanya zuhud. Apakah zuhud itu, zuhud itu sebenarnya kita tidak tergoda oleh dunia yang dihadapan kita. Dunia itu kita gunakan sekedar alat bagi kita untuk menyeberang ke akhirat. Ada hadits Nabi yang berbunyi, “bukan kemiskinan yang aku takutkan pada umatku ini” yang aku takutkan kata Nabi “kalau umatku tergoda, tergila-gila pada dunia, mengejar-ngejar dunia akhirnya dia akan ditelan oleh dunia.” Mestinya hadits ini bisa kita jadikan sebagai pengertian dari zuhud.
Sementara itu, tawakal artinya sangat tinggi dalam Islam. Tawakal itu ibarat burung pada pagi hari keluar dari sarangnya dalam keadaan lapar, pulang kenyang. Artinya kesejahteraan dunia juga penting. Para sahabat itu kan tidak miskin semua bahkan ada yang konglomerat.
Sepanjang yang Kyai telusuri, apa yang jadi penyebabnya?
Ada kesalah pengertian dalam memahami Islam. Mereka menganggap kemiskinan itu sebagai lambang dari kesalehan. Ini yang kita tidak setuju. Dalam Islam kita disuruh membantu orang, memperhatikan anak yatim, membantu gerakan Islam, pelajar dan lain sebagainya itu. Jadi ironi ini bahwa umat Islam penduduk mayoritas tapi dalam kemiskinan juga mayoritas harus diubah. Siapa yang mengubah? Pihak pemerintah. Sedangkan dalam pengalaman kita selama enam puluh satu tahun merdeka pemerintah itu politik ekonominya yang memihak rakyat banyak tidak jelas. Rakyat banyak siapa? Ya umat Islam. Dulu orang menguasai tanah rakyat lalu minta duit di bank, seperti usaha real estate itu mengunakan tanah rakyat yang belum dibayarnya, pinjam duit di bank sekian tahun lamanya sehinnga rakyat itu makin lama makin tersingkir dari daerah-daerah sentra ekonomi dan akhirnya mereka tenggelam dalam kemiskinan.
Tapi sekarang kan ada gerakan ekonomi kerakyatan. Bagaimana dengan gerakan ini?
Timbulnya gerakan-gerakan “ekonomi kerakyatan”, “ekonomi Pancasila” kata Mubiarto, karena para ekonom ini melihat ketimpangan akibat kebijakan ekonomi pemerintah. Rakyat yang banyak ini akhirnya memberikan modal, memberikan usaha hanya kepada kelompok ekonomi tertentu. Menurut para pakar, sebetulnya belum jelas apa sebenarnya ekonomi kerakyatan itu, karena kita berhadapan dengan kelompok kapitalis yang sudah mapan sedangkan ekonomi kerakyatan itu paradigmanya, aksiomanya serta cara mencapainya itu belum jelas.
Bagaimana dengan aturan ekonomi dalam Islam tentang pembangunan ekonomi umat ?
Dalam membangun ekonomi umat itu jelas sekali antaranya baitul mal. Dari segala macam yang ada dalam baitul mal itu pemerintah Islam mengadakan gaji pegawai, mengadakan sumbangan untuk duafa, mengadakan bantuan-bantuan untuk bencana alam. Jadi baitul mal itu barangkali sekarang harus dipermoderen, umpamanya soal beras dipegang oleh bulog tapi begitu kita lihat bila beras petani surplus pemerintah mengimpor, ini menimbulkan pertengkaran.
Nah sekarang bagaimana menghubungkan persoalan kemiskinan ini dengan Jihad?
Jihad yang paling utama itu sekarang adalah “jihad menghadapi kemiskinan serta jihad menghadapi Korupsi” di republik ini. Saya cenderung pada apa yang telah digarap pemerintah pada waktu dulu, yaitu modal untuk pedagang-pedagang kecil. Misalnya diperbankan itu KMPK (Kredit Modal untuk Pedagang Kecil), sayangnya pemerintah tidak bertindak tegas pada orang yang memanipulasi ini. Ada pedagang-pedagang tertentu dia suruh pegawainya yang banyak untuk minta KMPK.
Jadi, menurut saya permainan pasar di Indonesia sudah sangat berbahaya. Ambil gula, ambil beras itu yang memainkan—kata Rizal Ramli—itu jelas dan seharusnya pemerintah sudah bisa menindak mereka. Apa yang dikatakan sekarang era pasar bebas, RRC yang rakyatnya lebih banyak dari kita dia tidak percaya pada mekanisme pasar bebas kecuali pasar bebas yang terkontrol, yang bisa dikontrol oleh pemerintah dengan tegas. Ketegasan regulator jangan disangkutpautkan dengan satu hal, disangkutpautkan dengan demokrasi, HAM itu sebuah ketakutan. PM Cina ini menyiapkan sekian peti mati. Kalau Dia yang korup satu untuk dia katanya. Jadi pemerintah kita baik di daerah maupun di pusat harus tegas terhadap manipulator tersebut.(CMM)